Diberdayakan oleh Blogger.

Popular posts

Pengikut

Sabtu, 12 Januari 2013

Berburu Burung


Aku akan menceritakan, kisah unik ini karena baru saja terjadi, kira-kira 2-3 bulan yang lalu. Cerita yang mungkin tidak akan banyak orang yang percaya kalau yang melakukan itu aku, karena pada dasarnya aku berwajah imut, pendiam dan cenderung pemalu, meski aku dilahirkan sebagai laki-laki.

Oh ya, sebut saja aku Fik, umurku 15 tahun, aku duduk di kelas 1 SMU di kota S di Jawa Tengah.Namun cerita ini terjadi sewaktu aku di sebuah kota kecil di Jawa Timur, sebelum aku pindah ke kotaku sekarang. Awal kejadiannya mungkin pikiranku yang penuh sesak dengan hal-hal yang berbau pornografi, majalah, buku, novel atau kaset VCD yang kukoleksi, tidak tahu sekarang jumlahnya berapa di kotak rahasiaku, termasuk main internet sebagai hobby baruku. Parahnya, aku melakukan tindakan gila ini pada seorang bocah ingusan, dia tetangga sebelah rumah, Wen namanya. Dia masih kelas 6 SD. Meski tinggal bersebelahan tetapi baru sekitar satu semester ini kami akrab karena aku punya senapan angin untuk berburu dan dia suka juga berburu, sehingga waktu itu kami sering main bersama.

Pagi itu, hari Minggu, aku sudah berada di pekarangan belakang rumahku mencoba senapanku, dan mulai menembak, ternyata dia pun sudah berada di situ, hingga akhirnya kami pun berdua pergi ke sawah, menembak burung. Meski banyak sekali burung, tetapi kami sedang sial, karena tak seekor pun kami dapatkan hingga siang hari. Hingga kami putuskan untuk istirahat dulu di dangau tengah sawah karena kami rasa langsung pulang terlalu panas, sementara kami membawa bekal sedikit makanan sehingga tak perlu takut kelaparan.

Sambil menikmati makanan aku pun memulai obrolan.
"Wen, sekarang umurmu berapa?"
"11 tahun, kenapa Mas?" jawabnya balik bertanya.
"Wen kamu pernah onani?"
"Nggak, Mas." katanya sambil beringsut hendak berdiri.
"Mau kemana Wen?" sambil kupegang celananya, tapi.. "Ssrett.." celananya malah merosot hingga terlihat kelaminnya, kulihat merah padam wajahnya. Sambil membetulkan celananya.
"Mas, Fik.." pekiknya.
"Maaf, aku nggak sengaja," kataku, "Ah gitu saja malu, kita kan cuma berdua, sama-sama laki-laki lagi, aku saja nggak malu kalau kamu mau lihat anuku," sambungku menggoda.
"Tapi Mas."
"Ah kamu, nih aku tunjukin punyaku." sambil kubuka reitsleting celanaku dan kukeluarkan penisku. Wen pun duduk kembali di sampingku.

"Kamu nggak malu Mas?"
Aku pun hanya menggeleng.
"Kamu tahu kagak onani?"
"Nggak, onani apaan Mas."
"Onani itu mengeluarkan sperma dari penis ini, rasanya enak banget."
"Apa iya Mas, bukankah dari penis yang keluar air kencing?"
"Bukan itu saja, ada air kental putih yang bisa keluar dari sini, itu namanya sperma." jelasku.
"Oo air mani, aku pernah dengar dari guru ngajiku."
"Begini nih caranya," jawabku sembari mengocok penisku pelan-pelan, lama-kelamaan semakin cepat hingga penisku yang tadi sebesar jempol kaki sekarang sudah menegang bertambah besar dan menegang agak kemerahan. Wen pun hanya menelan ludah melihatku, sementara kulirik celananya, ada benjolan di selakangannya, rupanya dia pun terangsang melihat permainanku. Aku pun terus melakukan kocokan pada penisku hingga kurasakan spermaku mau keluar, sebentar kemudian kuhentikan dan kupegang tangan Wen dan mendekatkannya ke penisku.

"Wen, coba kamu yang mengocok."
"Nggak mau Mas"
"Ah kamu.. begini lho." sambil kusentuhkan pada penisku dan sesaat kemudian dia berubah pikiran dan segera memegang batang kelaminku, begitu kuatnya sehingga terasa sekali jepitannya dan dikocoknya pelan-pelan, kemudian dia percepat setelah kusuruh mempercepatnya hingga aku tidak tahan lagi, mengeluarkan spermaku.

"Ah, Wen.." aku mengerang sambil memiringkan tubuhku ke arah Wen dan, "Crott.. crott.. crott.." cairan putih kental menyembur dari ujung penisku, berceceran diantara tempat duduk kami.
"Ah, enak sekali kocokanmu, enak banget."
"Apa iya Mas."
Aku pun mengangguk pelan.
"Gimana kamu mau coba?" seraya tanganku meraih selakangannya yang dari tadi menonjol.
"Jangan, Mas"
"Ah nggak pa-pa kok, rasanya enak banget, kamu harus coba, nggak usah malu kita hanya berdua kok," kataku meyakinkan.
Kali ini dia tidak menghindar lagi ketika tanganku meraih selakangannya. Segara kukeluarkan penisnya dari celananya.
"Penismu besar juga, Wen" pujiku.
Untuk anak seumur dia penisnya cukup besar dan panjang apalagi dalam keadaan menegang. Langsung kubelai-belai batang kelaminnya kemudian kugenggam dan kukocok pelan.

"Wen, sekarang rasakan nikmatnya, ya."
"Ah.. Mas," dia hanya mendesah menikmati kocokanku. Sementara kocokanku makin lama makin kencang kemudian pelan lagi membuat dia hanya bisa menggeliat tidak karuan sambil mendongakkan kepalanya menatap langit. Aku pun kemudian menghentikan kocokanku, terlihat wajah Wen yang kaget, kocokannya kuhentikan.
"Kenapa, Mas?"
"Begini Wen, ada satu cara lagi menikmatinya, lebih enak dari yang ini namanya oral seks, yaitu dengan mulut dicoba, ya." jelasku.
Dia pun hanya mengangguk, karena sudah merasakan bagaimana nikmatnya permainan ini. Segera kupegang batang kelaminnya dan kumasukkan ke dalam mulutku dan langsung aku menghisapnya, terlihat Wen lebih menikmatinya, terdengar berulang kali desahan nafasnya dan erangannya sambil menggelinjang.

"Ah.. Mas, enak sekali.. hisap lagi Mas." aku pun menghisap kembali penisnya dan beberapa saat kemudian tubuhnya terasa mengejang, nafasnya pun tak karuan.
"Mas, aku mau kencing.."
"Tahan dulu Wen, sebentar lagi," sambil kuteruskan mengulum batang kemaluannya dan sesekali aku menghisapnya. Wen semakin mengejang dan..
"Aku tak tahan lagi Mas," sambil memiringkan tubuhnya ke arahku, aku pun segera melepaskan penisnya dari mulutku dan kupegang erat penisnya dan mengocoknya agak cepat, hingga erangan panjang dari Wen seiring sperma pertamanya muncrat dari lubang penisnya.
"Crott.. croott.. crott.." banyak sekali sperma yang keluar dari kelaminnya.
"Kamu bener Mas, enak sekali," katanya sambil terengah-engah menahan nafasnya.
"Kubilang juga apa, emangnya aku pembohong." jawabku.
"Wen, sebenarnya ada satu lagi cara seks yang belum kamu ketahui, cara-cara ini dilakukan jika kita nggak punya teman wanita yaitu onani seperti tadi, oral yang baru kulakukan terhadapmu dan satu lagi namanya anal seks apabila kita melakukannya dengan laki-laki juga." jelasku.
"Apa lagi Mas" tanya Wen setengah tak percaya.
"Yaitu menggunakan anus."
"Hii.." dia agak kaget.
"Tak apa-apa, rasanya seperti tadi bahkan keduanya bisa merasakan kenikmatan yang sama," jelasku lagi.
"Mau mencoba?"
Ternyata diluar dugaanku, dia mengangguk tanda setuju.

"Tapi kamu harus membuat terangsang lagi, kamu kan belum ngemut anuku," sambil mendekatkan penisku yang menegang kembali ke wajahnya. Tanpa berkata lagi dia pun langsung memegangnya dan mengulum penisku sambil sesekali dihisapnya, membuat penisku cepat menegang kembali. Tak berapa lama kurasakan penisku sudah cukup tegang dan menyuruhnya menghentikan kulumannya.

"Sekarang waktunya anal seks, kamu yang menggunakan anus ya."
Dia pun mengangguk pelan.
"Kamu menungging membelakangiku, Wen."
Dia pun menurut saja dan menyodorkan pantatnya ke arahku, segera kupegang anusnya dan kumasukkan penisku pelan-pelan ke anusnya. "Bleess.." tiba-tiba ia berteriak kesakitan,"Aduh, sakit Mas!"
"Sebentar lagi juga tidak." sambl meneruskan menggerakkan penisku maju mundur di anusnya.
Dia pun terus mengerang menahan sakit, tapi itu tak berlangsung lama karena kemudian yang terdengar adalah desahan pertanda dia sudah bisa menikmatinya. Aku pun tak hanya mengocokkan penisku di anusnya, aku pun menggerayangi tubuhnya, kuremas-remas lagi penisnya yang juga mulai menegang dan mengocoknya sambil terus kumaju-mundurkan penisku di lobang pantatnya, hingga aku pun semakin mendekati keluarnya spermaku. Dia pun ternyata juga semakin menikmati karena penisnya pun menegang keras sekali, dan aku pun terus mengocoknya hingga tubuh kami merasakan bergetar dan mengejang satu sama lain. Segera kucabut batang penisku dari anusnya, "Plubb.." Wen mengerang, "Aahh.. Nikmat sekali."

"Wen, sekarang kita kocok penis kita bersama-sama yuk."
"Yuk.." sambil mendesah.
Kami pun kemudian duduk berhadapan dan merapatkan penis kami berdua dan mulai mengocoknya bersama-sama, pegangannya masih begitu kencang hingga beberapa saat kemudian kami pun tak kuat lagi menahan sperma yang mau keluar dan, "Croott.. crott.. croott.." banyak sekali sperma yang keluar dari kedua penis kami seiring erangan panjang kami berdua. Kami pun kemudian merebahkan tubuh telanjang kami di dangau sambil tetap memainkan kelamin kami masing-masing. Beberapa saat kemudian kami tertidur di situ karena kelelahan. Hingga kemudian sinar matahari yang sudah condong ke barat menerpa tubuh kami dan kami pun bergegas pulang. Sepanjang perjalanan tak henti-hentinya kami bercerita tentang enaknya permainan kami tadi.



TAMAT

Jumat, 11 Januari 2013

Asyiknya Main Kartu



Mungkin gue gila sex, tapi gue nggak ngerasa seperti itu. Kalau dibilang exibisionist, nggak juga, karena gue berasa biasa aja kalo telanjang bulat pas mandi sehabis berenang. Nggak tahu deh! Gue mid 20, pokoknya umur gue masih kepala dua, badan biasa-biasa aja, cuman karena emang hobby berenang, yah, rada ada bentuknya. Kulit gue sawo matang, kebakar matahari tapi nggak gosong, kulit sehat lah, juga karena kebanyakan berenang. Belang, pasti, cuman sebatas celana renang doang.
Gue usahakan celana renang yang seminim mungkin, abis pake G-string di kolam renang Jakarta, hebohnya se-Indonesia, walaupun bagi gue nggak pake celana sama sekali juga nggak ada masalah, tapi orang lain......wuah ntar dulu. Kejadian ini waktunya kira-kira lepas jam enam sore, kebetulan lagi sendirian dirumah, tauk orang-orang rumah lagi pada ngelayap kemana. Udah selesai mandi, dan lagi bengong didepan tivi.
Acaranya sinetron Indonesia, nggak tahulah, emang lagi males nonton.
Nggak berapa lama, ada suara mobil berhenti didepan rumah. Ah, paling tetangga sebelah, pikir gue jadi cuek aja. Baru mau ambil air minum, bel rumah bunyi, terpaksa gue bukain pintu. Didepan pintu, Andi, Adhi dan
Satya berdiri cengar-cengir.
"Sendirian aja lu, Al ?" tanya Andi
sambil nyelonong masuk. "Yoi, tau pada kemana!" jawab gue sambil nutup pintu depan karena mereka udah pada masuk semua. "Lu pada mau kemana sih, sore-sore udah pada nongol disini ?" tanya gue lagi. "nggak, bengong aja dirumah, jadi gue ajakin anak dua ini kesini, main aja kerumah elu......emangnya nggak boleh!" jawab Satya. "Boleh aja, gitu aja nyolot sih!" kata gue lagi, becanda. "Al, bokepnya ada yang baru?" tanya Adhi lagi. "Lu pikiran ke bokep mulu, lagi kosong nih, majalah ama vcd masih yang lama, jawab gue lagi. "Aduh, ngapain dong, gue juga bosen nih bengong doang" Kata Andi. "Keluar yok, nonton bioskop" kata gue yang juga udah bosen dari tadi.
"Ogah ah, lagi kering nih, kan tanggal tua" jawab Satya. Akhirnya berempat cuma geletakan aja didepan tivi, sambil ngeliatin Sinetron apaan tauk. "Main kartu aja, mau nggak? Yang kalah dicoreng mukanya pake bedak!" usul gue. "Mana kartunya" kata Andi. Gue ambilin kartu remi porno oleh-oleh temen gue dari Amrik,"Nih,, mainnya pake kartu ini biar semangat". "Wah, boleh juga nih...!" ketiganya mulai semangat. Ada kali kita main cangkulan selama 15 menit, penuh dengan canda, dan nggak tau kenapa, Andi lagi kena giliran kalah melulu, sampe mukanya celemotan bedak kemana-mana. "Udah ah, nggak seru, gue kalah mulu" kata Andi nyerah. " Ya udah, peraturannya diganti" kata Satya," yang kalah harus buka bajunya satu persatu, kalo kalah terus , lama-lama jadi bugil" "Gila luh, kartunya kayak beginian, ntar ngaceng lagi kontol gue" jawab Adhi. " Takut ? Yah gitu aja takut!" kata Satya. "Nggak !" Jawab kita bertiga hampir bareng.
Kita mulai maen lagi. Giliran pertama, gue kalah, terpaksa gue ngebuka kaos gue, sehingga gue tinggal bercelana pendek (dari tadi juga cuma pake celana pendek bola dan kaos doang, mana nggak pake celana dalem lagi!) Giliran kedua dan ketiga,
Satya kalah terus, mau nggak mau dia lepas kaos dan celana panjangnya, tinggal pake celana dalem bikini warna merah. Ngejreng banget, sampe bertiga sempet ngetawain Satya. Satya diem aja sambil merah juga mukanya dan ngocok kartunya. Kartu reminya kartu bokep, kontol Satya juga ngaceng, lumayan besar, gue yakin itu belum ngaceng penuh, bulu jembutnya sampe keperut-perut.
Semua akhirnya dapet giliran kalah, dan cuman bercelana dalem ria. Adhi pake G-string warna putihnya body master, kontolnya di kebawahin jadi keliatan besar banget, bulu jembutnya rapi nggak begitu keluar- keluar. Sementara Andi pake mesh bikini putihnya Jockey, tititnya kebayang banget urat-uratnya, besar juga. Gue sendiri, masih menang terus, jadi masih pake celana bola tadi, kontol gue juga udah ngaceng berat. Sialnya, giliran berikutnya gue kalah! "Wah, gue nggak pake celana dalem nih !" protes gue. "Nggak ada, peraturannya kan begitu!" kata Andi. "kalo gue kalah lagi, gue musti buka apaan dong ?" tanya gue lagi. "Musti nurut perintah yang menang" kata Satya. Terpaksa gue buka celana bola gue, dan memperlihatkan kontol gue yang udah tegang banget sama mereka. "Kontol lu gede juga, Al !" kata Adhi,"jembutnya tebel banget, emang nggak pernah dicukur apa!"
Gue cuman nyengir. Sekedar informasi, titit gue sekitar 15 cm-an, kalo ngaceng lurus kedepan, dan gue disunat, jadi ada helm kontolnya, yang merah kalo udah ngaceng banget. Jembut gue juga tebel, kalo diraba kayak karpet aja tebelnya. Kita mulai main lagi, dan sialnya, gue kalah lagi, giliran Adhi yang menang. "karena gue menang, elu harus isep to'ol gue", kata Adhi. "Buka!" kata gue. Dibukanyalah G-stringnya.
Kontolnya sepanjang 13 cm, sudah ngaceng berat, hingga kepalanya berdenyut-denyut. Kontol Adhi agak ngaceng ke kanan, dengan jembut yang rapih disekitar batang kemaluan. Gue isep kuat-kuat kontol Adhi, sambil sekali-sekali njilatin bijinya. Adhi mengerang keenakan.
Makin keras gue sedot dan isep tititnya. Tiba-tiba titit gue berasa hangat dan diisap-isap. Gue liat Satya sudah nyepong kontol gue dengan nafsunya, sambil melepas bikini merahnya. Kemaluannya tegang rapat kearah perut dengan kepala kontol yang tidak begitu besar.
Diameter tititnya paling besar antara
gue dan Adhi, tapi agak pendekan terus jembutnya memang sampe keperut tapi nggak setebel jembut gue. Adhi nggak tahan, ditariknya Andi, dan dibuka celana dalamnya sampe lepas, dan diisapnya kontol Andi. Kemaluan Andi paling panjang, hampir 17 cm, tapi diameternya kecil dan agak mencong kanan dan menunjuk kebawah waktu ngaceng. Kita berempat telanjang bulat, saling menghisap kontol, Andi dengan cepat menghisap kontol Satya, sehingga kita berempat membentuk lingkaran , dengan mulut masing- masing saling menghisap kontol temannya. Bergantian kita saling mencoba titit-titit yang lain. Kartu remi sudah disingkirkan, tinggal kita berempat didepan tivi yang masih menyala membuat kegiatan sendiri.
Sampai setengah jam kemudian, semua telah mencapai klimaks dan kami masing-masing menyemprotnya cairan mani yang kental dan sangat banyak. Terpaksa gue ngepel malam itu. Kita berempat berpandangan dan tertawa....! Malam itu kita habiskan bersama, tanpa busana sama sekali, berempat, hingga dua kali kita mencapai klimaks ! What a night! Ada lagi yang mau join, main kartu sambil.... ehm...ehm...!

Tiga Kali Sehari



Hari itu, entah kenapa sejak sore aku selalu membayangkan hal-hal yang erotis. Awalnya aku melihat iklan acara Bule Masuk Kampung di TV, dan aku mulai membayangkan bagaimana jika bule tampan itu membuka baju dan celananya, lalu celana dalamnya, sehingga terlihatlah batangannya yang berwarna putih agak kemerah-merahan dan mengeluarkan precum karena ereksi.

Menjelang sore, seperti biasa teman-temanku berdatangan untuk sekedar ngobrol, numpang nonton TV, atau ada yang iseng bermain game di komputerku. Dan aku seperti biasa menyiapkan minuman segar. Dan setelah kami berbuka, lalu teman-temanku pulang sehingga tinggal aku saja yang menonton acara TV. Dan aku kembali melihat iklan acara bule seksi itu, lalu kuganti channelnya, kulihat iklan acara gosip yang dipandu Ully yang tampan dan sensual. Aku jadi tidak konsentrasi. Badanku jadi panas, dan kuputuskan untuk ke kamar mandi.

Aku ke kamar mandi membawa pencukur kumis. Setelah membuka baju dan celanaku, tinggallah celana dalam yang menimbulkan sesuatu yang jadi berbentuk seperti gunung. Oh, my god! Aku terus ereksi! Mungkin saatnya aku mengeluarkan sesuatu dari dalamnya sehingga aku jadi tenang. Kutarik pelan-pelan celana dalamku, lalu kuambil pencukur itu, dan kuhabiskan seluruh bulu yang ada di sekitar penisku.

Aku mulai membayangkan sedang mendekap Ully si presenter itu yang sedang berbaring telentang di ranjang dengan kedua kaki yang terjulur di lantai. Lalu aku meremas sesuatu dari balik celana dalamnya sambil menciumi bibirnya yang sensual. Membayangkan sedang mengocok penis Ully, aku jadi gemetaran. Kusambar kontolku sendiri, lalu kudorong dari bagian bawahnya sehingga tengadah ke atas menyentuh perutku. Kugesek dengan telapak tanganku dengan arah ke atas dan ke bawah, sambil kubayangkan melakukannya dengan Ully. Dan efeknya? Wow! Batanganku berdenyut-denyut dan beberapa menit kemudian sesuatu memaksa keluar dengan sebuah perasaan yang sulit dijelaskan dengan tulisan. Aku mandi dan kembali ke kamar.

Di dalam kamar, aku melepas lilitan handukku, lalu bercermin pada kaca lemari besar. Wow! Tubuh yang indah! Cute, menggemaskan! Aku selalu terrangsang sendiri saat melihat diriku di cermin. Kubayangkan aku meniduri diriku sendiri lalu bercinta sampai pagi. Aku agak kaget saat kudengar suara ketukan dan ada yang memanggilku.

"Li, Li, buka dong!" seru sebuah suara tergesa-gesa. Gawat! Aku buru-buru memakai celana dalam, dan berpakaian lengkap.
"Sebentar!" Setelah kubuka pintu, ternyata Harry dengan wajah tampan dan polosnya yang sedang kebingungan.
"Ada apa?"
"Tolong Li, aku mau ngerjain tugas malam ini, tapi komputerku tiba-tiba rusak"
"Lho, apa hubungannya sama aku?" ledekku bercanda.
"Ah, kau ini, ayolah, besok harus dikumpulin nih."
"Iya, iya, sebentar", lalu aku mengambil beberapa keping CD yang mungkin diperlukan untuk memperbaiki komputer Harry.

Kami melaju dengan motor Harry. Baru kali ini aku dibonceng Harry, karena beberapa kali saat komputernya rusak, selalu Yoyok yang menjemputku ke kost Harry. Kuamati terus bagian belakang lehernya, lalu kulit pipinya yang halus, dan, bau khas badannya yang entah memakai deodoran jenis apa. Di jalan Harry terus bercerita tantang komputernya yang tiba-tiba rusak, tetapi aku tidak begitu mendengarnya, karena pikiranku sibuk membayangkan hal-hal porno karena saat ini aku ada di belakang Harry yang membuat kontolku ngaceng. Anak ini sama sekali tak sadar, bahwa gayanya yang polos dan seperti anak kecil yang tak punya dosa telah membuatku horny. Sesampainya di kost Harry yang berjarak sekitar 5 kilometer, beberapa teman sedang nongkrong sambil bermain gitar. Salah satunya aku kenal, Miko, yang lebih dulu kukenal sebelum Harry.

"Helo profesor, gimana? Tuh si Harry, nggak tau diapain komputernya" kata si Miko.
"Enak aja, orang dianya yang rusak sendiri" Harry membela diri dengan gayanya yang polos. Aku cuma tersenyum menanggapinya. Kami langsung menuju kamar Harry.
"Gimana sih gejalanya?" tanyaku sambil menekan tombol power.
"Nggak tau tuh, kok selalu nggak bisa muncul windowsnya."
"O, ini kan ada file yang korup" aku mendiagnosa setelah kulihat pesan muncul di monitor saat itu.
"Korup? Mana kutau? Abis pake bahasa inggris gitu errornya"
"Makanya, bahasa inggris tuh lebih penting daripada bahasa jawa, hehe" aku mencoba meledeknya.

Berikutnya, aku serius mengotak-atik komputer sakit itu sehingga jarang berbicara. Setelah beberapa menit, Harry bertanya padaku..

"Kira-kira bisa nggak ya komputerku jadi bagus malam ini?"
"Alaa, paling banter kan rusak trus beli baru" jawabku sekenanya.
"Ali, kau ini bercanda terus, aku gugup nih, tugas belum diketik sama sekali."

Harry terlihat cemberut. Lalu kulihat dia melepas kaosnya, mungkin kepanasan. Aku sempat melirik badannya yang bersih. Wah, gawat, ada yang bangkit lagi di bawah sana.

Kira-kira beberapa langkah lagi aku menyelesaikan tugasku, jadi aku tinggal menunggu proses yang berlangsung. Kulihat Harry yang bertelanjang dada sedang sibuk menekan-nekan tombol HP-nya. Kesempatan! Aku melihat badannya sepuas-puasnya. Oh, seandainya! Ternyata Harry menyadari bahwa aku sedang mengamatinya.

"Eh, udah selesai ya?"
"Yah, dikit lagi" jawabku sambil menarik nafas. Mungkin harry mengiraku capek, lalu dia bangkit dan memijit pundakku.
"Nah, gitu lah. Oya Har, kau pulang nggak lebaran?"
"Pulanglah, orang cuman beberapa kilometer itu"

Aku jadi keenakan dipijit oleh tangan Harry yang bersih tapi kokoh.

"Ehe, kok aku malah ngaceng, ha.. Ha.." ledekku dengan menunjukkan kesan bercanda. Harry cuma tersenyum kecil karena mengira aku bercanda.
"Wah, Li, aku males-e nganterin kamu pulang, tidur sini aja ya? Tenang aja, ntar kubangunin"
"Jangan Har, aku ada yang mau kuurusin malem ini" tolakku segera.
"Apaan? Skripsi? Dari dulu perasaan nggak jadi-jadi juga"
"Ya udah, kalo gitu ngurusin wisuda" aku meralat.
"O, ya udah, entar kuanterin.

Saat Harry sedang asyik nyerocos sambil memijit pundakku, tiba-tiba aku menangkap tangannya dengan kedua tanganku.

"Eh, kenapa?"
"Mm, nggak, tanganmu halus, tapi kuat juga, aku sampe kesakitan." Harry coba menarik tangannya.
"Lepasin ah!" Aku melepaskannya, tapi langsung berdiri dan mengunci pintu dan kuambil gagang kuncinya. Harry gemetaran.
"Kamu, mau apa?"
"Harry, please Har, aku suka sama kamu sejak aku ke sini pertama dulu Har!"
"Tapi, tapi, kita kan sama-sama cowok"
"Iya, aku kan suka cowok. Cewek itu nggak menarik Har!" aku bicara terus terang.

Aku terus maju dan akhirnya aku berhasil mendekap badannya. Dia coba meronta, tapi meskipun dia lebih tinggi dari aku, siapa yang bisa melawan kekuatan setan birahi? Hehe. Aku mengunci kedua tangannya dengan tangan kananku dan membawanya ke belakang badannya, sehingga tangan kiriku bebas merayap di dadanya yang paling membuatku horny, sementara posisiku menduduki kedua pahanya. Sambil terus begitu, aku mulai mencium pipinya dan dia mulai tenang, atau mungkin dia berpikir untuk sedikit bersikap lunak karena nasib komputernya ada di tanganku.

"Malam ini aja ya Har, malam ini aja, please! Aku bener-bener ngaceng" pintaku.

Hari diam saja. Aku terus menciumi wajahnya, lalu tangan kananku melepaskan kedua tangannya dan berganti meremas-remas kontolnya dari celana panjangnya. Ternyata lama-lama dia menikmatinya juga, buktinya dia memejamkan mata sambil mendesah. Aku membuka celananya yang tidak berikat pinggang, dan kepala kontolnya yang bersih langsung terlihat menyembul melebihi ukuran celana dalamnya. Kuusap perlahan-lahan kepala kontol bagian bawah, dan dia tampak sangat menikmatinya sampai-sampai badannya gemetar.

"Kamu pernah ngeseks sama pacarmu?"
"Enggak. Oh, Li, terusin aja Li, oh, enak Li"

Wah, jangan-jangan nanti dia ketagihan, pikirku. Baguslah! Lubang kontol Harry mulai mengeluarkan precum, dan aku langsung menjilatinya, lalu kumasukkan sekalian batangan itu ke mulutku, dan kubuat gerakan maju mundur di mulutku. Harry keenakan sampai-sampai kedua tangannya meremas-remas seprei kasurnya.

"Oh, Li, aku, aku mau keluar Li"

Kemudian kurasakan sesuatu muncrat di mulutku, dan kutelan sebanyak-banyaknya. Tapi mungkin Harry jarang mengeluarkan spermanya, sehingga karena terlalu banyaknya yang keluar, sampai tidak cukup kutelan. Kulihat ekspresinya yang sangat puas. Dia terkapar lemas sambil menatap batangannya yang mulai lemas. Aku ikut berbaring di sebelahnya lalu memeluk dari samping.

"Enak nggak Har?" aku bertanya dengan nada mesum.
"Eh, iya. Kok bisa ya? Padahal kita, sejenis"

Aku tidak menanggapinya lagi karena tanganku mulai meraba-raba bagian bawah perutnya, kuelus-elus dengan perlahan. Harry mulai tidak tenang. Dia melepaskan pelukanku lalu tangan kirinya meraih kontolku yang masih belum dibebaskan dari ereksi.

"Sekarang giliranmu" bisiknya sambil meremas-remas kontolku, aku juga mulai mengocok kontol harry sehingga tak lama kemudian, dia bangkit lagi.

Dia nampak terlonjak, lalu frekuensi kocokannya naik dan badannya kembali bergoyang-goyang menyesuaikan dengan kocokan tanganku.

"Har, mau nggak kau masukin kontolmu di pantatku?"
"Ha? Emang bisa?"
"Coba aja"

Lalu aku bangkit dan kubimbing dia untuk memasukkan penisnya ke pantatku, setelah sebelumnya kulumuri lagi penisnya dengan ludahku. Tidak terlalu lama, seluruh kontolnya masuk ke pantatku. Posisinya aku telentang dengan dua kaki terangkat ke atas dan dia menyodokku dari arah depan pantatku. Kulihat matanya merem-melek. Tentu karena baru ini dia merasakan batangannya dijepit sesuatu dan bukan milik pacarnya.

"Ayo, har, dorong!"

Harry menurut. Didorongkannya badannya maju mundur. Awalnya lambat, lalu semakin lama semakin kencang. Aku yang merasakan nikmat tak terkira mulai membanjir precumku minta penyelesaian. Aku meraih batanganku dengan tangan kananku, sementara tangan kiriku membelai-belai kepala Harry. Harry semakin keenakan, begitu juga aku.

"Har, aku mau keluar" teriakku, yang mungkin karena belum orgasme sejak tadi.

Secara spontan Harry menangkap spermaku dengan mulutnya lalu menelannya. Mungkin dia agak kaget karena baru pertama meminum cairan kaum adam ini. Tapi dia semakin bernafsu menggenjot pantatku.

"Li, aku mau keluar juga, kamu nggak bisa hamil kan?"
"Hehe, nggaklah, keluarin di dalam pantatku aja Har" Lalu Harry melenguh dan sesuatu membanjir ke arah dalam perutku.
"Nggak usah dilepas Har" perintahku.

Lalu aku membalik posisi sehingga Harry yang telentang dan aku sebaliknya dengan posisi duduk menghadapinya, sementara kontolnya tetap menancap di pantatku. Aku mendekatkan badanku sehingga bisa mencium dan meraba-raba dadanya. Aku mendengar dengus nafasnya seperti orang yang baru saja berlari jauh.

"Li, malam ini kayak surga Li, coba dari dulu kamu ajari aku kayak gini"
"Aku kan kasihan sama kamu Har, coba malam ini kau nggak buka baju dan nggak mijiti aku, mungkin nggak terjadi"

Adik kecilku yang terjepit di antara perut mulai terusik karena tertindas badan-badan seksi kami. Beberapa bagian sperma Harry yang ada di pantatku mengalir keluar. Sekali lagi aku melumat bibirnya. Lalu kubisikkan bahwa aku ingin menusuknya. Dia mengijinkan walaupun agak khawatir.

"Tenang aja, kau liat kan tadi aku keenakan waktu kau masukin anumu?" Dia mengangguk, lalu aku mencabut penisnya dari pantatku.

Perlahan-lahan aku mengolesi lubang pantat Harry dengan spermanya yang keluar dari pantatku, lalu kumasukkan telunjukku dan kugesekkan di lubangnya. Harry mencoba menahan rasa sakitnya yang lama-lama berubah menjadi erangan keenakan.

"Oh, ayo Li, masukin" rupanya batangannya kembali tegang dan tangan kanannya mulai mengocok batangnya sendiri.

Aku mulai memasukkan seluruh batanganku dengan pelan-pelan sambil kututup mulutnya dengan tangan kananku. Harry menahan nafas sementara proses penetrasi berlangsung. Dan setelah sempurna, dia bernafas sejenak, lalu aku mengambil alih untuk mengocok batangannya dengan tanganku. Setelah dia keenakan, aku mulai memaju-mundurkan pantatku. Dia benar-benar keenakan, sampai kepalanya bergoyang-goyang.

Lalu dia memisahkan penisnya dari tanganku dan mulai mengocoknya sendiri. Rupanya dia terlalu terbawa perasaan sehingga dia muncrat duluan. Aku masih terus menggenjot pantatnya dan semakin kupercepat gerakanku. Setelah beberapa menit, ahirnya kupenuhi pantatnya dengan spermaku. Karena kehabisan tenaga, aku langsung mencabut senjataku lalu berbaring sambil memeluk Harry.

"Har, malam ini aku seneng.. Banget, kau gimana?"
"Iya, sama, makasih ya, coba kalau tadi aku nolak, ha.. ha.."
"Udah, sekarang mau rusak tiap hari, aku perbaiki deh komputermu. Asal kau yang jemput. Ok?" kataku sambil tersenyum nakal.
"OK lah, gampang"

Setelah lama ditinggalkan, komputer di sebelah kami ternyata telah lama selesai berproses. Akhirnya aku pamit dan minta diantar.

"Waduh, aku capek banget Li, takutnya entar ketiduran waktu ngantar kamu. Gimana kalo kusuruh Miko aja yang ngantar?"
"Ok-lah, nggak papa"

Harry berjalan menuju ruang nonton yang ada di lantai dua, lalu meminta tolong Miko untuk mengantarku. Di tengah jalan, Miko terus menerus memperhatikan penunjuk kecepatan (mungkin) sambil tidak tenang.

"Kenapa sih Mik?"
"Kayaknya Harry lupa ngisi bensin. Nih, mau habis"
"Trus gimana?"
"Ya udah, kita cari pom bensin"

Setelah beberapa ratus meter, ternyata beberapa pom bensin yang ada sudah tutup, mungkin karena sudah terlalu malam. Dan motor itu pun macet.

"Wah, Gimana nih. Kita dorong?" tanyaku.
"Walah, jadi nggak enak, udah ngerepotin jauh-jauh, malah jadi gini" Miko jadi merasa bersalah.
"Nggak papa kok, siapa tahu nanti di depan ada yang masih buka"

Lalu Miko menuntun motor itu dan aku mendorong di belakang. Karena kelelahan, aku berhenti sambil memegangi lututku.

"Kenapa Li? O iya, kamu kan capek abis ngurusin komputer. Ya udah, kita istirahat dulu"
"Ok deh" Lalu Miko berhenti dan kami duduk di pinggir jalan. Rupanya cara bernafasku yang seperti kehilangan banyak energi membuat Miko memperhatikanku.
"Kamu kayak abis berkelahi dech. Atau jangan-jangan.." Tiba-tiba Miko menarik badanku sampai dekat sekali di badannya.
"Aku mencium bau sperma. Kamu abis ngapain di kamar Harry?"

Aku gemetaran. Wah, gawat! Bisa berantakan semuanya. Atau dia akan kugarap juga ya? Supaya tutup mulut. Belum selesai berpikir, tiba-tiba Miko menempelkan bibirnya ke bibirku. Karena kaget, aku tidak bisa berbuat apa-apa.

"Ayolah Li, aku tau kamu gay, dan aku udah lama cari kesempatan buat bercinta sama kamu"

Akhirnya aku membalas lumatan-lumatannya. Lama-kelamaan Miko membuka celananya, lalu celana dalamnya. Dia mengocok batangannya. Aku segera merebut batangannya, lalu kukocok sambil sebelah tanganku membelai dadanya.

"OK, Mik, aku terima tantanganmu" jawabku mantap.

Aku terus mengocok kontol Miko. Miko terengah-engah. Mungkin untuk mengalihkan perhatian atau reaksi dari rasa nikmat, tiba-tiba dia menarik resleting celanaku sehingga dia berhasil menarik batanganku yang sudah setengah tegang. Akhirnya kami saling mengocok. Iya, di pinggir jalan itu. Untung hari sudah malam. Tapi tak urung aku khawatir juga.

"Mik, kita di jalan nih" Miko tidak mempedulikan kata-kataku. Dia mempecepat kocokannya di penisku sambil menggerak-gerakkan pantatnya.
"OK, Li, aku mau keluar, Ayo Li, percepat!"

Aku pun mempercepat kocokanku pada kontolnya dan, crot! Crot! Sperma Miko memancar ke atas sejauh beberapa centimeter. Aku dibuatnya terkagum-kagum. Sambil terus telentang, dia memperhatikan ekspresi mukaku yang keheranan.

"Kenapa? Takjub? Nanti kukasih tahu caranya, tapi sekarang giliranmu."

Kini Miko mengganti posisi. Dia mengulum kontolku beberapa menit. Mungkin karena sudah beberapa kali orgasme hari ini, akibatnya aku tak kunjung orgasme.

"Kok nggak keluar-keluar Li?"

Belum sempat aku berkomentar, Miko melepas kontolku, berganti posisi, lalu segera memasukkan kontolku. Bles! Ternyata lubang Miko tidak terlalu sempit. Sambil aku menggenjot pantatnya, dia mulai ereksi lagi, sehingga mau tak mau dia mengocok penisnya juga.

Mungkin karena pengaruh pantatnya yang hangat, akhirnya aku merasa hampir orgasme.

"Mik, aku mau keluar Mik, oh.."
"Sebentar Li.." erang Miko dengan suara gemetar. Lalu Miko mempercepat kocokannya.
"Oh, aku mau keluar juga. Oh.."

Aku mempercepat genjotanku, dan dia mempercepat kocokannya, hingga.. kami melenguh hampir bersamaan. Sperma Miko muncrat beberapa centimeter ke udara lagi dan aku kembali dibuatnya takjub. Aku benar-benar kelelahan malam itu.

"Mik, aku capek banget" Miko memelukku erat.
"Jadi benar kamu ML sama Harry?" Aku mengangguk ragu-ragu.
"Tadi di kost aku juga udah onani. Makanya aku kecapekan."
"Wah, kamu, hebat juga, padahal udah lama aku ngincer Harry, eh malah kamu yang dapat duluan"
"Nasib Mik, nasib.. Hehe."

Akhirnya Miko mendorong sendiri motor itu karena tahu aku kelelahan. Untunglah, beberapa ratus meter kemudian, ada penjual bensin eceran, dan akhirnya sampai di kostku. Sebelum pamit pulang, Miko mencium keningku.

"Aku suka kamu Li, nggak peduli biar pun kau udah jadian sama Harry, aku tetap suka sama kamu" Aku cuma bisa terbengong mendengar pengakuannya.

Setelah Miko pulang, aku langsung tertidur tanpa sempat mencuci muka atau menggosok gigi. Yah, lelah mendapat kenikmatan bertubi-tubi. Oh, alangkah indahnya hari ini.

TAMAT

Artis Dangdut

Sore itu, entah mengapa aku sangat
horny. Ingin sekali aku melampiaskan
nafsuku untuk bercinta. Aku baru sadar
kalau sudah 1 minggu aku tidak ml.
Kepalaku pusing dan yang ada
dipikiranku hanya sex, sex dan sex.
Sebenarnya ada rencana untuk ml
malam nanti. Tapi, rencana tersebut
urung kulaksanakan karena tiba-tiba
aku mendapat tugas untuk
mengomandani para polisi yang
menjaga sebuahacara dangdutan di
sebuah balai desa. Rasanya marah dan
dongkol saat aku ditugaskan malam ini
karena membuat rencanaku untuk
bercinta jadi jadi gagal. Namun,
bagaimana lagi, aku harus mematuhi
dan menunda rencanaku. Aku dan
pasukan berangkat sejak pukul 7
malam. Acaranya sendiri dimulai dari
jam 8 malam. Setibanya di sana, aku
langsung memberikan koordinasi
kepada anggotaku. Setelah
memberikan instruksi dan anak buahku
sudah menempati posisi, aku hanya
duduk dari kejauhan mengawasi
jalannya acara. Yach..sebuah acara
dangdutan yang sering diadakan di
desa. Bagaimanapun ini adalah hiburan
rakyat kecil, sehingga selalu penuh
dijejali orang-orang. Aku sendiri tidak
terlalu tertarik karena memang bukan
penyuka musik dangdut. Sudah 2 jam
acara berlangsung. Penyanyi yang
hampir semuanya perempuan usia
muda, sudah tampil silih berganti
menyanyikan lagu-lagu dangdut yang
lagi populer. Setelah dua jam, aku
berkeliling di sekitar panggung.
Kemudian aku berhenti di depan
panggung. Penonton banyak yang
berusaha untuk maju terlalu depan,
bahkan ada yang ingin naik ke atas
pentas. Aku memberikan instruksi
kepada anak buah untuk segera
bertindak. Sementara itu acara masih
terus berlangsung. Semakin malam,
semakin meriah saja. Akan tetapi, jujur
pikiranku masih saja malas-malasan.
Aku lalu berdiri di depan dengan
menghadap ke arah pentas. Aku
mencoba menikmati musik dangdut,
meskipun agak susah. Hingga, akhirnya
naiklah ke atas panggung seorang
penyanyi cowok. Penampilannya biasa-
biasa saja. Berperawakan sedang,
wajah tak terlalu tampan, usianya
sekitar 30-an, dan hanya pakaian yang
ia kenakan saja yang terlihat
mencolok. Ia di atas panggung
menyanyikan 2 buah lagu. Awalnya
aku biasa-biasa saja saat melihat
penampilannya. Akan tetapi, lama-
kelamaan aku sadar kalau penyanyi
tersebutsepertinya memperhatikanku.
Ia terus-terusan melihat ke arahku
yang sedang berdiri di depan
panggung. Saat kami berpandangan
mata, ia lalu melempar pandangan ke
arah lain, tapi saat aku lengah, ia
kembali memandang ke arahku.
Hingga saat setelah ia selesai tampil, ia
sempat melempar senyuman ke
arahku. Aku tetap tak bereaksi. Ia
kemudian hilang di belakang pentas.
Setelah itu, akujadi kepikiran. Jangan-
jangan... Karena penasaran, aku
memutuskan untuk mencarinya di
belakang panggung. Setelah 5 menit
mencari-cari, akhirnya aku mendapati
penyanyi tersebut sedang duduk-duduk
dengan penyanyi yang lain. Ternyata ia
tahu kehadiranku di belakang
panggung. Ia memandang lekat
mataku dari kejauhan. Ia lalu berdiri
dan berjalan ke suatu tempat. Seperti
sudah mendapat tanda, aku
mengikutinya dari belakang. Ia
berjalan dengan pelan menjauh dari
keramaian. Hingga akhirnya kami
sampai di semak-semak yang sangat
rindang dengan sebuah pohon besar di
tengahnya. Sepertinya tidak ada orang
yang berada di dekat tempat tersebut,
meskipun suara musik dangdut masih
terlihat cukup jelas. Laki-laki itu lalu
bersandar di batang pohon tersebut.
Tidak ada cahaya lampu di tempat itu,
tapi karena sedang bulan purnama
sehingga tempat itu terlihat terang.
Laki-laki itu tersenyum ke arahku yang
berdiri tak jauh di depannya. Aku
mengamati fisik laki-laki tersebut dari
dekat. Ternyatatidak terlalu buruk. “ada
yang bisa dibantu?” tanyanya
membuka percakapan. Aku tak
menjawab. Aku berjalan mendekat ke
arahnya. Lalu tanpa berkata apa-apa,
aku langsung beraksi. Aku sudah tak
tahan dengan nafsu birahiku yang
tinggi. Tanganku memegang
pundaknya, dan kemudian mulutku
langsung mendarat di bibirnya. Aku
cium dengan ganas, dan dia
membalasnya. Kami berciuman dengan
penuh gairah. Ternyata laki-laki
tersebut sudah lihai dalam bercinta. Tak
lama kemudian, ia mulai membuka
kancing bajuku satu demi satu. Saat
dadaku sudah terbuka, ia mengulum
puting susuku. “ough...” birahi mulai
bergejolak. Laki-laki itu mengulum
putingku dengan mulut dan lidahnya,
dan sesekali menghisapnya dalam-
dalam. “ough...shit!!” erangku. Puas
dengan dadaku. Kami kemudian
bertukar posisi. Sekarang aku yang
bersandar pada batang pohon. Dengan
pakaian yang masih melekat di
tubuhku, meskipun kancingnya sudah
terbuka, aku berdiri dan bersandar
pada pohon. Laki-laki itu lalu jongkok
tepat di depan selangkanganku.
Dengan sedikit menggoda, ia meraba-
raba kontolku yang masih terbalut
celana seragam. Ia meraba-raba pelan,
lalu ia membuka sabuknya dan
resleting celanaku. Celana dalam
warna putih merek GT-Man nampaklah
sudah. Wajah laki-laki itu semakin
nafsu saja. Tanpa basa-basi, ia lalu
melorotkan celana dalamku dan
membukanya. Otomatis menjulurlah
kontol warna coklatku yang berukuran
11an cm saat masih tidur. “aku suka
kontol polisi” kata laki-laki itu dengan
nada manja. Ia memegang batang
kontolku dan mulai mengocoknya
pelan. “oh yeah...” aku merasakan
kontolku yang mendapat sensasi lebih.
Kocokan tangan laki-laki itu dikontolku
praktis membuat kontolku menegang
sedikit demi sedikit. “ups...gedhe
banget! Kontol polisi emang yahud”
kata laki-laki itu saat melihat kontol
tegangku yang berukuran sekitar 18an
cm. Ia sepertinya semakin
menyukainya. Laki-laki itu lalu
melorotkan celanaku hingga ke lutut.
Kontolku sekarang sudah terbebas. Ia
mainkan buah pelernya, dan
memainkan juga bulu-bulu jembutku
yang lebat.Akhirnya ia menggunakan
mulutnya juga. Mulanya ia menjilati
seluruh bagian kontolku, mulai dari
buah peler, batangnya sampai bagian
kepala. “ough shit!!! Ough...” aku mulai
menggerang lagi. Jilatan-jilatannya
sangat memuaskan. Kontolku seperti
dimanjakan dengan lidahnya. Setelah
puas dengan menjilati, laki-laki itu
memasukkan batang kontolku ke
dalam mulutnya. “arghhhhh....” aku
menggelinjing saat kontolku mulai
masuk di dalam mulut. Ia
memasukkan dan mengeluarkan
kontolku di mulutnyadengan kecepatan
sedang. Sensasi kenikmatan yang
kurasakan semakin lama semakin
meninggi. Aku sampai menggerakkan
pantatku majumundur supaya
mendapat kenikmatan lebih. Aku
mengocok kontolku dengan
menggunakan mulutnya. “ough..ough...”
aku terus mendorong-tarik pantatku
agar kontolku keluar masuk dari
mulutnya. Sesekali ia menyedot
kontolku saat berada di dalam mulut.
“Ougggggggghhhhhhhh....” aku tak
tahan dengan rasa nikmat yang
mendera saat ia menyedot kontolku di
mulutnya. Mulut laki-laki itu benar-
benar lihai. Buah pelerku pun masih
saja dimainkannya dengan jemarinya.
“sedot..terus...ough...” erangku. Kadang
giginya menyentuh kontolku, memang
sakit, tapi itu hanya sebentar karena
setelah itu kenikmatan lagi yang
kurasakan saat kontolku berada di
dalam mulutnya. Laki-laki itu mengoral
tidak terlalu lama karena yang aku
inginkan adalah mengentot pantat. Aku
lalu memintanya menghentikan
aksinya mengoral kontolku dan
memintanya berdiri. Lalu aku minta ia
melorotkan celananya. Celananya
sudah melorot ke bawah, bisakulihat
kontolnya yang bergoyang-goyang
dengan ukuran yang tak terlalu besar.
Aku pegang kontolnya, lalu kuremas.
“ough...” ia menggerang saat aku
mainkan kontolnya dengan sedikit
kasar. Aku mencium bibirnya sekali
lagi. Tubuh kami saling berimpitan
dengan mulut yang saling berpagutan.
Aku memegang kontolnya, dan laki-
laki itu juga memainkan kontolku.
Kemudian, aku minta ia berbalik, dan
menungging dengan berpegangan
pada batang pohon. Aku menyasar
lobang pantatnya. Saat ia sudah
menungging,bisa kulihat jelas lobang
pantatnya yang berwarna merah. Di
sekitar lobangnya tumbuh beberapa
bulu-bulu halus. Aku memberikan
pemanasan dengan menggunakan
jariku. Kumasukkan jari telunjukku ke
dalam lobangnya. “argh....” laki-laki itu
menggerang saat kumasukkan jariku
ke dalam lobangnya. Kumainkan
sedikit jariku saat berada di dalam.
“arggghhh...” erang laki-laki itu sambil
menggoyangkan pantatnya, mungkin
karena rasa akit dan nikmat yang ia
rasakan. “fuck me please....” pinta laki-
laki itu yang sepertinya sudah gatal.
Aku pun mencabut jariku dan
menyiapkan kontolku dengan
mengocoknya agar menegang
sempurna. Dan saat sudah tegang
sempurna, aku arahkan ke lobang
pantatnya. Tidak langsung kumasukkan
tetapi aku kugosok-gosokkan di
pantatnya terlebih dahulu.
“ah...masukkan saja, ayo...” laki-laki itu
sudah tidak sabar. Aku pun langsung
memasukkan kontol 18 cm punya ke
dalam lobang pantatnya. Bless...
“oughhhhhhhh...........” laki-laki itu
menggerang keras karena penetrasi
awal yang aku lakukan. Tidak terlalu
sulit bagiku untuk mengentot
lobangnya karena sepertinya ia
sudahsering dikentot. Aku masukkan
dalam-dalam, dan saat sudah di dalam
aku goyangkan pinggulku. “ohhhh....”
kami menggerang bersama-sama. Aku
tarik lagi kontolku, lalu kumasukkan
lagi. Ku pegang buah pantatnya.
Semakin lama, gerakan pinggulku
makin cepat.
“ough..ough...a*jing..a*jing..” aku terus-
terusan mengumpat karena rasa
nikmat yang datang. Kontolku keluar
masuk lobang pantatnya tanpa
halangan apapun. “ough..ouh..lebih
dalam...ough....” erang laki-laki itu yang
juga merasakan nikmat. “ough
yeah..fuck you...ough yeah...” aku
mengentotnya dengan seragam yang
masih menempel di tubuhku.
“argh..argh...kentotanmu enak banget.
Aku suka kontolmu! Ough...” kata-kata
laki-laki itu semakin memacuku untuk
terus mengentot lobang pantatnya.
Laki-laki itu sendiri menerima
kentotanku sambil mengocok
kontolnya sendiri dengan tangannya.
“ough..ough..ough....” aku terus
memacu gerakan pinggulku. Keringat
keluar dari tubuhku dan tubuhnya
meskipun sebenarnya hawa dingin
mendera tubuh kami.
“argh...argh...terus!kontol polisi emank
oke!ah...” laki-laki itu menggerang
keras tanpa takut ada orang yang
mendengar. Tapi,suara musik dangdut
menelan erangannya sehingga tidak
ada yang mendengar.
“ough..ough..a*jing!a*jing!ough....” aku
mempercepat kentotanku. Disisi lain,
kontol laki-laki itu sudah mencapai
klimaks.
“ough..ough..oughhhhhhhhhhh..” laki-
laki itu menggerang sekeras-kerasnya
saat kontolnya mengeluarkan pejuh
kental dari kontolnya. Pejuhnya
muncrat dan berceceran di tanah.
“ough..ough...” ia mulai mengatur
nafasnya sembari masih menerima
kentotan dariku. “ough..ough...come
on..ough...” aku memaju-mundurkan
pantatku. Kontolku keluar masuk dari
lobangnya. “argh..argh....lebih dalam...”
laki-laki itu menggoyangkan
pinggulnya sehingga kontolku
mendapat tambahan sensasi.
“yeah...ough...ough...” hingga akhirnya
aku akan merasakan klimaks. Aku
memacu entotan semakin cepat.
“ough..ough..ough...” dan akhirnya..
“oughhhh..oughhhhhhhhhhhhh...” aku
menarik kontolku dari lobang pantat,
lalu kukocok sebentar
hingga..crot..crot...crot...
“arghhh................” aku mencapai
klimaks. Pejuhku muncrat mengenai
pantatnya. “ough..ough...” aku mencoba
mengatur nafas dan menikmati sisa-
sisa rasa enak. Kontolku muai kembali
keukuran semula. Laki-lakiitu
mengubah posisi. Ia kembali jongkok
dan sekali lagi menjilati kontolku. Ia
ternyata menjilati sisa-sisa pejuhku.
Laki-laki itu menggunakan lidahnya
untuk melakukan itu semua. Setelah
semua selesai, aku langsung
membenahi pakaianku. Kunaikkan
celanaku dan kukancingkan bajuku
lagi. “terima kasih ya. Sudah lama aku
ingin ngentot dengan polisi, dan
akhirnya baru saja terwujud. Gak
nyangka, polisi lebih hebatdari yang
kubayangkan” kata laki-laki itu sambil
membenahi pakaiannya. Dan tanpa
bicara apapun, aku langsung
meninggalkannya setelah selesai
membereskan pakaianku. Aku kembali
ke arena pertunjukkan. Dalam hati,
aku gak nyangka bakal melampiaskan
nafsuku di tempat seperti ini. Aku jadi
malu sendiri. Aku berdiri lagi di depan
panggung. Gak dinyana, laki-laki yang
gak tau namanya itu kembali tampil. Di
atas panggung ia lagi-lagi melempar
pandangan ke arahku. Bahkan sekarang dengan muka yang nakal.
Sebelum ia menyanyikan lagu, ia
berkata sesuatu: “ehm..ehm..eh
penonton! Lagu ini aku persembahkan
untuk seseorang yang baru saja
memberi kenikmatan padaku” ia
berkata seperti itu sambil menatap dan
tersenyum ke arahku. Sontak,
penonton menyorakinya. Huuuu... dan
seperti tidak mempedulikan sorakan
penonton, ia pun mulai menyanyikan
lagu lagi.

Tips n Trick...

Blogroll

Link view...

About