tag:blogger.com,1999:blog-78640633128269760562024-03-05T01:14:12.579-08:00Cerita GayBlog tentang cerita gay yang hot, Cerita Gay kuli,Cerita Gay muscle, Cerita Gay abg,Cerita Gay remaja, Cerita gay Romantishari putrahttp://www.blogger.com/profile/07769461846416848133noreply@blogger.comBlogger27125truetag:blogger.com,1999:blog-7864063312826976056.post-81161809194274635882013-04-12T22:38:00.001-07:002013-04-12T22:44:10.069-07:00Aladin Part 3<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfx6gTja3l2E24dFz0X_e8tj4w5aPaViWtukjaj1DQMUh_5RPwko7MdvQhyphenhyphenJ4_U7hMfdV-OMeC04zsClTouNVs7lU7kd4GMZ2YCq1z45T51pPPxd3fBOwCDyMR-KuysHyv0PBKdCIN-OPl/s1600/aladin3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfx6gTja3l2E24dFz0X_e8tj4w5aPaViWtukjaj1DQMUh_5RPwko7MdvQhyphenhyphenJ4_U7hMfdV-OMeC04zsClTouNVs7lU7kd4GMZ2YCq1z45T51pPPxd3fBOwCDyMR-KuysHyv0PBKdCIN-OPl/s1600/aladin3.jpg" /></a></div>
“Benar juga katamu itu Jafar. Wahai pemuda apakah tempat tinggalmu semegah istanaku ini?” tanya raja.<br />
<br />
“Tuanku, jika hamba memiliki tempat tinggal semegah tuanku, itu artinya hamba tidak menghormati tuanku raja. Namun demik<span id="dtx-highlighting-item">ia</span>n
tempat tinggal hamba cukup megah tuanku. Tuanku raja dan Putri Jasmin
hamba undang untuk melihat tempat tinggal hamba besok,” sahut Aladin
mantap. Ibu Aladin dan Ali kaget mendengar jawaban Aladin yang nekat.
Sementara jin lampu tenang-tenang saja.<br />
<br />
“Baiklah, aku akan memenuhi undanganmu. Sekarang kal<span id="dtx-highlighting-item">ia</span>n boleh pergi. Persembahan kal<span id="dtx-highlighting-item">ia</span>n aku terima dengan senang hati,” kata sang raja mater<span id="dtx-highlighting-item">ia</span>listis.<br />
<br />
“Kamu gila Aladin!” kata Ali dalam perjalanan pulang. “Tempat tinggal megah yang seperti apa yang engkau maksudkan?”<br />
<br />
“Benar<span id="dtx-highlighting-item"> Aladin. </span>Rumah kita hanya gubuk reyot seperti itu,” kata Ibu<span id="dtx-highlighting-item"> Aladin.</span><br />
<br />
“Ibu
dan Ali tenang saja. Bukankah kita memiliki jin lampu,” kata Aladin
santai. “Jin lampu bisakah kau membuatkan aku istana yang sangat mirip
seperti istana raja?”<br />
<br />
“Tidak ada yang sulit buatku,” sahut jin lampu. Aladin tersenyum senang. Jin lampu<span id="dtx-highlighting-item"> benar-benar </span>membuktikan apa yang dikatakannya. Setelah mengantarkan ibunya kembali ke rumah,<span id="dtx-highlighting-item"> Aladin </span>bersama Ali dan jin lampu pergi mencari lahan kosong yang tidak dihuni orang untuk membangun istana buat<span id="dtx-highlighting-item"> Aladin. </span>Setelah menemukan lahan kosong itu jin lampu mulai bekerja membuatkan<span id="dtx-highlighting-item"> Aladin </span>istana
yang sama megahnya dengan istana raja. Ali yang melihat pekerjaan jin
lampu seorang diri membangun istana itu hanya terbengong-bengong. Dalam
waktu semalam selesailah istana itu. Saat kokok ayam terdengar menyambut
pagi di depan mata<span id="dtx-highlighting-item"> Aladin </span>dan Ali sudah berdiri istana yang megah dan sangat mirip dengan istana milik raja.<br />
<br />
“Gila, kau<span id="dtx-highlighting-item"> benar-benar </span>luar b<span id="dtx-highlighting-item">ia</span>sa,” kata Ali memuji jin lampu. Ali terkagum-kagum melihat istana itu.<span id="dtx-highlighting-item"> Ia </span>berkeliling
melihat-lihat isi dalam istana. Tak sadar kalau Aladin dan jin lampu
sudah tidak bersamanya lagi. Saat tersadar Ali sibuk mencari Aladin dan
jin lampu.<br />
<br />
Sementara itu<span id="dtx-highlighting-item"> Aladin </span>dan
jin lampu sudah asik bergumul di atas ranjang empuk di salah satu kamar
istana itu. Atas pekerjaannya membuatkan istana, jin lampu meminta had<span id="dtx-highlighting-item">ia</span>h dari<span id="dtx-highlighting-item"> Aladin. </span>Had<span id="dtx-highlighting-item">ia</span>hnya tak lain dan tak bukan adalah<span id="dtx-highlighting-item"> Aladin </span>harus memuaskan birahinya. Dengan rela<span id="dtx-highlighting-item"> Aladin </span>menyanggupinya.
Saat Ali sibuk sendiri mengitari istana keduanya segera masuk ke dalam
kamar dan memulai pergumulan birahi yang dahsyat.<br />
<br />
“Ahhh… ahhh…. ahhhh…. Ahhhhh….,” jin mengerang-erang keenakan. Kedua tangannya berpegangan pada t<span id="dtx-highlighting-item">ia</span>ng
tempat tidur. Sementara tubuhnya menungging seperti anjing.
Dibelakangnya Aladin sibuk menggenjot-genjot dengan ganas sambil
mulutnya menciumi punggung lebar jin lampu. Kedua tubuh kekar itu sudah
basah kuyup bersimbah keringat. Bergerak-gerak memuaskan birahi mereka.<br />
<br />
Sementara Ali terus sibuk mencari Aladin dan jin lampu. “Aladin, jin lampu. Dimana kal<span id="dtx-highlighting-item">ia</span>n?!!” ter<span id="dtx-highlighting-item">ia</span>knya.
Suaranya bergema di dalam ruangan istana megah nan luas yang tak
berpenghuni itu. Satu per satu ruangan di periksanya sambil terus berter<span id="dtx-highlighting-item">ia</span>k-ter<span id="dtx-highlighting-item">ia</span>k
mencari. Hingga akhirnya pada satu ruangan Ali terkejut saat pintu
ruangan itu dibukanya. “Aladin?!!!!!” serunya. Matanya membelalak. Di
atas tempat tidur di dalam ruangan itu<span id="dtx-highlighting-item"> ia </span>melihat pemandangan yang sangat tidak b<span id="dtx-highlighting-item">ia</span>sa baginya.<br />
<br />
Aladin dan jin lampu tidur bersis<span id="dtx-highlighting-item">ia</span>n.
Tubuh Aladin berada di belakang jin lampu. Kaki jin lampu mengangkang
ke atas. Dibelakangnya Aladin sedang sibuk bergoyang pantat dengan cepat
dan keras. Kontol Aladin didalam lobang pantat jin lampu. Bergerak
keluar masuk dengan cepat dan keras. Sementara tangan Aladin sibuk
mengocok-ngocok kontol jin lampu.<br />
<br />
“Ahhh… ahhhh… ahhhh… ahhhh…,” keduanya mengerang-erang. Seruan Ali mengagetkan mereka. Erangan mereka terhenti. Keg<span id="dtx-highlighting-item">ia</span>tan mereka terhenti. Masih dalam posisi seperti dilihat Ali, keduanya terkejut bukan alang kepalang.<br />
<br />
“Apa yang kal<span id="dtx-highlighting-item">ia</span>n lakukan?” tanya Ali bingung. Matanya tak urung memandangi kontol keduanya yang besar.<br />
<br />
Aladin
segera melepaskan dirinya dari jin lampu. Dengan kontol masih mengacung
keras didekatinya Ali. Kontolnya yang basah oleh ludah bergoyang-goyang
seiring langkahnya. Mata Ali lekat menatapi kontol sahabatnya itu. Baru
sekali ini<span id="dtx-highlighting-item"> ia </span>melihat Aladin telanjang bulat seperti itu.<br />
<br />
“Ali,
duduklah. Aku akan menerangkannya padamu,” kata Aladin sambil menarik
Ali untuk duduk di atas ranjang. Jin lampu pun ikut duduk bersila di
atas ranjang. Aladin menceritakan segalanya tentang jin lampu. Ali
mengangguk-angguk antara mengerti dengan bingung.<br />
<br />
“Jadi……..engkau homosex ya Aladin?” tanya Ali.<br />
<br />
“Tentu
saja bukan. Jin lampu yang homosex. Aku hanya membantunya memuaskan
birahinya. Jin lampu kan sudah menolongku, apa salahnya aku
menolongnya,” sahut Aladin membela diri.<br />
<br />
“Apakah engkau tidak merasa risih menggumuli laki-laki seperti dirimu juga?”<br />
<br />
“Awalnya risih. Namun setelah merasakannya ternyata luar b<span id="dtx-highlighting-item">ia</span>sa nikmatnya. Tak ada salahnya kan memuaskan birahi bersama. Kami sama-sama puas,” sahut<span id="dtx-highlighting-item"> Aladin.</span><br />
<br />
“Bagaimana dengan Putri Jasmin?”<br />
<br />
“Ada apa dengannya? Aku tetap menyukainya. Aku yakin kontolku akan membuatnya terpuaskan,”<br />
<br />
“Aku<span id="dtx-highlighting-item"> benar-benar </span>bingung,” kata Ali. “Terserah kal<span id="dtx-highlighting-item">ia</span>nlah. Aku permisi dulu,”<br />
<br />
“Mengapa terburu-buru. Kaupun bisa menikmatinya sekarang,” kata jin lampu mencegah Ali yang s<span id="dtx-highlighting-item">ia</span>p-s<span id="dtx-highlighting-item">ia</span>p untuk pergi.<br />
<br />
“Maksudmu?” tanya Ali.<br />
<br />
“Kita dapat melakukannya bertiga,” kata jin lampu tersenyum.<br />
<br />
“Ya. Tentu saja. Mengapa tidak?” sahut<span id="dtx-highlighting-item"> Aladin </span>gembira. Ali bingung. “Ayolah tak perlu ragu. Mari aku bantu melepaskan bajumu,” kata<span id="dtx-highlighting-item"> Aladin. </span>Tangannya kemud<span id="dtx-highlighting-item">ia</span>n sibuk melepaskan paka<span id="dtx-highlighting-item">ia</span>n Ali.<br />
<br />
Pemuda itu<span id="dtx-highlighting-item"> benar-benar </span>bingung.<span id="dtx-highlighting-item"> Ia </span>seperti terhipnotis. Satu persatu paka<span id="dtx-highlighting-item">ia</span>nnya
lepas dari tubuhnya. Tubuhnya yang rammping kini terpampang di hadapan
Aladin dan jin lampu. Putih bersih dan lumayan berotot. Ket<span id="dtx-highlighting-item">ia</span>knya bersih dari bulu. Jembutnya juga tidak terlalu lebat. Kontolnya yang masih tertidur menggantung d<span id="dtx-highlighting-item">ia</span>ntara
selangkangannya. Putih kemerahan. Jin lampu segera berjongkok di
hadapan Ali. Mulutnya langsung menciumi kontol itu. Ali merinding.<br />
<br />
“Ahhh. jangan….. jangan….,” katanya dalam erang. Namun tak ada usahanya untuk mengelak dari jin lampu.<br />
<br />
“Nikmati saja,” bisik Aladin lembut. Aladin kemud<span id="dtx-highlighting-item">ia</span>n
menuju ke arah belakang jin lampu. Tubuh kekar jin lampu kembali
disuruhnya nungging. Rupanya Aladin ingin melanjutkan kembali entotannya
di lobang pantat jin lampu.<br />
<br />
Jin lampu segera memahami keinginan<span id="dtx-highlighting-item"> Aladin. </span><span id="dtx-highlighting-item">Ia</span>pun merasa nanggung oleh sodokan lobang pantat<span id="dtx-highlighting-item"> Aladin. </span>Segera<span id="dtx-highlighting-item"> ia </span>menungging melebarkan paha sehingga kontol<span id="dtx-highlighting-item"> Aladin </span>dapat
dengan mudah menerobos lobang pantatnya. Sembari dientot mulut jin
lampu sibuk mengulumi kontol Ali yang sudah menegang keras. Ketiganya
kini asik menikmati permainan mesum sesama lelaki.<br />
<br />
“Bagaimana Ali?” tanya Aladin sembari bergoyang-goyang pantat.<br />
<br />
“Ahhhh… enak<span id="dtx-highlighting-item"> Aladin. </span>Enak sekalihh…,” sahut Ali meringis malu.<br />
<br />
“Mau yang lebih enak?” tanya Aladin lagi.<br />
<br />
“Apa itu,”<br />
<br />
“Aku entotin kamu seperti jin lampu,”<br />
<br />
“Apa enggak sakit?”<br />
<br />
“Awalnya sakit sedikit kan b<span id="dtx-highlighting-item">ia</span>sa. Buktinya jin lampu ketagihan dibeginiin,” sahut Aladin<span id="dtx-highlighting-item"> ia </span>asik terus bergoyang. Gerakan pantatnya berbalasan dengan gerakan pantat jin lampu.<br />
<br />
“Sepertinya enak ya ngentotin lobang pantat seperti itu Aladin,” kata Ali melihat Aladin keenakan.<br />
<br />
“Enak sekali. Engkau ingin mencobanya?”<br />
<br />
“Iya,” sahut Ali malu-malu.<br />
<br />
“Kalau begitu silakan,” sahut<span id="dtx-highlighting-item"> Aladin. </span>Dilepaskannya
kontolnya dari lobang pantat jin lampu. Dengan penuh semangat Ali
menuju ke belakang jin lampu. Dengan dibantu tangan<span id="dtx-highlighting-item"> Aladin, </span>kontol Ali yang tidak terlalu besar berhasil masuk ke dalam lobang kenikmatan jin lampu. Ali mulai bergoyang-goyang.<br />
<br />
“Ohhhhh… luar b<span id="dtx-highlighting-item">ia</span>sa… enakhh…,” katanya. Aladin tersenyum, jin lampu juga. Aladin kemud<span id="dtx-highlighting-item">ia</span>n berjongkok di belakang Ali.<br />
<br />
“Li, kamu ngangkang sedikit. Aku ingin menikmati lobang pantat kamu yang masih perjaka ini,” kata<span id="dtx-highlighting-item"> Aladin. </span>Ali yang sedang dilanda kenikmatan segera mengangkangkan pahanya. Tangan<span id="dtx-highlighting-item"> Aladin </span>segerah melebarkan bongkahan pantat Ali. Lobang pantat Ali terlihat jelas oleh<span id="dtx-highlighting-item"> Aladin. </span>Sangat rapat. Bentuknya seperti garis lurus yang berkeriput. Lidah<span id="dtx-highlighting-item"> Aladin </span>segera menyapu lobang pantat itu.<br />
<br />
Ali
merinding. Sapuan lidah Aladin yang terasa basah dan hangat membuat
darahnya berdesir. Aladin terus melakukan sapuan-sapuan. Sesekali
jarinya menyodok-nyodok. Membuka celah sempit itu. Ali melenguh-lenguh.<br />
<br />
Aladin
terus melebar-lebarkan celah lobang pantat Ali. Usahanya cukup
berhasil, dua jari Aladin kini bisa masuk menerobos celah sempit itu.
Sodokan Aladin dirasakan Ali menambah kenikmatannya menggenjot.<span id="dtx-highlighting-item"> Ia </span>semakin bernafsu.<br />
<br />
Aladinpun
semakin bersemangat mengerjai celah lobang pantat sahabatnya itu.
Setelah sukses dengan dua jari, kini tiga jarinya mengobok-obok lobang
kenikmatan Ali. Berulang-ulang Aladin meludahi celah pantat itu.
Membuatnya licin dan lembab.<br />
<br />
Tak ada komplain, tak ada penolakan dari Ali.<span id="dtx-highlighting-item"> Ia </span>memb<span id="dtx-highlighting-item">ia</span>rkan
saja Aladin sibuk merojok lobang pantatnya. Ali sibuk menikmati gesekan
kontolnya di lobang pantat jin lampu. Rojokan Aladin semakin buas.
Lobang pantat Ali dirasakannya semakin beradaptasi dengan tusukan benda
panjang dan tumpul. Perkiraan Aladin, sahabatnya itu sudah s<span id="dtx-highlighting-item">ia</span>p untuk ditusuk dengan kontol. Aladin kemud<span id="dtx-highlighting-item">ia</span>n berdiri di belakang Ali. Kontolnya yang tegak digosok-gosoknya di celah buah pantat sahabatnya.<br />
<br />
“Sekarang
aku akan memberikanmu kenikmatan yang sesungguhnya,” bisik Aladin
lembut di telinga Ali. Jemarinya melebarkan buah pantat Ali. Ujung
kepala kontolnya digesekkan di celah lobang pantat Ali. Mulut lobang
pantat Ali yang terbuka diterobosnya perlahan. Ali mengerang. Kepala
kontol Aladin mulai menyusup ke celah lobang pantat itu.<br />
<br />
“Ahhhhhh….,” Ali mengerang. Gerakan pantatnya berhenti.<span id="dtx-highlighting-item"> Ia </span>kesakitan. “Sakittt sekalihh…,” katanya.<br />
<br />
“Jangan dilawan. Tarik nafas dalam-dalam,” kata<span id="dtx-highlighting-item"> Aladin. </span>Sementara tangan yang satu melebarkan buah pantat, tangan<span id="dtx-highlighting-item"> Aladin </span>yang
lain mencengkeram pinggang Ali yang ramping. Ini dilakukannya agar
menghentikan gerakan pantat Ali yang berusaha menghindar. Kontol<span id="dtx-highlighting-item"> Aladin </span>menerobos terus ke dalam.<br />
<br />
“Ahhhhh…… sakitthhhhh,…..,” kata Ali lagi. Aladin tak peduli.<span id="dtx-highlighting-item"> Ia </span>terus mendorong. Aladin sedang menikmati sempitnya celah lobang pantat Ali yang menjepit kontolnya. Sensasinya sangat luar b<span id="dtx-highlighting-item">ia</span>sa.
Sangat berbeda dari lobang pantat jin lampu yang sudah longgar. Tanpa
merasa kasihan Aladin terus menjebol keperjakaan Ali. Kontolnya yang
gemuk dan panjang terus bergerak masuk. Lobang pantat Ali terasa penuh.<br />
<br />
Diiringi
erangan kesakitan Ali, Aladin menancapkan seluruh batang kontolnya ke
dalam lobang pantat sahabatnya itu. Ali merasakan lobang pantatnya
sangat perih. Kontolnya yang tadi keras di dalam lobang pantat jin lamu
mulai lemas. Jin lampu yang tadi keenakan ditancapin kontol Ali yang
mengeras menjadi hilang birahi. Kontol Ali dilepaskannya dari lobang
pantatnya. Kemud<span id="dtx-highlighting-item">ia</span>n<span id="dtx-highlighting-item"> ia </span>berjongkok di depan Ali. Kontol Ali yang lemas segera dihisapnya. Wajahnya terbenam di selangkangan Ali.<br />
<br />
Aladin
mulai bergerak pantat maju mundur. Kontolnya memompa lobang pantat Ali
dengan cepat. Ali mengerang-erang. Matanya terpejam-pejam menahan sakit.
Sementara di depannya, pada selangkangannya, jin lampu sibuk mengulum.
Tiga pemuda gagah itu basah kuyup bersimbah keringat. Aladin terus
mengentot tanpa rasa kasihan. Saat itu yang ada dibenaknya hanyalah
mereguk kenikmatan dari celah lobang pantat sahabatnya itu.<br />
<br />
“Ohhh… ohhhh… ohhhhh…. Ohhhhhh…. Ohhhhh…… ohhhhh……,” erang<span id="dtx-highlighting-item"> Aladin.</span><br />
<br />
“Ahhh..... ahhh..... ahhhh....,” racau Ali antara sakit dan nikmat.<br />
<br />
Akhirnya tiba juga orgasme<span id="dtx-highlighting-item"> Aladin. </span>Seperti b<span id="dtx-highlighting-item">ia</span>sa tubuhnya kelojotan. Pantatnya menekan keras. Membuat kontolnya terbenam dalam-dalam di lobang pantat Ali. Sesaat kemud<span id="dtx-highlighting-item">ia</span>n
dari lobang kencingnya menyemburlah sperma. Ali mendongak menikmati
sensasi semburan itu. Matanya terpejam, bibir bawahnya digigitnya dengan
gigi atasnya.<br />
<br />
Entah karena sensasi semburan sperma
Aladin, atau karena kuluman mulut jin lampu, atau memang karena sudah
saatnya, Ali pun orgasme. Kontolnya berdenyut-denyut. Spermanya tumpah
ruah memenuhi mulut jin lampu.<br />
<br />
Jin lampu mengocok-ngocok kontolnya sendiri.<span id="dtx-highlighting-item"> Ia</span>pun ingin segera menuntaskan birahinya. Beberapa menit kemud<span id="dtx-highlighting-item">ia</span>n<span id="dtx-highlighting-item"> ia</span>pun orgasme. Spermanya tumpah berceceran membasahi lantai. Tiga pemuda itu kemud<span id="dtx-highlighting-item">ia</span>n ambruk di atas ranjang. Lelah, usai memacu birahi mereka yang binal.<br />
<br />
Sesuai dengan yang sudah dijanjikan, rombongan kerajaan tiba di istana Aladin s<span id="dtx-highlighting-item">ia</span>ng harinya. Sang raja<span id="dtx-highlighting-item"> benar-benar </span>takjub melihat istinana bikinan jin lampu itu. Sedemik<span id="dtx-highlighting-item">ia</span>n miripnya istana itu dengan istana kerajaan membuat raja mengira itu adalah istananya sendiri.<br />
<br />
Sang
raja yang punya sifat bawaan matre akhirnya langsung menyetujui lamaran
Aladin pada Putri Jasmin, putri semata wayangnya. Segala hasutan Jafar
sang menteri tak lagi dapat mempengaruhinya. Sang raja kemud<span id="dtx-highlighting-item">ia</span>n memerintahkan para menterinya untuk memeprs<span id="dtx-highlighting-item">ia</span>pkan pernikahan antara Aladin dan Putri Jasmin secepatnya.<br />
<br />
Sepekan kemud<span id="dtx-highlighting-item">ia</span>n raja melangsungkan pernikahan putrinya dengan<span id="dtx-highlighting-item"> Aladin </span>di
Istana kerjaan dalam sebuah pesta yang sangat megah. Tujuh hari tujuh
malam lamanya. Seluruh negara-negara tetangga di undang memer<span id="dtx-highlighting-item">ia</span>hkan pesta itu. Semua terlihat gembira dan bahag<span id="dtx-highlighting-item">ia</span>. Ibu<span id="dtx-highlighting-item"> Aladin, </span>Ali, dan juga jin lampu. Apalagi<span id="dtx-highlighting-item"> Aladin </span>dan Putri Jasmin. Keduanya terlihat sangat bahag<span id="dtx-highlighting-item">ia </span>dan senant<span id="dtx-highlighting-item">ia</span>sa tersenyum di atas kursi pelaminan mereka. Keduanya asik bercanda-canda dalam kemesraan. Hanya ada satu orang yang tidak bahag<span id="dtx-highlighting-item">ia </span>hari itu. S<span id="dtx-highlighting-item">ia</span>pa lagi kalau bukan Jafar. Selama pesta berlangsung,<span id="dtx-highlighting-item"> ia </span>sibuk memikirkan usaha untuk membalas sakit hatinya pada<span id="dtx-highlighting-item"> Aladin.</span><br />
<br />
Tamat? Belum dong. Masih ada sekuelnya. Sabar ya.<br />
<br />
Ringkasan Cerita Selanjutnya :<br />
<br />
Jafar berusaha keras membalaskan sakit hatinya pada<span id="dtx-highlighting-item"> Aladin. </span><span id="dtx-highlighting-item">Ia </span>curiga dengan segala kekayaan melimpah yang dimiliki oleh pemuda itu. Kemud<span id="dtx-highlighting-item">ia</span>n<span id="dtx-highlighting-item"> ia </span>melakukan penyelidikan terhadap<span id="dtx-highlighting-item"> Aladin. </span>Penyelidikan Jafar mempertemukannya dengan Paman<span id="dtx-highlighting-item"> Aladin, </span>Karim.<br />
<br />
Dari Karim inilah<span id="dtx-highlighting-item"> ia </span>mengetahui rahas<span id="dtx-highlighting-item">ia</span><span id="dtx-highlighting-item"> Aladin </span>memperoleh kekayaannya dan juga tentang jin lampu yang mengabdi pada<span id="dtx-highlighting-item"> Aladin. </span>Karena sama-sama merasa dirugikan oleh<span id="dtx-highlighting-item"> Aladin, </span>maka Jafar dan Karim bersekutu. Keduanya bertekad kuat untuk merebut kembali apa yang mereka rasa sebagai hak mereka dari<span id="dtx-highlighting-item"> Aladin. </span>Target Jafar adalah merebut Putri Jasmin sedangkan target Karim adalah merebut harta kekayaan dan lampu was<span id="dtx-highlighting-item">ia</span>t<span id="dtx-highlighting-item"> Aladin.</span><br />
<br />
Adu licik dan strategipun dimulai d<span id="dtx-highlighting-item">ia</span>ntara pergumulan birahi d<span id="dtx-highlighting-item">ia</span>ntara mereka yang panas, l<span id="dtx-highlighting-item">ia</span>r, dan binal. Seru dan semakin menggairahkan.<br />
<br />hari putrahttp://www.blogger.com/profile/07769461846416848133noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7864063312826976056.post-70810243298265472812013-04-12T22:36:00.000-07:002013-04-12T22:43:26.330-07:00Aladin Part 2<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjoerWumMvE3fD2brSmrg-UoIv8vCWwsESofja-D-7_DEI8P8YcsXCihUhtSmHTEubyapM1xmlhofUhzC2mCQ9w5lj9iMP9vAl5QGtI0ITkTpUydF9xLtvMJ0B_AmL6X_MsvXC_M7nrituQ/s1600/aladin2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjoerWumMvE3fD2brSmrg-UoIv8vCWwsESofja-D-7_DEI8P8YcsXCihUhtSmHTEubyapM1xmlhofUhzC2mCQ9w5lj9iMP9vAl5QGtI0ITkTpUydF9xLtvMJ0B_AmL6X_MsvXC_M7nrituQ/s1600/aladin2.jpg" /></a></div>
“Pamanku benar-benar jahat,” batin Aladin. Ia terduduk sendiri merenungi
nasibnya. Kini ia terkurung di dalam tanah bersama harta karun yang
melimpah. Sementara sang paman meninggalkannya. Aladin memandangi harta
karun di dalam kantong. Sebuah lampu yang terbuat dari emas tertangkap
pandangannya. Aladin segera mengambil lampu itu. Ia berniat memindahkan
api dari obornya ke sumbu lampu itu.<br />
<br />
“Betapa kotonya lampu ini,”
kata Aladin. Tangannya kemudian menggosok-gosok lampu itu
membersihkannya dari tanah. Tiba-tiba terjadi keanehan. Dari ujung sumbu
lampu itu keluar asap tebal. Asap itu terus membubung dan membentuk
gumpalan kemudian perlahan-lahan gumpalan itu berbentuk wujud manusia.
Aladin ketakutan.<br />
<br />
Gumpalan asap menipis. Lalu hilang. Kini
terlihatlah sesosok tubuh laki-laki, tinggi kekar berdiri tegak di
hadapan Aladin. Laki-laki itu sangat gagah dan tampan. Aladin ketakutan
sekaligus kebingungan melihat laki-laki itu. Yang membingungkan Aladin
adalah laki-laki tampan itu tak menggenakan pakaian sama sekali. Tak ada
sehelai benangpun melekat di tubuhnya yang berotot. Pada
selangkangannya menggantung sebuah kontol besar, melengkung ke arah
kanan. Rimbunan jembut memenuhi pangkal kontol itu.<br />
<br />
“Sssiiiapa kau?” tanya Aladin.<br />
<br />
“Aku adalah jin lampu lampu,” sahut laki-laki itu dengan suara berwibawa.<br />
<br />
“Jin lampu lampu?”<br />
<br />
“Ya.
Engkau telah membebaskan diriku dari kurungan lampu itu ratusan tahun.
Sebagai tanda terima kasih, aku akan memenuhi segala permintaanmu,”
sahut jin lampu itu.<br />
<br />
“Segala permintaan?”<br />
<br />
“Ya. Apapun yang kau minta,”<br />
<br />
“Benarkah kata-katamu itu?”<br />
<br />
“Cobalah dulu,”<br />
<br />
“Baiklah. Bebaskan aku dari sini beserta harta-harta ini,”<br />
<br />
“Perintahmu adalah tugasku. Ting,”<br />
<br />
Tiba-tiba
Aladin sudah berada di luar demikian juga seluruh kantong harta itu.
Aladin merasa sangat senang. Jin lampu itu sudah berdiri di sebelahnya.
Masih telanjang bulat. Aladin melirik pada batang kontol besar yang
menggantung itu.<br />
<br />
“Aku minta kau menggenakan pakaian,” kata Aladin.<br />
<br />
“Kenapa engkau meminta seperti itu?”<br />
<br />
“Aku merasa risih melihatmu telanjang bulat seperti itu,”<br />
<br />
“Engkau merasa risih atau iri? Karena melihat kontolku ini?”<br />
<br />
“Mmmm dua-duanya,”<br />
<br />
“Mengapa engkau tidak memintaku agar membesarkan ukuran kontolmu. Agar engkau merasa bangga,”<br />
<br />
“Ukuranku sudah cukup besar,” sahut Aladin.<br />
<br />
“Tapi tidak sebesar punyaku kan,”<br />
<br />
“Iya,”<br />
<br />
“Makanya. Mintalah,”<br />
<br />
“Baiklah. Aku minta agar kontolku lebih besar dari punyamu,”<br />
<br />
“Permintaanmu adalah tugasku. Ting,”<br />
<br />
Tiba-tiba
Aladin merasa celananya menjadi sempit. Ia melirik ke bawah.
Selangkangannya terlihat menonjol besar. Aladin segera membuka
celananya.<br />
<br />
“Astaga besar sekali,” serunya girang. Pada
selangkangannya menggantung sebuah kontol yang besar. Panjangnya sekitar
dua puluh sentimeter. “Padahal masih lemas. Bagaimana lagi kalau
tegak?” seru Aladin.<br />
<br />
“Cobalah tegakkan agar engkau mengetahui ukurannya,” kata Jin lampu.<br />
<br />
“Maksudmu engkau menyuruhku onani? Buat apa tanganku capek. Aku hanya mau melakukannya apabila ada yang membantu,” sahut Aladin.<br />
<br />
“Baiklah
kalau begitu. Duduklah di batu itu aku akan membantumu,” kata jin
lampu. Aladin segera duduk di atas batu, mengangkang memamerkan
kontolnya yang besar dan rimbun dengan jembut lebat. Ia tak sabar dengan
bantuan jin lampu. Ia yakin jin lampu akan menghadirkan seorang gadis
cantik membantunya.<br />
<br />
Jin lampu kemudian mendekati Aladin. Sekejab
saja ia sudah menunduk di selangkangan Aladin. Mulut sang jin lampu
langsung melahap kontol besar Aladin.<br />
<br />
“Mau apa kau?” tanya Aladin
bingung. Jin lampu tampan itu sudah sibuk mengulum-ngulum kontol besar
Aladin. “Bukan ini maksudku,” kata Aladin. Ia berusaha melepaskan diri
dari mulut jin lampu. Namun usahanya gagal karena jin lampu itu sudah
sedemikian bernafsu mengerjai kontol Aladin.<br />
<br />
“Nikmati saja. Sudah ratusan tahun aku tidak merasakan nikmatnya kontol dalam mulutku.. mmhhh… mmhhh…,”<br />
<br />
“Kau menyukai kontol?” tanya Aladin bingung.<br />
<br />
“Mmmhhhpp… Iya. Aku jin lampu yang suka kontol. Apalagi kontol-kontol pemuda tampan seperti engkau, Mmmhhhh…mmmmhhhh…,”<br />
<br />
“Jadi…..,”<br />
<br />
“Mmmhhh…benar.
Aku jin lampu homosex. Aku dikurung dalam lampu itu adalah sebagai
hukuman dari tuanku yang sebelumnya. Ia sangat gagah dan tampan. Dan
kontolnya besar sekali. Aku sangat menyukai kontolnya itu,” jin lampu
tampan itu menghentikan kulumannya di kontol Aladin. Lalu duduk
bercerita di samping Aladin. “Sebenarnya diapun sangat suka kukulum
kontolnya. bukan hanya kuluman kontolku dia suka, lobang pantatkupun
sangat suka dientotnya. Akhirnya dia menikah dengan seorang putri
cantik. Sejak itu aku dan dia sangat jarang bermain kontol. Suatu waktu
aku sangat terangsang. Aku tak tahan lagi menahan nafsuku. Saat dia
tidur bersama istrinya di kamarnya, kudatangi dia. Mereka sedang
tertidur lelap,” jin lampu tampan itu terdiam sejenak. Aladin terus
mendengarkan dengan antusias.<br />
<br />
“Sepertinya mereka usai ngentot
berdua. Keduanya tertidur dalam keadaan telanjang bulat. Sperma tuanku
kulihat berceceran di sekitar memek istrinya. Aku sangat suka dengan
rasa gurihnya sperma tuanku. Ku jilat ceceran sperma di memek istrinya
itu. Setelah bersih mulutku langsung mengulum sumber memek itu. Kontol
tuanku kuhisap kuat. Dia terbangun. Melihatku dia tersenyum. Rupanya di
juga rindu dengan mulutku. Dia berbisik padaku agar melakukannya dengan
perlahan dan jangan berisik agar istrinya yang tertidur di sebelahnya
tidak terbangun. Aku melakukan kuluman di kontolnya sesuai dengan
permintaannya. Rupanya dia tak cukup puas dengan mulutku saja. Dia juga
rindu lobang pantatku. Kemudian dia menyuruhku menduduki kontolnya.
Kulakukan apa yang disuruhnya. Kami mengentot dengan lembut. Pantatku
berputar-putar memilin-milin dan membenamkan kontolnya yang besar di
lobang pantatku. Istrinya terus terlelap di sebelahnya,”<br />
<br />
“Gila. Kalian melakukannya dengan istrinya tidur di sebelahnya,”<br />
<br />
“Ya.
Dia benar-benar rindu pantatku. Dia bergoyang dengan sangat
bersemangat. Pantatku diremas-remasnya. Aku melayaninya dengan tak kalah
bersemangat. Kami bergoyang dengan cepat dan keras. Tak lagi
memperdulikan keberadaan istrinya. Tempat tidur berderak-derak. Nasib
sial, istrinya terbangun. Waktu itu keadaannya sudah nanggung sekali.
Aku sudah hampir orgame. Tuanku juga. Istrinya terkejut melihat tubuhku
yang telanjang bulat sedang menduduki kontol suaminya. Tuanku langsung
marah-marah padaku. Ia mengatakan bahwa ia terasa bermimpi mengentot
istrinya. Ternyata aku. Selanjutnya untuk menyenangkan istrinya ia
mengurungku dalam lampu itu dan membuangku ke laut. Begitulah aku
dibuang dalam keadaan ngentot nanggung dan telanjang bulat. Karenanya
begitu melihatmu tadi aku langsung terangsang. Engkau begitu gagah dan
tampan seperti tuanku dulu. Kalau seandanya tadi yang menolongku adalah
laki-laki yang tidak menarik atau seorang wanita maka aku hanya akan
memenuhi tiga permintaannya saja. Tapi karena engkau yang menolongku
maka semua permintaanmu akan aku kabulkan asal aku selalu di dekatmu dan
bisa menikmati kontolmu,”<br />
<br />
“Mmmmm begitu,” Aladin
menimbang-nimbang. Ia belum pernah diisep kontol oleh laki-laki. Tadinya
ia merasa sangat aneh. Namun ternyata hisapan jin lampu tampan itu bisa
merangsang kontolnya juga. Lagipula jin lampu ini dapat dimanfaatkannya
untuk memenuhi segala keinginannya. Akhirnya Aladin memutuskan untuk
menerima saja kelakuan jin lampu yang gagah ini. “Engkau boleh
melanjutkan hisapanmu tadi. Yang penting segala permintaanku harus
engkau kabulkan,”<br />
<br />
“Tentu saja,”<br />
<br />
“Tapi ada yang ingin aku tanyakan padamu terlebih dahulu,”<br />
<br />
“Apa yang ingin engkau tanyakan?”<br />
<br />
“Engkau
terlihat sangat gagah dan tampan. Begitu jantan malah. Mengapa engkau
bisa menyukai laki-laki? Apakah wanita cantik tidak bisa memuaskanmu?”<br />
<br />
“Aku
bisa memuaskan birahiku pada wanita. Namun entah mengapa aku lebih
menikmatinya bila melakukannya dengan laki-laki sepertiku. Apalagi bila
laki-laki itu tampan dan jantan seperti engkau. Aku sangat menyukainya.
Mungkin sudah takdirku diciptakan seperti ini,” jawab jin lampu dengan
lirih. Ia terlihat sedih.<br />
<br />
“Maafkan pertanyaanku jin lampu kalau itu menyinggung perasaanmu,”<br />
<br />
“Tidak apa-apa. Aku bisa memahami kebingunganmu. Bolehkah kita melanjutkan lagi permainan yang tadi tertunda,”<br />
<br />
“Baiklah. Silakan engkau mengisap kontolku lagi,”<br />
<br />
“Bolehkah bila aku menduduki kontolmu?”<br />
<br />
“Kau menginginkannya? Apakah bisa? Lobang pantatmu kan sempit. Sementara kontolmu besar begini. Apakah engkau tidak kesakitan?”<br />
<br />
“Aku
sangat merindukan sodokan kontol di lobang pantatku. Aku sudah biasa.
Rasanya sangat nikmat kok. Tidak ada sakit sama sekali. Bolehkah?”<br />
<br />
“Baiklah. Terserah padamu saja,”<br />
<br />
Jin
lampu tampan dan gagah itu segera mengangkangi selangkangan Aladin.
Posisi mereka berdua saling berhadapan muka. Perlahan-lahan jin lampu
itu menurunkan pantatnya memasukkan kontol Aladin ke dalam lobang
pantatnya. Aladin memandangi daerah selangkangannya. Dilihatnya
kontolnya yang besar dan tegang itu sedikit demi sedikit masuk ke dalam
lobang pantat jin lampu. Kontolnya dirasakannya seperti dibungkus oleh
sesuatu yang hangat dan empuk. Aladin mengerang. Kontolnya terasa
diremas dengan kuat.<br />
<br />
“Ohhhh… enaknya..,” erang Aladin.<br />
<br />
“Kau menyukainya?” tanya jin lampu.<br />
<br />
“Yahhh… trusshhhhh…,”<br />
<br />
Jin
lampu terus menekan pantatnya ke arah bawah. Tak lama kontol Aladin
tertelan seluruhnya dalam lobang pantat jin lampu. Jin lampu itu
terlihat begitu menikmati kontol Aladin di dalam lobang pantatnya. Ia
tersenyum pada Aladin. Selanjutnya ia menggerakkan bongkahan pantatnya
naik turun dengan lembut. Aladin kembali mengerang. Jin lampu memegangi
bahu Aladin dengan kedua tangannya. Tungkai kakinya bergerak-gerak
menaik turunkan pantatnya.<br />
<br />
Kehidupan jalanan membuat Aladin
terbiasa ngentot dengan pelacur jalanan. Kontolnya sudah seringkali
dikocok-kocok oleh memek wanita. Namun kocokan lobang pantat jin lampu
dirasakannya sangat berbeda dari kocokan memek yang pernah dirasakannya.
Gesekan lobang pantat jin lampu pada daging batang kontolnya merupakan
sensasi yang sangat luar biasa dirasakannya. Aladin sangat menikmatinya.
Ia kini mulai merlakukan gerakan pantat balasan. Pinggang ramping jin
lampu dicengkeramnya dengan erat. Pantatnya bergerak naik turun. Ia tak
memperdulikan lagi kalau jin lampu itu laki-laki juga sepertinya.
Bibirnya mencari bibir jin lampu yang tipis dan merah. Dilumatnya bibir
jin lampu dengan penuh nafsu diantara erangan dan dengusan nafasnya yang
keras. Kedua lelaki tampan itu berciuman sambil terus bergoyang pantat
seirama.<br />
<br />
Kulit mereka yang putih mulai terlihat memerah. Keringat
mengucur deras membasahi setiap lekuk tubuh mereka yang berotot.
“Ohhhhh…. Ohhhhh….. ohhhhh….. ohhhhhhh….. ohhhhhh…..,” tak ada suara
lain selain erangan-erangan kenikmatan dan suara kecipak dan tepukan
buah pantat jin lampu dengan paha Aladin.<br />
<br />
Otot-otot mereka
terlihat semakin mengencang. Goyangan pantat yang mereka lakukan juga
semakin cepat dan tak beraturan. Masing-masing ingin melakukan gerakan
menekan lebih dulu. Aladin menyarangkan wajahnya di dada bidang jin
lampu. Mulutnya menciumi dan menggigit-gigit pentil jin lampu yang
kecoklatan dalam keadaan tegak keras.<br />
<br />
Keduanya terus bergerak.
Kontol jin lampu yang tegak menggesek-gesek perut Aladin yang berotot.
Jin lampu mulai mengerang-erang keras. Wajahnya menengadah. Matanya
terpejam-pejam. Rupanya orgasmenya akan segera tiba. Tak lama pantatnya
menekan keras. Kontol Aladin terbenam dalam di lobang pantatnya.
Tangannya mencengkeram bahu Aladin kuat-kuat. “Heh… heh…. Hehh…. Ahhhh….
Ahhh…. ahhh…. ahhh…,” jin lampu mengerang kuat. Tubuhnya kelojotan.
Dari lobang kencingnya menyembur sperma. Kencang dan deras.
Menyemprot-nyemprot membasahi perut dan dada Aladin.<br />
<br />
Orgasme
menyebabkan lobang pantat jin lampu berkontaksi. Rongga lobang pantatnya
mendenyut-denyut kuat. Hal ini membuat Aladin merasakan kontolnya
diemas dengan sangat kuat. Pengaruhnya luar biasa. Aladin tak lagi bisa
menahan orgasmenya. Otot-ototnya mengejang. Perutnya kembang kempis.
Nafasnya tersengal-sengatl. Dari mulutnya keluar erangan. “Ohhhhhh…
ohhhhhhhh…………….. ohhhhhhh……,” mulutnya mnghisap pentil dada jin lampu
kuat-kuat. Pinggang ramping jin lampu dicengkeramnya kuat. Pantatnya
menekan ke atas. Sesaat kemudian spermanya menyembur deras memenuhi
lobang pantat jin lampu. “Ohhhhhhhhhh………..,”<br />
<br />
Jin lampu memeluk
leher Aladin erat. Bahu Aladin digigit-gigitnya. Ia sangat keenakan
menerima semburan sperma hangat Aladin di rongga lobang pantatnya. Untuk
beberapa saat keduanya tetap saling menekan pantat, menikmati orgasme
mereka yang dahsyat. Otot-otot mereka menegang. Berkilauan karena basah
bersimbah keringat.<br />
<br />
Jin lampu tetap duduk di atas pangkuan Aladin. Keduanya saling menatap untuk waktu yang lama.<br />
<br />
“Bagaimana
Aladin?” tanya jin lampu lembut. Ia beringsut dari atas pangkuan
Aladin. Kontol Aladin yang sudah lemas lepas dari lobang pantat jin
lampu.<br />
<br />
“Hehehe.. huihh… rasanya luar biasa,” sahut Aladin cengengesan. Ia memandangi kontolnya yang belepotan spermanya sendiri.<br />
<br />
“Kau
menyukainya?”tanya jin lampu. Tangannya mengelap sisa-sisa ceceran
sperma Aladin di lobang pantatnya dengan celana panjang Aladin.<br />
<br />
“Sangat. Hah.. hah.. rasanya aku keranjin lampugan. Hei mengapa kau mengelap sperma itu dengan celanaku?”<br />
<br />
“Santai saja. Aku akan mengganti pakaianmu nanti. Kita dapat mengulanginya kapanku kita mau,”<br />
<br />
“Baiklah. Saat ini engkau harus membantuku,” Aladin mengelap sperma di kontol dan badannya dengan celananya juga.<br />
<br />
“Aku siap melaksanakan apapun yang kau perintahkan,”<br />
<br />
“Kita harus kembali ke rumahku. Sebentar lagi hari hampir gelap,”<br />
<br />
“Perintahmu adalah tugasku. Ting,”<br />
<br />
Selanjutnya dihadapan mereka muncul sebuah permadani.<br />
<br />
“Untuk apa permadani ini?” tanya Aladin bingung.<br />
<br />
“Naikilah permadani,” kata jin lampu.<br />
<br />
Aladin
mengikuti apa yang dikatakan jin lampu. Semua kantong berisi harta
dinaikkannya juga ke atas permadani itu. Selanjutnya terjadi keanehan.
Permadani itu mulai melayang di udara.<br />
<br />
“Hei ini permadani terbang!” seru Aladin.<br />
<br />
“Ya, duduklah Aladin. Kita akan melintasi udara dan kembali ke kampungmu,”<br />
<br />
“Baiklah.
Tapi sebelumnya berikan dulu akau pakaian. Dan aku juga menginginkan
engkau berpakain juga. Warga kampungku akan bingung melihatmu telanjang
bulat seperti itu nantinya,”<br />
<br />
“Perintahmu adalah tugasku. Ting,”<br />
<br />
Pakaian
baru, bersih dan indah langsung melekat di tubuh keduanya. Aladin
sangat senang akan hal itu. Ia tertawa-tawa senang. “Kalau begitu kita
kembali ke kampungku sekarang,” kata Aladin kemudian.<br />
<br />
Permadani
terbang membubung tinggi ke angkasa. Melayang seperti burung elang,
membawa Aladin terbang kembali ke kampungnya. Jin lampu melayang di
samping permadani terbang mendampingi Aladin yang tertawa kegirangan,
takjub melihat pemandangan di bawahnya.<br />
<br />
Hari mulai gelap. Kampung
Aladin sudah terlihat dari udara. Begitu indah oleh nyala lampu minyak
yang berkilauan. Seperti untaian mutiara berkilau dilihat dari atas
permadani terbang. “Itu rumahku,” tunjuk Aladin pada sebuah rumah reyot
di sudut desa. Permadani melayang turun, begitu pula jin lampu.<br />
<br />
Dengan
sukses mereka mendarat di atas atap rumah Aladin yang datar. Permadani
terbang perlahan-lahan menghilang. Jin lampu kemudian membawa Aladin
turun ke bawah. Melayang-layang dalam pangkuan jin lampu Aladin bergerak
turun hingga sampai ke tanah.<br />
<br />
“Ahh.. senangnya tiba di rumah. Benar-benar perjalanan yang sangat melelahkan,” kata Aladin.<br />
<br />
“Lelah karena perjalanan atau karena ngentotin aku?” bisik jin lampu nakal. Lidahnya menggelitik daun telinga Aladin.<br />
<br />
“Dua-duanya,”
jawab Aladin cengengesan. “Kamu jangan nakal begitu dong kalo disini.
Nanti rahasia kita terbongkar,” kata Aladin berbisik.<br />
<br />
“Siap boss,” jawab jin lampu tersenyum lucu.<br />
<br />
Pintu
rumah Aladin sudah tertutup rapat. Aladin mengetuk pintu dengan
sumringah. Ia sudah tak sabar memamerkan harta karun yang ditemukannya
kepada ibunya. Tak lupa pintu membuka, wajah ibunya yang berselendang
nongol dari balik pintu.<br />
<br />
“Aladin darimana saja engkau? Ali
mencarimu sejak tadi. Aa yang engkau bawa itu? Siapa pula pemuda ini?”
pertanyaan beruntun mengalir dari mulut sang ibu.<br />
<br />
“Sabar bu, sabar. Satu per satu kalau bertanya. Biarkan aku masuk dulu, nanti aku jawab semua pertanyaan ibu,”<br />
<br />
“Masuklah.
Hei darimana kau dapat pakaian bagus ini? Kau mencuri lagi ya?” sang
ibu masih terus bertanya. Aladin hanya tersenyum-senyum, pintu rumah di
kuncinya. Kemudian ditariknya tangan sang ibu untuk duduk di dekatnya.<br />
<br />
“Ibu
benar-benar gak sabar nih. Ibu duduk dulu. Lihat nih apa yang aku
bawa,” kantong yang dibawa Aladin langsung dibongkarnya. Mata sang ibu
membelalak. Mulutnya menganga lebar. Tak percaya melihat begitu banyak
perhiasan di depan matanya. Berserakan di lantai rumahnya yang reyot.<br />
<br />
“Aladin…. Kau…, kau mencurinya dari mana…?” tanya sang ibu terbata-bata. Matanya melotot antara marah dan tak percaya.<br />
<br />
“Sssttt……
aku tidak mencurinya bu,” Aladin kemudian menceritakan apa yang
dilakukannya bersama pamannya, Karim. Juga pertemuannya dengan jin
lampu. Tentu saja adegan hardcore sejenis tak diceritakannya pada sang
ibu. Bisa berabe kan.<br />
<br />
“Jin? Mana mungkin. Pemuda ini seperti layaknya manusia biasa,” kata sang ibu tak percaya.<br />
<br />
“Jin lampu, masuklah lagi ke dalam lampu agar ibuku percaya,” kata Aladin.<br />
<br />
“Perintahmu
adalah tugasku. Ting,” tubuh jin lampu berubah menjadi asap. Kemudian
asap itu menyusup ke dalam lampu yang ditemukan Aladin.<br />
<br />
“Benarkah semua ini Aladin?” sang ibu masih belum percaya.<br />
<br />
Aladin
tersenyum-senyum. Jemarinya menggosok-gosok lampu itu, lalu kembali
asap mengepul dari ujung sumbu lampu. Asap itu kemudian berubah kembali
menjadi jin lampu. Sang ibu benar-benar bingung. Ia tetap antara yakin
dan tidak. Tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu. Aladin segera
memasukkan kembali perhiasan itu kedalam empat kantong yang dibawanya.
“Siapa itu?!” tanyanya keras. Ia kuatir itu pamannya.<br />
<br />
“Ali!” sahut suara dari luar. Aladin segera menuju pintu. Dibukanya pintu. Wajah Ali yang penuh kekuatiran segera menyambutnya.<br />
<br />
“Aku sungguh-sungguh kuatir padamu Aladin,” kata Ali. “Kemana saja engkau?” tanyanya.<br />
<br />
“Masuklah
dulu,” kata Aladin. Ali ditariknya masuk ke dalam rumah. Pintu kembali
dikuncinya. “Duduklah dan jangan banyak tanya. Dengarkan saja ceritaku,”
Aladin menceritakan lagi apa yang telah diceritakannya tadi pada
ibunya. Ali hanya melongo-longo. Semakin melongo saat melihat perhiasan
yang dibawa Aladin dan jin lampu memamerkan kemampuanya masuk ke dalam
lampu mungil yang ditemukan Aladin.<br />
<br />
“Engkau kaya raya kawan. Engkau bisa melamar Putri Jasmin kini,” kata Ali.<br />
<br />
“Benar.
Aku kaya raya sekarang. Aku dapat melamar Putri Jasmin sekarang. Maukah
engkau melamar putri cantik itu untukku ibu?” tanya Aladin. Ibunya
mengangguk-angguk, tetap dengan kebingungannya.<br />
<br />
“Jin lampu,
sediakan makanan buat kami sekarang. Aku sangat lapar. Ibu dan Ali pasti
juga sangat lapar. Hidangkan makanan yang enak buat kami,” kata Aladin
bersemangat.<br />
<br />
“Perintahmu adalah tugasku. Ting,”<br />
<br />
Berbagai
hidangan lezat langsung terhidang di hadapan mereka. Makanan yang selama
ini tak pernah bisa dirasakan oleh ketika orang miskin itu. Dengan
lahap mereka menyantap makanan itu. Hingga kekenyangan dan tak dapat
berkata apa-apa lagi. Jin lampu tersenyum bahagia melihat kebahagian
tuan barunya yang tampan beserta keluarganya itu. Malam itu keluarga
Aladin tidur dengan nyenyak. Mereka tidur diatas timbunan perhiasan yang
berkilauan. Jin lampu masuk kembali ke dalam lampu. Iapun tertidur
nyenyak di dalam sana.<br />
<br />
Matahari bergerak naik. Aladin dan
keluarganya sudah bersiap-siap diri. Mereka berniat untuk melamar Putri
Jasmin hari itu. Pakaian indah sudah mereka kenakan pemberian jin lampu.
Ibu Aladin sibuk mematut-matut bayangan dirinya di cermin buruk
miliknya. Ia merasa senang dengan pakaian dan segala perhiasan yang
dikenakannya hari itu.<br />
<br />
Dengan permadani terbang mereka menuju
istana. Jin lampu melayang disamping permadani terbang mendampingi
perjalanan ketiga orang yang sedang berbahagia itu. Harta karun mereka
bawa dalam peti besar yang indah. Harta karun itu akan mereka berikan
sebagai persembahan untuk melamar sang putri.<br />
<br />
Kemegahan istana
sudah terlihat dari angkasa. Kubahnya menjulang tinggi. Berkilauan oleh
pantulan cahaya matahari. Kubah itu terbuat dari emas. Sangat indah.
Aladin dan ibunya juga Ali terkagum-kagum melihat kemegahan istana itu.<br />
<br />
Akhirnya
mendaratlah mereka di istana. Para pengawal kebingungan melihat
kedatangan rombongan yang ajaib itu. Mereka belum pernah melihat sebuah
permadani dapat menerbangkan orang. Singkat cerita, mereka berempat
dihadapkan pada sang raja.<br />
<br />
“Siapa kalian? Dan ada keperluan apa kalian mendatangiku kemari?” tanya sang raja dengan penuh wibawa.<br />
<br />
“Kami
adalah bangsawan dari selatan tuanku raja. Nama hamba Aladin, hamba
datang kemari bersama dengan ibu dan Saudara hamba ini beserta seorang
pengawal,” sahut Aladin. Jin lampu ditunjuknya sebagai pengawal.<br />
<br />
“Kedatangan kami kemari adalah untuk melamar putri tuanku raja bagi putraku ini,” kata Ibu Aladin melanjutkan.<br />
<br />
“Melamar
putriku? Hahahaha,” sang raja tertawa terbahak-bahak. Aladin dan
rombongan kebingungan. “Berani sekali kalian datang kemari untuk melamar
putriku. Sudah banyak pangeran-pangeran kaya yang datang untuk melamar,
namun semuanya ditolak oleh putriku. Lalu kalian datang kemari
mengaku-ngaku sebagai bangsawan. Persembahan apa yang dapat kalian
berikan kepadaku sehingga aku bisa mmpercayai bahwa kalian memang
bangsawan dan layak melamar putriku,”<br />
<br />
“Inilah persembahan yang
kami bawa untuk tuanku,” kata ibu Aladin. Harta karun yang ditemukan
Aladin kemudian digelar dihadapan sang raja.<br />
<br />
Raja terkejut
melihat perhiasan emas yang sangat banyak terhampar di hadapan matanya.
Sifat materialistisnya langsung keluar. “Boleh juga persembahan yang
kalian bawa. Namun terlebih dahulu aku akan bertanya pada menteri
kepercayaanku. Panggil Jafar kemari dan juga putriku!” perintah raja
pada pengawalnya.<br />
<br />
Tak lama berturut-turut datanglah Putri Jasmin
dan Jafar, menteri kepercayaan raja. Putri Jasmin terlihat senang
melihat kedatangan Aladin. Lelaki yang pernah dilihatnya di pasar.<br />
<br />
“Putriku, pemuda ini datang bersama ibunya untuk melamarmu. Bagaimana pendapatmu?” tanya raja.<br />
<br />
“Hamba
terserah keputusan ayahanda saja. Namun kalau hamba melihat pemuda ini
kelihatannya baik,” sahut Putri Jasmin lembut. Dia menunduk malu-malu.
Raja mengangguk-angguk. Aladin merasa senang mendengar tanggapan Putri
Jasmin. Sementara wajah Jafar sang menteri terlihat sewot.<br />
<br />
“Tuanku, maafkan hamba menyela,” kata Jafar.<br />
<br />
“Ada apa Jafar?” tanya sang raja pada menterinya yang terlihat gagah itu.<br />
<br />
“Tuanku,
hamba rasa kita perlu mengetahui kekayaan pemuda ini dulu. Tuanku
adalah raja paling kaya di muka bumi ini. Adalah sangat tidak pantas
apabila tuanku memiliki menantu yang tidak jelas asal-usul dan
kekayaannya,” kata Jafar sambil melirik tajam pada Aladin. Sesungguhnya
Jafar ini juga mencintai Putri Jasmin. Ia tak rela apabila putri cantik
itu menikah dengan orang lain. Karena itu selama ini ia selalu berusaha
menghalangi apabila ada yang bernita melamar sang putri.<br />
<br />
“Bagaimana maksudmu?” tanya raja.<br />
<br />
“Tuanku,
menurut hamba kita perlu mengetahui dulu, apakah Putri Jasmin nantinya
akan tinggal di tempat yang layak baginya. Selama ini putri tuanku
tinggal di tempat semegah ini, apakah pemuda ini memiliki tempat tinggal
yang semegah istana tuanku. Hamba kuatir nantinya Putri Jasmin tidak
betah tinggal di tempat yang tidak sesuai untuknya,” kata Jafar. Aladin
semakin tak suka dengan menteri tampan itu. Sementara Putri Jasmin juga
terlihat tak suka. Namun untuk membatah Jafar ia malu karena dianggap
perempuan rendahan yang gila laki-laki. Ibu Aladin, Ali, dan jin lampu
juga kesal mendengar ucapan Jafar.<br />
<br />
Bersambung.....
hari putrahttp://www.blogger.com/profile/07769461846416848133noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7864063312826976056.post-38296534294260975552013-04-12T22:34:00.002-07:002013-04-12T22:42:45.897-07:00Aladin Part 1<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgYX83AJpAfcmDfhracC1i6AggXj6ANw6xIAGqjPtI-stPUQ3F0p5ar15EuTMroLxJ8f59Un0a98z793ebhs3avOqP1Yn9hyphenhyphenvR1-CKRtE8Bm9AC1W7e2YgMNg9LwWEB4d8AEnTOSYPIpvzG/s1600/aladin1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgYX83AJpAfcmDfhracC1i6AggXj6ANw6xIAGqjPtI-stPUQ3F0p5ar15EuTMroLxJ8f59Un0a98z793ebhs3avOqP1Yn9hyphenhyphenvR1-CKRtE8Bm9AC1W7e2YgMNg9LwWEB4d8AEnTOSYPIpvzG/s1600/aladin1.jpg" /></a></div>
Zaman dahulu kala di Negeri Cina tinggallah seorang pemuda miskin Aladin
namanya. Kemiskinannya membuat Aladin melakukan segala hal untuk
menghidupi dirinya bersama dengan ibunya yang sudah tua renta.
Kadangkala Aladin mengemis di pasar, menjadi kuli membantu para pedagang
mengangkat barang dagangan mereka, dan juga mencuri.<br />
<br />
Sesungguhnya
Aladin adalah pemuda yang baik. Kalau sangat tidak kepepet maka ia
sangat tidak suka untuk mencuri. Namun kebutuhan hidup menyebabkan ia
tak tahan untuk mencuri dari orang-orang kaya yang sombong yang suka
memamer-mamerkan perhiasan mereka saat berjalan-jalan di tengah
keramaian.<br />
<br />
Aladin memiliki seorang sahabat setia. Ali namanya.
Ali berusia lima tahun lebih muda dari Aladin. Meskipun usia mereka
terpaut jauh namun keduanya sangat akrab. Saat ini usia Aladin baru
sembilan belas tahun. Keduanya senantiasa bersama-sama melakukan
pekerjaan untuk memperoleh uang membiayai hidup mereka yang miskin. Ali
adalah anak yatim piatu. Karena itu seringkali ia menumpang tidur di
rumah Aladin. Apabila tidak menumpang, maka remaja tanggung itu akan
tidur di emperan-emperan toko. Menjadi gelandangan.<br />
<br />
Sesungguhnya
Aladin mengajak Ali untuk tinggal bersama dengannya dan ibunya yang
renta. Namun Ali sangat sungkan memenuhi ajakan Aladin itu. Kebaikan
Aladin dan ibunya selama ini sudah membuatnya berhutang budi. Ia tak mau
berhutang budi lebih banyak lagi. Karena tidak tahu bagaimana harus
membalas nantinya.<br />
<br />
Suatu hari Aladin dan Ali bekerja di toko
menjual tepung gandum milik pedangang di pasar. Tiba-tiba lewatlah
iring-iringan putri kerajaan melintasi pasar. Putri Jasmin, demikian
nama putri cantik itu sedang duduk diatas tandu yang diangkat oleh empat
pengawal istana bertubuh kekar. Tandu itu ditutupi dengan kain sutra
transparan berwarna merah.<br />
<br />
Disaat Putri Jasmin lewat, Aladin
sedang memanggul karung besar berisi tepung gandum di punggungnya.
Sebelah tangannya terentang ke atas memegang ujung karung, sementara
tangan yang lain terentang ke bawah menahan bobot karung. Aladin
menggenakan rompi kecil menutup bagian atas tubuhnya. Otot-ototnya yang
terbentuk sempurna rerlihat jelas, berkilauan oleh pantulan cahaya
matahari di tubuhnya yang basah bersimbah keringat. Bulu ketiaknya yang
lebat, basah melambai-lambai dari lipatan lengannya yang terentang ke
atas.<br />
<br />
Dari atas tandu Putri Jasmin tak kuasa untuk menahan
pandangannya dari pemuda Aladin. Darahnya mendesir melihat pemuda tampan
yang jantan itu. Jemarinya yang lentik dan lembut menyibakkan kain
sutra penutup tandunya agar dapat melihat lebih jelas sosok Aladin yang
tampan dan jantan itu. Cadar yang menutupi wajahnya yang cantik
disingkapkannya. Ia tersenyum menggoda pada Aladin. Kecantikan Putri
Jasmin membuat Aladin terpesona. Ia memandangi sang putri tanpa
berkedip. Keduanya saling menatap untuk waktu yang cukup lama. Cinta
tubuh diantara mereka saat itu juga.<br />
<br />
Rombongan itu menjauh. Namun Aladin tetap memandang ke arah tandu berisi Putri Jasmin.<br />
<br />
“Aladin,” tegur Ali yang juga sedang mengangkat karung berisi gandum sama seperti Aladin. “Apa yang kau lamunkan?”<br />
<br />
Aladin
tersadar. Wajahnya tersipu. Malu tertangkap basah oleh Ali sedang
melamunkan Putri Jasmin. “Tidak ada apa-apa,” sahutnya. Ia segera
berlalu membawa karungnya menuju gudang. Ali hanya menggeleng-geleng
saja melihat kelakuan sahabatnya yang aneh.<br />
<br />
Malam itu, baik
Aladin maupun Putri Jasmin saling membayangkan satu sama lain diatas
peraduan mereka masing-masing. Berbaring telentang dengan kedua lengan
menjadi bantal Aladin menatap langit-langit kamarnya membayangkan
kecantikan Putri Jasmin. Baru sekali itu ia melihat seorang gadis
sedemikian cantik seperti itu. Peraduannya yang hanya terbuat dari kayu
yang sudah reot tak dirasakannya menyakitkan punggungnya seperti
malam-malam sebelumnya. Membayangkan kecantikan Putri Jasmin membuat
tempat tidurnya dirasakannya begitu empuk malam itu.<br />
<br />
Sementara
itu diatas peraduannya yang sangat empuk Putri Jasmin senyum-senyum
sendiri mengingat rupa Aladin. Ia sangat bergairah melihat ketampanan
wajah dan kejantanan tubuh pemuda yang dekil itu. Dada Aladin yang
bidang penuh dengan bulu dan bulu ketiak yang lebat dilipatan lengan
berorot Aladin begitu menggodanya.<br />
<br />
“Mengapa pemuda setampan dan segagah dia bisa hidup dalam kemiskinan seperti itu?” tanyanya membatin.<br />
<br />
Sejak saat itu Aladin menjadi sangat bersemangat bekerja. Ia berniat mengumpulkan uang untuk melamar Putri Jasmin.<br />
<br />
“Kau gila!” kata ibunya yang renta suatu hari saat Aladin menceritakan hasratnya meminang Putri Jasmin pada ibunya.<br />
<br />
“Mengapa ibu berkata seperti itu?”<br />
<br />
“Gaji
yang engkau kumpulkan sampai engkau mati sekalipun tak cukup untuk
melamar putri itu anakku. Hentikanlah khayalanmu itu. Bekerjalah yang
baik untuk bisa menghidupi kita berdua. Kalau engkau sudah ingin sekali
kawin, akan aku lamarkan untukmu gadis-gadis miskin di desa kita ini,”
kata ibunya.<br />
<br />
Sejak itu Aladin tak lagi menceritakannya
keinginannya pada sang ibu. Namun hasrat untuk melamar Putri Jasmin
tetap menggelora di jiwanya.<br />
<br />
Suatu hari Karim paman Aladin
menyuruhnya untuk mengunjungi sang paman ke rumahnya. Biasanya kalau
sang paman menyuruhnya kesana pasti ada pekerjaan yang akan diberikan
sang paman pada keponakannya itu. Meskipun sang paman terkenal kejam dan
pelit namun dengan membantu pamannya paling tidak ia memperoleh sedikit
uang.<br />
<br />
“Hari ini aku tidak bekerja di toko gandum,” kata Aladin
pada Ali, saat remaja tanggung sahabatnya itu datang menjemputnya ke
rumah untuk bersama-sama berangkat ke toko gandum.<br />
<br />
“Mengapa?” tanya Ali.<br />
<br />
“Pamanku menyuruhku datang ke rumahnya. Mungkin ada pekerjaan yang akan diberikannya padaku,” jawab Aladin.<br />
<br />
“Baiklah
kalau begitu. Aku berangkat sendirian ke sana,” Ali kemudian berlalu
meninggalkan Aladin. Tatapan Aladin mengikuti sosok Ali yang tinggi dan
atletis diusianya yang semuda itu, hingga sosoknya hilang di
persimpangan jalan.<br />
<br />
Kemudian Aladin berangkat menuju rumah sang
paman. Sesampainya di sana dilihatnya kediaman sang paman sepi. Karena
sudah terbiasa, tanpa permisi Aladin memasuki rumah sang paman. Tak ada
orang di dalam rumah yang cukup besar itu. Aladin masuk semakin dalam.
Di depan kamar pamannya yang hanya ditutupi sehelai tirai terbuat dari
kain, Aladin mendengar suara-suara merintih dari dalam kamar itu.<br />
<br />
“Dasar
paman. Masih tak pernah berubah. Siang-siang begini disempatkannya juga
buat ngentot,” batin Aladin. Perlahan-lahan Aladin menyibak tirai itu.
Ia berniat untuk mengintip sang paman. Seringkali Aladin memergoki sang
paman sedang memuas-muaskan birahi di kamarnya. Kalau tidak dengan
istrinya, biasanya dengan para budak yang ada di rumahnya.<br />
<br />
Aladin
sangat terkejut saat matanya melongok ke dalam kamar pamannya itu.
Pemandangan yang dilihatnya kali ini sangat berbeda dengan yang biasa
dilihatnya. Di atas ranjang dengan tubuh telanjang bulat sang paman
bersimpuh. Pantatnya bergerak cepat maju mundur. Sang paman kelihatan
sangat bernafsu. Tangannya tak berhenti meremas-remas pantat yang sedang
di entotnya itu. Didepannya menungging dengan tangan lurus ke tempat
tidur seorang bocah laki-laki. Pamannya begitu asik melakukan sodomi
pada bocah laki-laki itu!<br />
<br />
Aladin hampir tak mempercayai apa yang
dilihatnya. Bocah laki-laki bertubuh ramping namun cukup berotot itu
terlihat sangat kesakitan saat dibool oleh sang paman. Tubuhnya yang
putih mulus terlihat menegang dan memerah. Matanya yang sipit
terpejam-pejam dengan mulut menganga menahan erangan. Dibelakangnya
Paman Aladin asik menyodok-nyodokkan kontolnya yang besar diantara paha
sang bocah yang merenggang. Buah pantatnya terlihat memerah oleh remasan
dan tepukan paha sang paman yang kokoh.<br />
<br />
“Ohhhh…. Ohhhhh….
Benar-benar sempithhh…. Sempithhhsshhhh ssshhekalihhh….. jauh lebih
sempithhh dari memekhhhh… ohhhh…,” racau sang paman keenakan.<br />
<br />
Sementara
bocah itu terus menahan sakit. Wajahnya yang tampan terlihat sangat
kepayahan. Dari tempatnya berdiri Aladin bisa melihat kontol sang bocah
yang lemas menggantung bersama dengan dua buah pelirnya di
selengkangannya bergoncang-goncang cepat akibat genjotan sang paman.
Aladin tak menyangka pamannya bisa juga memperoleh kenikmatan dengan
membool lobang pantat bocah itu.<br />
<br />
Lama juga sang paman asik
bergoyang pantat. Akhirnya aksi senggama itu usai dengan tubuh sang
paman berkelojotan. Pantatnya menekan keras ke pantat sang bocah.
Mulutnya menciumi punggung sang bocah yang mulus. “Ohhhh… ohhhhhhhhhh…,”
sang paman menjerit. Spermanya tumpah ruah di dalam lobang pantat bocah
itu. Selanjutnya tubuh keduanya ambruk. Kontol sang paman terlepas dari
jepitan lobang pantat sang bocah. Aladin memandangi sang bocah yang
mengangkang. Lobang pantatnya terlihat memerah, menganga lebar dengan
cairan putih kental belepotan di sekitarnya.<br />
<br />
“Ohhhhh…
nikmatnyahhh…. Lobang pantamu luar biasa bocah…. Sangat menjepit
kontolkuhh…,” desah sang paman sembari menciumi dada sang bocah yang
mungil.<br />
<br />
Aladin segera berlalu dari tempatnya mengintip. Ia tak
mau ketahuan sang paman. Sepuluh menit berlalu. Sang paman belum keluar
dari kamar. Suasana kamar hening. Tak lama kemudian tirai kamar itu
tersibak. Sang paman keluar bersama-sama dengan bocah itu. Sang bocah
yang hanya menggenakan sehelai kain kecil penutup kontolnya berjalan
mengangkang-ngangkang kepayahan meninggalkan kamar. Ia sempat menatap
Aladin dengan tatapan sayu. Sementara sang paman yang melihat Aladin
langsung tersenyum lebar melihat kehadiran keponakannya. Sang bocah
berjalan ke belakang rumah dengan gontai. Tetap dengan
mengangkang-ngangkang.<br />
<br />
“Aladin keponakanku. Sudah lamakah engkau tiba?”<br />
<br />
“Baru saja paman. Ada apa bocah itu di dalam kamar paman?” tanya Aladin memancing.<br />
<br />
“Oh.
Tubuhku rasanya sangat penat. Istriku kebetulan sedang tidak ada di
rumah. Jadi aku minta padanya untuk memijatku tadi,” sahut sang paman
mengelak.<br />
<br />
“Dasar bejat,” kata Aladin. Tapi hanya dalam hati. Yang keluar dari mulutnya adalah kata-kata ini,”Ada apa paman memanggilku?”<br />
<br />
“Aku
memerlukan bantuanmu Aladin. Sssttt…” tiba-tiba suara sang paman
membisik. “Aku mendapatkan informasi bahwa ada harta karun yang
tersimpan di sebuah gua di tengah hutan. Bersama denganmu kita akan
mengambilnya. Setelah mendapatkannya maka harta karun itu akan kita bagi
dunia Aladin. Bagaimana?”<br />
<br />
“Harta karun?” Aladin takjub mendengarnya.<br />
<br />
“Ya,”<br />
<br />
Aladin berfikir sejenak. Mengapa pamannya tidak mengambil sendiri. Mengapa pamannya berbaik hati berbagi dengannya.<br />
<br />
“Mengapa paman mengajakku?” tanya Aladin.<br />
<br />
“Aladin.
Engkau kan masih muda dan tubuhnya kekar dan kuat. Sedangkan aku sudah
tak lagi muda. Tentu saja aku tak berani mengambil harta itu sendiri.
Bagaimana bila ada perampok di jalan. Denganmu aku yakin akan bisa
membawa harta itu dengan selamat kemari,”<br />
<br />
“Mmmm… begitu ya,” Aladin menimbang-nimbang. “Baiklah kalau begitu paman. Mari kita mengambilnya,”<br />
<br />
“Kalau begitu besok kita berangkat mengambil harta itu,” sahut sang paman.<br />
<br />
Keesokan
harinya berangkatlah Aladin bersama pamannya ke hutan. Aladin sangat
bersemangat. Ia sudah mengkhayalkan dengan harta karun yang didapatnya
maka ia akan kaya raya dan dapat melamar Putri Jasmin.<br />
<br />
Dengan
menggunakan dua ekor kuda yang besar mereka melaju menuju hutan. Tak
lupa mereka membawa empat kantong besar sebagai tempat harta karun yang
mereka peroleh nanti. Hutan yang mereka masuki sangat lebat. Dengan peta
harta karun yang diperoleh sang paman entah dari siapa akhirnya mereka
menemukan lokasi tempat harta karun itu berada.<br />
<br />
Gua yang dimaksud oleh sang paman ternyata adalah sebuah celah sempit didalam tanah berada diantara kumpulan batu karang besar.<br />
<br />
“Dengan
tali ini masuklah engkau ke dalam Aladin, aku akan memegangi tali ini
dari atas,” kata sang paman. Aladin mengikuti kata-kata sang paman.
Perlahan-lahan dengan bergelayutan pada tali Aladin menuruni celah itu.
Kedalamannya cukup jauh. Sesampai didalam suasananya sangat gelap.
Aladin yang sudah mempersiapkan obor segera menghidupkannya.<br />
<br />
Di
dasar celah itu ternyata masih terdapat lorong-lorong lagi. Aladin
dengan diterangi obor berjalan masuk ke dalam lorong itu. Dan di dalam
lorong itulah Aladin menemukan harta karun yang baru pertama kali
dilihatnya seumur hidupnya. Berbagai macam perhiasan terbuat dari emas
menumpuk.<br />
<br />
“Bagaimana Aladin? Kau sudah menemukannya?” tanya sang paman dari atas.<br />
<br />
“Sudah paman, sudah,” teriak Aladin.<br />
<br />
“Kalau
begitu isikanlah harta itu ke dalam kantong-kantong ini,” kata sang
paman. Kemudian empat kantong besar di lemparkan sang paman ke dalam.<br />
<br />
Aladin segera mengisi kantong itu. Setelah mengisinya Aladin menyandangkan kantong-kantong itu ke bahunya.<br />
<br />
“Sekarang angkatlah aku paman,” kata Aladin.<br />
<br />
“Kantong itu saja dahulu yang engkau ikatkan ke ujung tali Aladin. Agar aku bisa menariknya,” sahut sang paman.<br />
<br />
“Tidak paman. Angkatlah aku bersama-sama dengan kantong ini,”<br />
<br />
“Tidak
usah. Kantong itu saja dahulu,” sang paman rupanya sudah berniat jahat
pada keponakannya itu. Rencananya setelah mengangkat semua kantong ia
akan meninggalkan Aladin sendiri disana. Aladin mulai mencurigai
pamannya.<br />
<br />
“Kalau begitu aku tidak akan mengikatkan kantong-kantong ini di ujung tali,” kata Aladin.<br />
<br />
“Kau benar-benar kurang ajar!” sang paman mulai marah.<br />
<br />
“Paman pasti akan meninggalkan aku nantinya,” balas Aladin.<br />
<br />
Akhirnya
bereka berdebat terus. Sang paman yang marah karena rencananya tak
kesampaian akhirnya menutup lobang itu dengan batu dan meninggalkan
Aladin. Tinggallah Aladin sendiri di dasar tanah.<br />
<br />
Bersambung......
hari putrahttp://www.blogger.com/profile/07769461846416848133noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7864063312826976056.post-70686933534432572212013-04-03T03:06:00.002-07:002013-04-03T03:06:54.657-07:00Nasib Anak Kos (BSDM)<div class="postbody">
<span> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisp0MmIaRRnSKY_AnKgGdzUoa5krYGgTk1PV6BmcH3UOHaBMVvizRTJMFP61hm0AN4JBxgiYMNrSb50xv6GwqNJL1z8RMuLGy7Lq0hTJa5u3Ol2M0A-9Nbi_whLREX3wVq0HxJ29kBOqeC/s1600/bddm.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisp0MmIaRRnSKY_AnKgGdzUoa5krYGgTk1PV6BmcH3UOHaBMVvizRTJMFP61hm0AN4JBxgiYMNrSb50xv6GwqNJL1z8RMuLGy7Lq0hTJa5u3Ol2M0A-9Nbi_whLREX3wVq0HxJ29kBOqeC/s320/bddm.jpg" width="295" /></a></div>
</span></div>
<div class="postbody">
<span>Tomy namanya, anak jakarta<span id="dtx-highlighting-item"> yang </span>sedang
menyelesaikan tugas akhir di daerah sebagai seorang mahasiswa fakultas
disain, usianya 22 tahun, chines dengan wajah oriental<span id="dtx-highlighting-item"> yang </span>sedikit mengandung unsur indo ...</span><br /><span>wajahnya cukup tampan, kulit putih mulus ala orang chines dengan jenggot<span id="dtx-highlighting-item"> yang </span>baru saja tumbuh disekeliling dagunya memberi aksen manis pada bibir merahnya...</span><br />Tubuh Tomy tidak terlalu tinggi, 170 cm dengan bobot 68 kg, sekel berisi lah ya ...<br /><br /><span>Suatu<span id="dtx-highlighting-item"> hari </span><span>Tomy lupa mengunci pintu kamar kos<span id="dtx-highlighting-item"> yang </span>ditempatinya, seorang laki-laki satu kos Tomy mengintip kedalam kamarnya<span id="dtx-highlighting-item"> yang </span>masih rapih, tetapi alangkah trekejutnya menemukan sebuah majalah dewasa bergambar laki-laki<span id="dtx-highlighting-item"> yang </span>bertelanjang di kamarnya, lelaki tersebut lantas mengajak 2 temannya untuk melihat dan merencanakan sesuatu terhadap Tomy ...</span></span><br /><br />Malam
menjelang dan Tomy baru saja pulang membenahi bahan-bahan tugasnya,
sesampai di depan pintukamarnya dia di hadang laki-laki tersebut.<br />"mas tadi lupa kunci pintu ya?"<br /><br />"oh ya, saya agak buru-buru mas ... makasih ya"<br />"sama-sama, lagian majalahnya bagus juga kok ..."<br />Tomy terkejut dan salah tingkah ..."eh, anu ... saya ..."<br />"Anu kamu kenapa ..." sambil meremas celana Tomy tepat di BATANG dan BIJI KONTOLnya ...<br /><span>Tangan Tomy<span id="dtx-highlighting-item"> yang </span>penuh
tugas-tugasnya tak mampu menghardik, apalagi berpaling karena tengkuk
tomi telah di cengkeram cukup kuat dengan tangan laki-laki tersebut ...</span><br /><span>"kamu suka kan ... udah kita selesaikan aja, biar<span id="dtx-highlighting-item"> yang </span>lain nggak tau..."</span><br /><br />Tomy merasa bingung setengah mati, rasa takut terbongkar kalau dirinya seorang HOMOSEXUAL ...<br />"Kalo kamu terbongkar, bakalan lebih fatal akibatnya ... diarak TELANJANG BULAT atau bahkan DIKEBIRI ..."<br />Tomy makin takut dan tak mampu berkata apa-apa lagi ... "Ba ... baik mas..."<br />"gitu dong ... saya panggil 2 teman juga untuk gabung yah, kali dinikmati sendiri nggak enak ,,,"<br />Mereka bergerak menuju kamar kos Tomy ...<br /><span>Cukup luas, karena orang tua Tomy mau dia dapat fasilitas<span id="dtx-highlighting-item"> yang </span>nyaman dan ber AC ...</span><br /><br />Masuk kedalam kamar Tomy menaruh semua bawaannya, dan hanya terpaku di satu sudut kamar dengan rasa bingung dan takut ...<br />"wah ... kamar o bagus juga ya, adem, wangi dan nyaman ... Cina kaya pula lo ya ..."<br />"Iiiiiyyya mas ..."<br />"makin penasaran liat Body lo kalo TELANJANG BULAT ... pasti mulus dan yahut"<br /><br />"buka baju lo" bentak salah seorang laki-laki, Tomy gugup dan ketakutan membuka bajunya ...<br />"Halah lama lo Homo ... " dirobek baju Tomy hingga kancingnya terlepas dan sekaligus membuka celananya ...<br />"Wow ... mulus banget ni anak ... Cina memang putih bersih ... montok lagi PANTATNYA ..."<br /><span>Tomy kini bertelanjang bulat ... laki-laki tadi tiba-tiba mencubit kedua PUTING SUSU Tomy<span id="dtx-highlighting-item"> yang </span>berwarna coklat muda ...</span><br /><br />Tomy meringis menahan rasa sakit ... tapi tak berani melawan ...<br />"awas kalo lo ngelawan bakalan gw habisin BATANg KONTOL lo ..."<br /><br /><span><span id="dtx-highlighting-item">yang </span>lainnya
hanya tak kalah, mereka mengamati BATANg KONTOL dan BIJI PELIR Tomy,
merabanya dan meremas-remas pelan dan menjadi semakin kencang ...</span><br />"Masih punya bulu JEMBUT juga nih anak ... KETEKNYA juga lumayan berbulu ..."<br /><br />Tomy meringis kesakitan ... tapi tak pula dirinya berani melawan atau berteriak ...<br />Seorang laki-laki mengikat tangan Tomy "kalo lo lari atau melawan, bakalan gw habisin lo ..."<br /><span>Sekaligus BATANg dan BIJI KONTOL Tomy<span id="dtx-highlighting-item"> yang </span>diikat dengan tali<span id="dtx-highlighting-item"> yang </span>sangat ketat ...</span><br /><br />Tomy pasrah Tangannya diikat ...<br />"sekarang lo harus memberi service terbaik dari mulut lo ... gw rasa Homo kaya lo juga tau cara service pake mulut ..."<br /><span>Para laki-laki tadi melepaskan celana mereka ... dan Tomy<span id="dtx-highlighting-item"> yang </span>berlutut dikelilingi berhadapan dengan 3 BATANG KONTOL dengan ukuran<span id="dtx-highlighting-item"> yang </span>cukup besar, berurat-urat dan berwarna hitam dan coklat tua ... sangat kontras dengan warna kulit putihnya ...</span><br /><br /><span>"Hisap semua KONTOL<span id="dtx-highlighting-item"> yang </span>ada disini ... ayo cepet hisap ..."</span><br />Rasa
jijik dan aneh, walaupun dirinya seorang Homosexual untuk menghisap
BATANg-BATANG KONTOL tersebut, tetapi dorongan keinginan juga membuatnya
mau melakukannya ...<br />Tomy menghisap satu persatu batang-batang KONTOL tersebut ... <br />SEDOTAN MULUT Tomy terhadap BATANg KONTOL para laki-laki tersebut membuat mereka sangat bergairah ...<br />tak
ayal, kepala Tomy juga digerakan MAJU-MUNDUR sambil menghisap BATANg
KONTOL tersebut, FUCK mulut Tomy dilakukan dengan begitu bergairah ...<br /><br />"Udah ... berdiri lo ..."seorang laki-laki beristruksi ...<br />Tomy di bopong berdiri ... sambil tertunduk ...<br />"angkat muka lo ... angkat HOMO ..." Plak plak ...<br />Tampatan di wajah Tomy membuatnya kaget setengah mati ...<br /><br />"Liat sini ... liat sini ... nggak usah pegangin KONTOL lo ..."<br /><span>Tomy mengangkat wajahnya<span id="dtx-highlighting-item"> yang </span>ketakutan dan memerah akibat tamparan tadi ...</span><br />"Lo
liat temen gw ... dia uda berdiri TELANJANG BULAT ... dan sekarang lo
cuma BUDAK HOMO dan kita TUAN lo ... kita mau lo membersihkan seluruh
TUBUH tuan lo ..."<br /><span>Tomy bingung dengan tangan terikat apa<span id="dtx-highlighting-item"> yang </span>harus dilakukan ... dia hanya melihat kanan dan kiri ...</span><br /><span>"nggak usah bingung ... cara<span id="dtx-highlighting-item"> yang </span>harus lo lakukan seperti ANJING, bersihkan badan TUAN-TUAN lo ini dengan LIDAH lo ..."</span><br /><br /><span><span>Seorang laki-laki telah<span id="dtx-highlighting-item"> bersiap </span>dengan
bersandar di tembok ... meletakan tangan dikepalanya, menampakan
seluruh BIDANg TUBUHNYA dari DADA BIDANG, KETIAK dan tentunga bagian
perut</span><span id="dtx-highlighting-item"> yang </span>cukup berotot dan KONTOLnya ...</span><br />"AYo cepet JILATIN badannya ..."<br /><br /><span>Tomy<span id="dtx-highlighting-item"> yang </span>merasa
jijik di arahkan pada tubuha mereka, memulai dari menjilati dagu dan
leher sang majikan, Tomy terus menelusuri DADA BIDANG dan sampai pada
PUTING SUSU si laki-laki ... mengemut dengan kuluman dan jilatan
lidahnya<span id="dtx-highlighting-item"> yang </span>berputar-putar di sana ... tak jarang gigitan kecil menyertai permainannya ...</span><br />"Arrgh ... bangsat, lo homo pintar ya ... tau titik PUTING gw ... sekarang KETEK gw ..."<br />kepala Tomy di jambak dan diarahkan wajah Tomy pada KETIAK laki-laki tersebut ... <br /><span>Aroma kelaki-lakian<span id="dtx-highlighting-item"> yang </span>menyeruak di hidung Tomy dengan BULU-BULU KETIAK lebat dan hitam ...</span><br /><span>Tomy hampir mual dan muntah ... tetapi dibenamkan dalam wajah Tomy<span id="dtx-highlighting-item"> yang </span>lama-kelamaan
aroma tersebut membuatnya bergairah untuk menjilati ...Tomy menjilati
dengan cekatan ... membasahi bulu-bulu ketiak itu dengan liurnya ...</span><br /><br /><span>Laki-laki tadi menjambak Tomy dan membuat tubuhnya berlutut... dia berbalik sehingga Tomy<span id="dtx-highlighting-item"> yang </span>berhadapan dengan PANTAT laki-laki tersebut ...</span><br />"Jilatin LOBANG DUBUR gw ..."<br />Tomy merasa jijik dan tak mau ... salah seorang laki-laki memaksanya dan membenamkan muka Tomy di dalam DUBUR tersebut ...<br />"Jilat atau gw KEBIRI lo ..." Tomy dibawah tekanan dan akhirnya menjilati LOBANG DUBUR laki-laki tersebut<br /><span>Perlakuan<span id="dtx-highlighting-item"> yang </span>saya
dilakukan pada semua laki-laki disana, ke3nya dijilati dari leher,
PUTING SUSU dan KETIAK mereka ... hingga Tomy merasa kewalahn ... tetapi
sangat bergairah ...</span><br /><br /><span>"Lo uda ngerasin tubuh-tubuh kita semua, AROMA LAKI-LAKI<span id="dtx-highlighting-item"> yang </span>membuat lo bergairah kan,BATANg-BATANG KONTOL kita di mulut lo juga uda ... sekarang kita mau cobain TUBUH lo ..."</span><br />"Ya,kita mau ngerasain kalo BATANg KONTOL kita semua ada di dalam TUBUH lo ... alias SODOMI lobang BOOL lo ..."<br /><br />Tomy ketakutan dirinya belum pernah di SODOMI,<br />"Tapi mas ... eemmm ... tapi saya ..."<br />"Tapi apa? Tapi mau kan ..."<br />"saya belum pernah ..."<br /><br />hahahahahahaha...<br />mereka
menertawai Tomy ... "Nah sekarang biar pernah, lo akan merasakan
KEJANTANAN LAKI-LAKI di dalam BOOL lo dari kita semua ..."<br /><br /><span>Tomy
di angkat ke atas tempat tidurnya, dalam posisi tangan terikat dan kaki
berlutut , sehingga PANTAT Tomy terangkat keatas memperlihatkan LOBANG
DUBURnya<span id="dtx-highlighting-item"> yang </span>putih mulus kecoklatan muda dan agak pink di bagian LOBANG ANUSnya ...</span><br />"Wah memang masih perawan ni cowo ... masih legit BOOLnya ..."<br />"enaknya kita cicip dulu ..."<br /><br /><span>Satu
persatu mereka menjilati LOBANG DUBUR Tomy, rangsangan hebat langsung
membuatnya tersentak tetapi BATANg dan BIJI KONTOL Tomy<span id="dtx-highlighting-item"> yang </span>terikat tak mampu NGACENG ...</span><br />Tomy hanya merem melek menikmati jilatan-jilatan di seputar LOBANg DUBURnya ...<br /><br /><span>"Enak yah ... apalagi BATANg KONTOL<span id="dtx-highlighting-item"> yang </span>masuk ..."</span><br />"ini rasain dulu jari gw ..."<br />sebuah jari dimasukan kedalam LOBANG DUBUR Tomy ... "Aarrggghhh ... sakit bang ... sakit ba..."<br />Tomy hanya merintih kecil tak berani teriak ... "Tapi enak kan ... nikmati aja ..."<br /><br /><span>"Udah,kita semua akan memberi lo rasa baru ...<span id="dtx-highlighting-item"> yang </span>belum lo rasakan ... rasa ENTOTAN KEJANTANAN di dalam LOBANG BOOL lo ..."</span><br />mereka mempersiapkan senjata KEJANTANANNYA dengan melumasi dengan minyak pelicin, tanpa KONDOM ...<br />"Nih rasakan KONTOL-KONTOL JANTAN alami kita, nggak pake KONDOM biar lo tau rasa asli barang laki-laki ..."<br /><br /><span>BATANg KONTOL laki-laki pertama berhadapan langsung dengan LOBANG DUBUR Tomy<span id="dtx-highlighting-item"> yang </span>masih perawan ...</span><br />"montok bener nih PANTAT ... kayak cewe ... pasti bisa plak plok plak plok ..."<br /><span>BATANg KONTOL laki-laki tersebut menghujam masuk menusuk LOBANG DUBUR Tomy ... dorongan kuat dan sebuah BATANg keras<span id="dtx-highlighting-item"> yang </span>merobek dinding pertahanan otot DUBUR Tomy ...</span><br />Perih dan panas hanya ditahannya dan tetesan air mata mengalir di wajahnya ...<br /><br /><span>Para laki-laki tadi hanya tertawa lepas dan memberi selamat satu dengan<span id="dtx-highlighting-item"> yang </span>lain ... mereka MENGAGAGHI Tomy ...</span><br />"Rasakan lo Homo ... gw entot lo cina homo ... emang pali bagus produk cina sih ... fuck ... fuck you ..."<br /><br /><span>Tak kalah<span id="dtx-highlighting-item"> yang </span>lainnya melakukan ENTOTAN terhadap mulut Tomy ...</span><br />kali ini dalam posisi berhadapan para laki-laki tersebut melakukan ENTOTAN DUBUR dan ENTOTAN MULUT Tomy ...<br /><span><span id="dtx-highlighting-item">yang </span>lainnya menggera<span id="dtx-highlighting-item">yang</span>i tubuh Tomy dan menghisap-hisap BATANg KONTOL Tomy<span id="dtx-highlighting-item"> yang </span>terikat ...</span><br /><br />bergantian
mereka MENNYODOMI Lobang DUBUR Tomy dan mulut Tomy ... dengan posisi
menungging ala DOGI STILE atau terlentang MENGANGKANG ... mereka
bergantian memuaskan nafsu SYAHWAT mereka pada LOBANG DUBUR Tomy ...<br /><span>kamar Tomy dipenuhi hawa panas ketiga laki-laki tersebut<span id="dtx-highlighting-item"> yang </span>begrairah melakukan ENTOTAN, hingga mengeluarkan aroma sexual<span id="dtx-highlighting-item"> yang </span>memancing gairah ...</span><br /><br />Tomy hanya mendesah menikati ENTOTAN demi ENTOTAN ... sapai akhirnya mereka menumpah kan cairan kejantanan beberapa kali ..<br />"Ccccrrrrooottthhh ... cccrrrrooottthhhh ..." CAIRAN KEJANTANAN mereka tersembur hebat ...<br />Tomy meminum cairan tersebut, mehapnya dengan tuntas ...<br />"Nah pintar ... terus minum, sedot nih ... bersihkan BATANg KONTOL gw dari sisa kotoran di LOBANG BOOL lo ..."<br />Dari entotan DUBUR Tomy, langsung di masukan kedalam mulut Tomy untuk menghisap CAIRAN KEJANTANAN mereka ...<br /><br /><span>Hampir 4 jam Tomy menjalani tantangan sexualnya ... mereka semua kelelahan terlebih Tomy<span id="dtx-highlighting-item"> yang </span>kelehan terlentang di ranjangnya dengan tangan terukat dan kaki<span id="dtx-highlighting-item"> yang </span>masih mengangkang ...</span><br />para
laki-laki tadi tidur bersebelahan sambil menciumi BINIR MERAH Tomy ...
melumatnya penuh gairah sexual sambil memainkan PUTING SUSU Tomy ...<br /><br /><span>Satu orang melepaskan ikatan pada BATANg KONTOL dan BIJI Tomy ... sedikit kocokan dan ciuman<span id="dtx-highlighting-item"> yang </span>begitu dalam membuat Tomy menuju KLIMAKS LIBIDOnya ... dengan menumpahkan CAIRAN MANI di atas perutnya ... </span><br />"Cccccccrrrrrrooootttthhhhh ... cccccccrrrrrhhhhtttt ... ccccrrrrhhhhtttt ..."<br />tertumpah dengan deras dan banyak sekali akibat 4 jam tertahan tak bisa keluar ... <br /><br />Para laki-laki tadi mengambil dengan sendok CAIRAN SPERMA Tomy ...<br /><span>"Nih minum PEJU lo ... bakal keturunan lo<span id="dtx-highlighting-item"> yang </span>Homo juga ..."</span><br />hahahahahahahaha ...<br />mereka masih saja memainkan Tomy ...<br /><br />Dalam keadaan lemas Tomy di bopong berdiri ...<br />"Nah, lo uda rasakan bagaimana kalau COWO JANTAN mengagahi lo ... itu baru namanya laki-laki ..."<br />"Liat BATANg ama BIJI KONTOL lo ... uda nggak guna ..."<br /><br />mereka
mengambil kamera dan memfoto Tomy sambil berdiri Tubuh TELANJANG bulat
Tomy terpampang jelas ... montok, mulus dan putih ...<br />sambil di pegang 2 orang laki-laki Tomy berdiri dan seorang laki-laki di hadapan Tomy ...<br />"sekarang lo milik kita ... dan lo akan terima hukuman lo sebagai pelayan sex kita ..."<br /><br />Tomy berlutut menghadap kembali pada BATANG-BATANg KONTOL tersebut, membuka mulutnya dan meminum AIR KENCINg mereka semua ...<br />Perasaan hina, malu dan jijik bercampur dikepala Tomy ... <br /><br />Lalu
di posisikan kembali berdiri dan ... BBBuuuKKK ... sebuah tendangan
tepat bersarang di antara SELANGKANGAN Tomy ... tepat mengenai BIJI
KONTOL Tomi dan BATANgnya ...<br />Batang KONTOL Tomy memuncratkan sedikit cairan, akibat tendangan tadi ...<br />Tomy terhuyung lemas dan matanya berkunang-kunang, perutnya bergejolak, apalagi rasa sakit luar biasa pada BIJI PELIRnya ...<br /><br /><span>"satu hal lagi ... semua warga kapung akan tau kalo lo Homo<span id="dtx-highlighting-item"> yang </span>uda kita pake ..."</span><br />"Tapi mas ..." mulut Tomy di sumpal dengan CELANA DALAMnya dan dilakban ...<br /><span>Mata
Tomy tiba-tiba di tutup ... dan di baringkan di ranjangnya pasrah,
menunggu para laki-laki tadi berpakaian dan mempersiapkan apa<span id="dtx-highlighting-item"> yang </span>akan mereka lakukan ...</span><br /><br />Tomy di bawa keluar dengan mata tertutup, mulut terbungkam dan BERTELANJANG BULAT ...<br /><span>semilir angin malam,<span id="dtx-highlighting-item"> yang </span><span><span id="dtx-highlighting-item">sudah </span>tengah malam menusuk tubuhnya ...</span></span><br /><span><span id="dtx-highlighting-item">Sudah </span>tak kuasa berontak Tomy hanya pasrah di BOPONG ...</span><br /><br />"ini hukuman terakhir kamu ..."<br />Tomy diberdirikan dengan tangan merentang kiri dan kanan dengan kayu, kakinya juga demikian ...<br /><span>mempertontonkan TUBUH TELANJANG Tomy<span id="dtx-highlighting-item"> yang </span>mulus ...</span><br />"Rasakan nih singkong ..."<br />Blup
... mereka memasukan sebuah BATANG SINGKONG kedalam LOBANG DUBUR Tomy
... membenamnya dalam sekali hingga masuk semua dan bersarang di LOBANG
DUBUR Tomy ...<br /><br /><span>Rsanya<span id="dtx-highlighting-item"> sudah </span>kebal dengan SODOMI Tomy hanya sedikit mendasah ... </span><br />"Hem ... ini gw kasih hadiah dari punya lo ... mungkin membantu membuat lo NGACENG ..."<br /><span>Sebuah PENCIL KAYU milik Tomy<span id="dtx-highlighting-item"> yang </span>dibawa laki-laki tersebut di BENAMKAN dalam saluran BATANG KONTOL Tomy ...</span><br />Rasanya panas dan perih ... membenam hampir 3/4 bagian ...<br /><span><span id="dtx-highlighting-item">yang </span>kemudian BATANg dan BIJI PELIR Tomy diikat kembali ...</span><br /><br />sebuah poster terpampang di dada Tomy, dengan memasang STREPLES pada kedua PUTING SUSU Tomy, bertuliskan "Cowo SUNDAL SODOMIAN"<br /><br />Tubuh Tomy terasa tiba-tiba terangkat ... mereka mengerek Tomy naik di atas sebuah pohon ...<br />Tangan dan kaki Tomy merentang kekanan dan kiri ... mempertontonkan tubuhnya ...<br /><span>seraya dari bawah para laki-laki tersebut MEMASUKAN sebuah pen<span id="dtx-highlighting-item">yang</span>ga dari BAMBU kedalam LOBANG DUBUR Tomy dan menopangkannya di atas tanah ...</span><br /><span>Lalu mereka meninggalkan Tomy sendiri dalam keadaan menggantung ... meratapi nasibnya dan rasa malu<span id="dtx-highlighting-item"> yang </span>akan dihadapinya ...</span><br /><br /><span>Keesokan paginya Tomy ditemukan warga<span id="dtx-highlighting-item"> yang </span>tak berani menurunkan dirinya, hanya rius suara bisikan warga<span id="dtx-highlighting-item"> yang </span>menjadi bahan tontonan ...</span><br />Tubuh mulus Tomy terpampang ... dengan tulisan poster "Cowo SUNDAL SODOMIAN" terstreples di PUTING SUSUnya ...<br /><span>BATANg KONTOL Tomy membenam sebuah pincil<span id="dtx-highlighting-item"> yang </span>membuatnya tak mampu lagi berasakan BATANg KEJANTANANNYA, karena terikat kuat sehingga membuatnya mati rasa ...</span><br />LOBANG DUBUR Tomy pun membengkak, mati rasa di dinding LIANG DUBURnya ...<br /><br />Tomy di turunkan dari atas pohon, dan di bawa menuju klinik desa ...<br /><span>bertemu dengan Doktersetempat<span id="dtx-highlighting-item"> yang </span>tak lain adalah ke 3 laki-laki<span id="dtx-highlighting-item"> yang </span>tadi malam mengagahinya ...</span><br />Senyuman pahit dan sinis, serta isyarat mata untuk diam membuat Tomy tak mampu berkutik ...<br /><br /><span>"Kami<span id="dtx-highlighting-item"> sudah </span>jadi dokter disini 2 tahun dan masyarakat percaya kami ... jadi jangan macam-macam ..."</span><br />Tomy hanya menahan rasa sakit dan ketakutannya, sambil sayup mendengar percakapan kepala desa dengan salah seorang dokter ...<br /><br />"Kami
akan lakukan tindakan secepat mungkin, dan saya rasa memang harus ada
operasi kecil amputasi pada BUAH ZAKARnya atau BATANG PENISnya ... Bapak
tanda tangan disini"<br />Tomy memendam rasa takut dan gemetar hebat ...<br />"Kalo kamu nggak mau kehilangan ADIK KECIL kamu ... maka menurut lah ..."<br /><br /><span>Untuk selanjutnya Tomy menjalani<span id="dtx-highlighting-item"> hari</span><span>nya menjadi BUDAK SEX<span id="dtx-highlighting-item"> yang </span>setiap saat siap untuk menerima entotan mereka ...</span></span><br />hampir
setiap malam mereka MENYODOMI DUBUR Tomy baik dengan BATANG KONTOL
mereka atau dengan hal-hal lain, semacam DILDO, memasukan tangan mereka
hingga BATANg BAMBU atau SINGKONG ...<br />Tomy kehilangan kemampuan KEJANTANNYA, BATANgnya tak lagi mampu ereksi, BIJI PELIRnya rusak parah ...<br /><span>Kini kehidupannya hanya menjadi BUDAK SEX<span id="dtx-highlighting-item"> yang </span>siap disodomi ...</span></div>
<div class="postbody">
<span> </span></div>
<div class="postbody">
<span>TAMAT </span></div>
hari putrahttp://www.blogger.com/profile/07769461846416848133noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-7864063312826976056.post-89660493072511324102013-04-03T03:00:00.000-07:002013-04-03T03:00:30.175-07:00Jebakan Model Part 3<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjET-UizxqFRPTiRp7WMIYwvGD-W4O_iusU57AxiJ0fRIlmPma7w2E6XPDS5YmSrigFt4KfbtH65dBLXTtJf_4kvAq2d7a9M5Hx3wMEPVXxWSPOcx2zME1BG_U0fnj0z87nWTkRilzHuyKS/s1600/model3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjET-UizxqFRPTiRp7WMIYwvGD-W4O_iusU57AxiJ0fRIlmPma7w2E6XPDS5YmSrigFt4KfbtH65dBLXTtJf_4kvAq2d7a9M5Hx3wMEPVXxWSPOcx2zME1BG_U0fnj0z87nWTkRilzHuyKS/s1600/model3.jpg" /></a></div>
<div class="postbody">
Hai-berlalu tak terasa sudah 3 bulan mereka melakukan hal tersebut...<br />
Jono merasa cukup dengan apa yang dia miliki, huangnya pada Tomy juga sudah lunas dan tabuangnnya sudah cukup...<br />
membuka tempat penyimapananuang Tips-nya...karena Jono tak boleh keluar selama di sana untuk mebanung di bank pun tidak...<br />
<br />
terkejut dan shock ketika melihat uangnya hanya tersisa 200rb saja, bertanya pada Adi...yang dengan mudah menjawab...<br />
"Wah Jon, baru g mau bilang uang Lo gw pake buat beli suplemen gw...kapan deh gw ganti..."<br />
<br />
"Di...lo kan tau g kumpulin buat kawin, sedangkan saat ini utang gw uda g lunasin ama Tomy...Lo kok kayak gitu Di...?"<br />
<br />
"Uda
lah...kapan aja lo kan bisa kawin banyak juga COWO yang mau ama
Lo...HOMO-HOMO kayak gitu asal ENTOTAN Lo enak...tips lo juaga gede uang
lo pasti balik..."<br />
<br />
Pembicaraan itu tersengar dari balik pintu
oleh Tomy...dan sangat marah terhadap ADi,karena Tomy juiga orang yang
beradap untuk masalah kayak gitu...<br />
sdelintas iya memikiirkan cara untuk mengerjai dan mengukum Adi...<br />
<br />
Di malam minggu di buatlah suatu acara adu keantanannan...<br />
mereka haus mengadu panjang KONTOL mereka dan adu MUNCRATAn terjauhnya...<br />
Tomy
tau kalau KONTOL Adi tak sepanjang Jono dan Jono memiliki karakteristik
kontol yang membuat tamu-tamunya senang di banding adi yang hanya
banyak gaya dan ramah saja...<br />
<br />
Jebakan tersebut dimulai...ketika
malam sebelum KONTES, Adi diberikan banyak tamu untuk
dilayani...energinya cukup terkuras, tapi masih merasa dirinya laki-laki
JANTAN yang mamou berbuat semaunya...(Tomy hanya tersenyum...)<br />
<br />
Malam
itu tidak terlalu ramai seperti biasa saja...walau ada acara party
semacam ini apalagi ada yang HOT...ini acara jebakan buat ADi
saja...Tomy telah menyiapkan 4 laki-laki lain selain Jono untuk
mendampingi...yang memang dapat HADIAN dan yang kalah DAPAT HUKUMAN dari
peserta...4 laki-laki tadi sudah di bayar Tomy untuk membantu Jono...<br />
<br />
ketika
acara dimulai KONTOL ADi lah yang paling pendek, bukan itu saja ketika
di kocok dan mengeluarkan CAIRAN KEJANTANNYA...KONTOL ADi hanya mampu
beberapa sendi (3-4 cm)<br />
tapi yang lain telah beberapa centi di depannya...pemenangnya Jono...Tomy berbisik...<br />
"Aku
mendengar pembicaraan kalian beberapa hari yang lalu...ini saatnya
balas dendam...dan kamu akan bebas dari sini...dengan uang 5 juta yang
ada di tas itu..."menunjuk tas Tomy yang berisi uang...<br />
<br />
"Maksudnya apa..?"<br />
<br />
"Ikuti saja.."<br />
<br />
Jono
naik keatas panggung sebagai pemenang dan merasa sedikit malu tapi
bahagia...Adi sedikit tertunduk lemas karena sorakan para laki-laki
dalam ruangan itu dengan mengejeknya...<br />
"Jono kamu menang...dan
hadiah kamu ini...serta kamu pantas memberi HUKUMAN bagi peserta yang
kalah untuk menjadikannya BUDAK KAMU..."<br />
<br />
Adi kaget dengan kalimat
Tomy..."Apaan ini???" Tiba-tiba ajudan Tomy yang kekar sebanyak 4 orang
memegang tangan Adi yang berontak takaruan...Diikat dengan Rantai pada
tangan dan kaki...serta MEMASUNG Kepala dan tangan Adi...membuatnya
tertunduk MENUNGGINGKAN Pantatnya sekaan-akan memberi persembahan pada
Jono...<br />
<br />
"Jono ini adalah HADIAH kamu...ayo ambil..."<br />
Pantat Adi tampah hitam dan berbulu...menungging mempersembahkan pada Jono...<br />
<br />
wajah Jono berubah menjadi dingin...<br />
"Jon,g mohon ampun Jon...jangan...jangan..."<br />
<br />
Mulut Adi di beri sumpelan sebuah pipa yang dikat di kepalanya dan ada katup yang bisa membuanya terbuka atau tertutup...<br />
"Di...Lo sahabat gw...tapi Lo juga yang ngancurun kehidupan gw...sekarang Lo terima akibat perbuatan Lo aja..."<br />
<br />
Satu jari tengah dimasukan pada ANus ADi...terikanan tertahan dan delikan mata membuatnya terlihat sangat kesakitan...<br />
"Yeeeeaaaahhhh...Dasar HOMO Lo...gw ENTOT Lo..."<br />
<br />
Jono
dengan segera tanpa KONDOM melakukan hal tersebut...memasukan KONTOLNYA
dalam LOBANG ANUS Adi...MENGENTOT ADi yang kesakitan setengah mati...<br />
"Mampus Lo Di...Lo gw jadiin HOMO...Lo milik gw sekarang BUDAK SEX JONO..."<br />
<br />
Harga
diri ADi hancur...KEJANTANANNYA telah di permalukan, sekarang
VIRGINITAS ANUSNYA telah terenggut...Air mata kekalahan menetes dan
membuat hatunya hancur...<br />
<br />
Tiba-tiba seorang peeserta membuka
penutup mulut adi yang tersumpal dengan
corong...mengencinginya...sehingga ADi langsung menelan air
tersebut...setiap peserta tadi bergantian menyencingi Mulut Adi...<br />
Menjadikannya seperti URINOIR manusia...<br />
<br />
setelah
mengencingi...Jono mencabut BATANG KEJANTANANNYA dari ANus
Adi...Memasukan dalam Mulytnya dan MEMUNTAHKAN CAIRAN KEJANTANNYA
langsung pada tenggorokan ADi...<br />
tak itu saja...4 laki-laki lainnya tadi juga bergantian MENGENTOT ANUS Adi..seperti masih baru dan sempit terus di ENTOT...<br />
<br />
ke 4 laki-laki tadi juga mengeluarkan peju mereka di mulut ADi...<br />
setelah
puas mereka Orgasme...Tubuh Adi di berdirikan sehingga menunjukan
BATANG KEJANTANNYA yang tertunduk LEMAS dan menciut...DIMAINKAN dengan
dikocok-kocok, di putar putar sampai di tendang dengan kuat oleh salah
seorang ajudan Tomy...sehingga Adi benar-benar kesakitan... tak kunjung
berdiri Tomy menyuntikan obat perangsang pada Adi...tak berapa lama Adi
kemvali tegang...kakinya lemas...<br />
<br />
tangannya di tarik keatas dan
pasungan lehernya diganti dengan Tali yang menarik lehernya keatas
pereti mau di gantung...beberapa laki-laki maju dan menjilati KTIAK dan
KONTOL Adi...kebingungan dan takut pada diri Adi...Jono hanya tersenyum
pahit..<br />
"Ini Hukuman Lo Di...bakalan banyak HOMO yang suka pantat Lo..."<br />
<br />
mereka
turun kembali dan melihat aksi Jono, sambil para ajudan memasangkan
PENJEPIT pada Puting Susu Adi dan memasukan Batangan BESI pada Lobang
KONTOL ADi...<br />
rasa sakit dan perih menyeruak...sepertinya KONTOL ADi terluka dalam sekali...<br />
<br />
tak berapa lama...Adi merasakan ada gigitan semut di Putingnya...ada LISTRIK yang dialirkan pada jepitan tersebut...<br />
Menggeliat dan berteriak dengan tertahan di mulutnya...Jono terus mengENTOT ADi...kembali Jono ORGASME...<br />
<br />
ANUSNYA
tak berapa lama istirahan digantikan dengan DILDO besar yang sengaja
dimainkan pada PANTAT ADi...keluar dan masuk...seraya Jono yang dibantu
Ajudan Tomy untuk memasukan tangannya setengah bagian pada ABUS
Adi...Jono sempat menolah tapi Tomy memaksa dengan ancaman akan
membatalkan bantuan dana pernikannya...<br />
<br />
"Ini Lo rasaain Tangan gw Di..."<br />
Tangan itu dimasukan dalam Lobang ANus Adi...tangan kekar dan kuat itu menembus begitu dalam...<br />
Adi teriak kembali tapi tertahan...<br />
<br />
setelah
itu beberapa saat berlalu...Batangan Besi pada lobang KONTOL Adi di
cabut...cairan kental keluar dan ada bercak kemerahan yang
menetes...ternyata ada luka di Lubang KONTOL ADi...<br />
<br />
Hari semakin pagi dan semua orang segera bergegas balik...Adi yang dikelilingi para peserta tadi Jono , Tomy dan Ajudannya...<br />
"Jon g minta maaf ama Lo..."<br />
<br />
"Ndak apa Di...gw uda memaafkan...tapi ini semua perbuatan Lo, dan Lo tau akibatnya kan ada kaitannya ama Tomy..."<br />
<br />
"Jon Tolong gw...gw nggak mau jadi BUDAK selamanya disini..."<br />
<br />
Adi yang lemas tertunduk...kepalanya di belai oleh Jono dan dicium kening dan bibirnya,,,hangat dan melekat erat...<br />
"Adi...kali ini Lo yang harus menanggung semuanya..."<br />
<br />
Adi kaget bagai tersambar petir...Jono telah meninggalkannya...<br />
Seorang Ajudan Tomy tiba-tiba menjambaknya...<br />
"Lo
sekarang BUDAK SEX disini...dan nggak punya hak apapun...selama 1
tahun kedepan Lo harus bayar UTANG lo pake TUBUH dan LOBANG PANTAT
Lo..."<br />
<br />
para Ajudan tersebut mendatangi Adi dengan sengaja memukul tubuhnya...melecehkan KEJANTANANNYA...<br />
KONTOL Adi di pukul beberapa kali dengan sebuah balok kayu...<br />
Anusnya diberi DILDO yang bergetar dan terus di perlakukan dan dilecehkan...</div>
<br />
<div class="postbody">
Hari berlalu...<br />
Jono yang sudah bersiap menyongsong masa depannya dengan istrinya diantar oleh Tomy yang memberi pelukan hangat pada dirinya...<br />
"Jon
kalo lo butuh apa-apa bilang ama gw yah...tenang aja ini bantuan bukan
utang, lagian kalo lo mau juga balik ketempat gw juga nggak
apa...pelanggan gw uda pada nanyain tuh...hahaha"<br />
<br />
"Thanks
Tom,tapi g rasa setelah kawin gw akan di kampung dulu...kalo butuh pasti
gw balik,lagian LOBANG PANTAT Enak juga...apalagi kalo masih VIRGIN
kayak ADi..." mereka berdua tertawa...<br />
<br />
"Tapi kabar Adi gimana ya Tom???1 tahun kah..."<br />
<br />
"ya Lo tenang aja...selama setaon juga dia bakalan jadi HOMO...sekarang ada diENTOT terus...hahahaha"<br />
<br />
Adi menjadi BUDAK SEX para laki-laki di Club Tomy...<br />
Selain
laki-laki bayaran BUDAK SEX adalah kelas yang paling bawah dan bisa di
perlakukan seenaknya...Adi di pajang di tengah-tengah ruangan
Club...bertelanjang bulat dan di pasung...setiap laki-laki bisa
melakukan apa saja...MENGENTOT atau bahkan menyiksa dia...<br />
<br />
KONTOL
Adi selalu mendapat PUKULAN dari setiap ajudan Tomy...PUKULAN tersebut
menbuatnya mengalami IMPOTENSI...setiap ORGASMENYA hanya berupa tetesan
peju atau erangan saja...<br />
KONTOLNYA diberi GEMBOK yang menguncinya sehingga tidak bisa ngaceng pula...<br />
<br />
Tangannya
tidak boleh menyentuh KONTOL tersebut...karena Adi todak boleh
melakukan masturbasi atau mengocok kontolnya...ADi adalah BUDAK
SEX...hanya menerima perintah dan belas kasihan saja...<br />
ditengah
ruangan Club bila tidak ada yang menggunakan maka...Adi harus menggauli
dirinya dengan MESIN DILDO yang di pasangkan oleh ajudan
Tomy...meminumkannya dengan air kecing para tamu atau membuatnya menjadi
sasaran pukul bagi tamu-tamunya...<br />
<br />
Selama menjalani masa satu
tahunnya KEJANTANANNYA tidak tahan, Suatu waktu BIji Pelirnya mengalami
pembengkakan akibat pendarahan dan harus di buang...Penderitaan akibat
keserakahannya...kini Adi adalah alki-laki mandul...<br />
Anusnya yang
seringkali mendapat SODOMI dari ALat-Alat Sex atau DILDO...sudah LONGGAR
dan tidak memuskan...tak jarang para Tamu mempemainakn BATANG
KEJANTANNYA sebagai Olok-olok dengan memelintir dan menyentilnya...<br />
<br />
Satu tahun membuat perubahan...Jono yang sukses dengan perkawinannya dan panennya kembali ke jakarta untuk bertemu Tomy...<br />
Mereka berbicara panjang dan lebar...<br />
"Adi mana Tom?"<br />
<br />
Ditunjukan Adi yang terpasung dan disiksa dengan DILDO...Jono tidak merasa kasihan tetapi malah BERGAIRAH...<br />
Membuka BAJUNYA dan ingin mENGGAULI ADi...<br />
"Tom, gw coba lagi yah..."<br />
<br />
"Boleh aja, tapi BOOL-nya uda DOOL..."<br />
<br />
"Hai
ADi...apa kabar..." dengan senyuman Jono menyapa Adi...tapi melihat
tubuhnya sudah telanjang...Adi mengira ini hanya mimpi...<br />
"gw mau NGENTOTIN pantat Lo lagi...Lo masih milik gw kan BUDAK JONO..."<br />
<br />
Ini bukan mimpi...ini kenyataan...semenjak hari itu juga ADi di bawa oleh Jono untuk menjadi BUDAK SEX-NYa...<br />
keserakannnya
mengorbankan apa yang dimilikinya...sekarang Adi hanya bisa meminta
belas kasihan dan kebaikan Jono untuk MENGENTOT dirinya dan memberi
waktu untuk MASTURBASI...KEJANTANANNYA tinggal sejarah...</div>
<br />
<br />
TAMAThari putrahttp://www.blogger.com/profile/07769461846416848133noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7864063312826976056.post-40410851078062172342013-04-03T02:55:00.001-07:002013-04-03T02:55:14.915-07:00Jebakan Model Part 2<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhxEX_xW3GED-vsUaZjDnTSwD10Qc0aTlU2rNTCmQvXd0STPTr3wmVzQ7ORuUPFL61MKeAUmESP0FckkA3Tkn1NJmFODNvsHgaeczYx8r4AAeI5bTUBOOJh7EZMBJbXxGVFJuxlMteItHzh/s1600/model2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhxEX_xW3GED-vsUaZjDnTSwD10Qc0aTlU2rNTCmQvXd0STPTr3wmVzQ7ORuUPFL61MKeAUmESP0FckkA3Tkn1NJmFODNvsHgaeczYx8r4AAeI5bTUBOOJh7EZMBJbXxGVFJuxlMteItHzh/s1600/model2.jpg" /></a></div>
<div class="postbody">
Tomy di dampingi dengan sorang laki-laki yang
masih muda sekiitar 32 thunan...dikenalkan sebagai Dru...merupakan
seorang agensi model yang mau mempekerjakan Adi...wajah gembiranya
tampak, seakan-akan kesempatan besar ada di hadapan matanya...<br /><br />Dru seorang Gay, dan imbalan yang barus diberikan oleh Adi adalah KENIKMATAN TUBUHNYA dan KEPUASAAN BERCINTA...<br />Tomy menyampaikan kalo ADi adalah TOP (Rul yang selalu di pegang mucikari, biar barang dagangan nggak JATUH HARGA...)<br />Tawaran malam itu Deal dengan harga 3,5 juta...dengan alasan Adi adalah NEW COMER, dan masih "GRESSSSSSS"<br /><br />Tomy langsung dapat Cast tanpa basa-basi...dan ADi di bawa oleh Dru ke kamar mereka di Club...<br />Adi di suruhnya menari striptis dengan gaya yang HOT...MELUCUTI bajunya sampai ia benar-benar BUGIL...<br />Dru
mencium Bibir ADi...ciuman peryamanya setelah dengan Jono...seorang
laki-Laki Homo yang pertama di ciumnya...tetapi sifatnya yang mudah
beradap tasi membuat reaksinya cepat dan tanggap...CIUMAN tersebut
dibalas dengan lumatan hangat...<br /><br />Mendorong kepala Dru ke arah
PUTING SUSUNYA sekaan-akan memerintahkan menjilatinya...(Obat
perangsangnya mulai beraksi dan Adi memang sengaja buat memacu
dirinya...), Dru merasa HORNI, dirinya ingin di-GAGAHI oleh seorang
laki-laki yang PERKASA dan JANTAN...Tubuh Adi yang Berotot cukup padat
dan berisi sintal, kulit hitamnya dengan KONTOL yang panjang membuatnya
birahi...<br /><br />Mula dengan menjilati putingnya, menjalar pada KEETIAK
ADi...berbulu sedikit dan JANTAN...Bau Khas dari seorang laki-laki yang
membangkitkan gairah sexual...<br /><br />melanjutkanh aksinya pada KONTOL
ADi...Hisapan panjang membuat Adi merasa terbang dan tenaga kuat hisapan
tersebut memberi sensasi lain dari wanita teman kencannya...<br />"Gila Lo...HOMO emang kuat nyedotnya...terusin sayang...gw suka Lo SEPONG...ach.......ach......"<br /><br />terus Dru meenghisap Kontol Adi...sampai akhirnya cairan hangat kental KEJANTANAN Adi tumpah di mulut Dru...<br />"Gw keluarin...ach...ach...ach...Crooot...Croooootttt..."<br />Dru yang terkesima hanya bisa pasrah dan menerima CAIRAN KEJANTANAN ADi...<br /><br />Masih tetap tegang Kontol itu pun di KOCOK dan siap menggempur kembali...<br />"Kali
ini pasti Lo mau DIENTOT kan Dru...HOMO kayak Lo kalo HORNI keliatan
banget kayak sapi di cocok idungnya...Lo bikin gw horni juga walau gw
bukan HOMO kayak Lo..."<br /><br />Dru hanya menjawab..."hem...hem..."<br /><br />Dru
di tunggingkan dengan bantak yang menyangga perytnya di
ranjang...KONTOL Adi sepanjang 18 cm...Hitam mengkilat dengan bulu-bulu
yang keriting dan hitam...KONTOL itu pun menembus pantat
Dru..."BLUSSSSS" tanpa kesulitan menembusnya dan tahanan yang berarti...<br /><br />"Anjing Lo...BOOL Lo uda banyakan di_ENTOT yah???nggak sempit banget...tapi dasar emang Lo HOMO sih ya...BOTOM lagi..."<br /><br />dengan meracau dan meneruskan goyangan pinggulnya ADi mengentot Dru...<br />"Dasar Homo murahan...Fuck u...Fuck...Ngentot Lo...makan nih KONTOL..."<br /><br />"Lo g pake ampe puas nih...NGENTOT Lo...NGENTOT..."<br /><br />berselang beberapa menit...Adi menumpahkan Pejunya di dalam ANus Dru...<br />Cairan hangat bini membanjiri dinding anus Dru...dan Dru mulai menjilati kembali KONTOL Adi...<br />"Nih
Jilat ampe bersih air MANI gw...Lo suka rasanya kan...cairan laki-laki
SEJANTAN gw pasti lo jarang,apalagi lo banyakan main ama HOMO..."<br /><br />malam
itu beberapa kalo mereka melakukan hal tersebut dan Adi mendapat
tambahan dari Dru sebesar 1 jt tanpa sepengetahuan Tomy...</div>
Jono juga di panggil Tomy untuk menemani sahabatnya Danu...<br /><br />Jono memang kaku dan tidak se atraktif Adi...tapi itu m,enjadi daya tariknya..."KEPOLOSAN"...<br />awalnya
Jono menolak tetapi karena Danu sudah membayar dan mengancam bila tidak
mau akan di laporkan pada Tomy dan memecat dirinya Jono memikirkan
hutang dan perkawinannya...<br /><br />akhirnya di melakukan hal
tersebut...dengan rul bahwa Danu haruslah yang aktif dan dia tidak mau
ada ciuman di bibir atau menghisap kontol Danu...<br /><br />Danu
mengiyakan...dia hanya menggigit-gigit dan menghisap puting susu
Jono...menjilati perutnya dan menghisap KONTOL Jono yang berukuran 20
cm...<br /><br />Danu memasukan batang KEJANTANAN tersebut dalam
anusnya...sensasi pada diri Jono yang merasa nikmat dan jepitan yang
mebuatnya HORNI...<br />kurang lebih 15 menit kontol tersebut di kocok
dalam ANus Danu...dan memunrahkan CAIRAN KEJANTANAN Jono di perutnya
yang di lumat habis oleh danu...<br /><br />"ini bonus Lo...(250rb) Lo main sebentar, kalo lamaan dikit aja...g bakalan kasih lebih..."<br /><br />Jono baru menyadari hal tersebut...<br />
hari putrahttp://www.blogger.com/profile/07769461846416848133noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7864063312826976056.post-21557898467437338842013-04-03T02:52:00.002-07:002013-04-03T02:52:54.356-07:00Jebakan Model Part 1<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQU_C-z0JzlEXs3N8SmPlI5sWC6_fZ3RZgr7v9FSigByWKLt9HMJeezHThi3CBaHrSbf-ESLey3NSQZUItmotbHSvTNYCsMIA1N7sX0Kh6MV7jWNpx4CjTH-KozAtgcaf1PQ6sEtm6UTYF/s1600/model1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQU_C-z0JzlEXs3N8SmPlI5sWC6_fZ3RZgr7v9FSigByWKLt9HMJeezHThi3CBaHrSbf-ESLey3NSQZUItmotbHSvTNYCsMIA1N7sX0Kh6MV7jWNpx4CjTH-KozAtgcaf1PQ6sEtm6UTYF/s1600/model1.jpg" /></a></div>
<div class="postbody">
Tomy merupakan seorang Photografer yang sudah
cukup berpengalaman dan sering mengeksplorasi dirinya dalam dunia
photografer...banyak model yang sudah dipegangnya dan mendapat pujian
melalui hasil karyanya...tetapi sisi dirinya yang lain masih haus akan
keindahan Tubuh Laki-Laki...ya Tomy seorang Gay,dan dia haus akan
keindahan tubuh laki-laki normal yang idanggapnya lebih melambangkan
KEJANTANAN...<br /><br />Berjalan kesetiap tempat dan memperhatikan
kehidupan disekitar dirinya dilakukan setiap hari...tetapi Tomy sangat
tertarik dengan 2 orang pramusaji Seafood kaki lima yang berada di
daerah Kali Mati...wajah mereka kebanyakan biasa saja...dibilang tampan
tidak jelekpun tidak...JANTAN...tubuh mereka KEKAR dan Otot-Otot yang
menyembul dari tubuh mereka nampak SEXY...Kulit mereka hitam, seperti
terbakar matahari...<br />kadang kala ketika mereka membangun tenda-tenda
tempat makan,sering BERTELANJANG DADA dan mempertontonkan Otot
KELAKI-LAKIANNYA...Tubuh Kecoklatan yang agak hitam, Puting Susu yang
besar dan sexy...dada bidang yang berotot dan TONJOLAN KONMTOL pada
celana levis ketat yang sobek-sobek sehingga otot kaki mereka juga
nampak sexy...<br /><br />Tomy agak terbengong-bengong dan tersadar ketika
ingin memotret mereka...salah seorang dari mereka menegurnya,namanya Adi
seorang yang juga parmusaji disana...<br />"Mas dari tadi moto apaan???"<br />kaget dan gugup Tomy cukup cepat berkilah,mengeluarkan kartu tanda Photografernya yang terselip di saku bajunya...<br />"saya Photografer, sedang mencari-cari model yang masih baru dan nggak profesional buat di orbitkan..."<br /><br />Adi
sepertinya tertarik...Lagi pula tubuhnya BEROTOT kekar...Kulit Hitamnya
sexy, dan dadanya bidang...Puting susu Adi tampak IMUT...KECIL dan
HITAM...seperti meminta dijilat...memang untuk ukuran orang Indonesia
khususnya orang Jawa tinggi badannya di atas rata-rata sekitar 170an
dengan rambut ikal yang kepirangan seperti terbakar matahari...sifatnya
yang ramah dan terbuka menandakan Adi orangnya lebih bisa beradaptasi
dan SKSD...(sok kenal sok deket...)<br /><br />"wah saya boleh ndak mas?sama temen saya juga ikutan si Jono..."<br /><br />Kaget dengan kata-katanya maka Tomy mengiyakan kata-kata ADi tadi...dipanggil Jono...<br />Tubuhnya
sama berototnya tetapi nampak kulitnya lebih Coklat sedikit dari
Adi...tinggi badannya hanya 168 cm, rambut cepak dan hitam...wajahnya
manis dan tatapan matanya lebih tajam, alisnya tebal dan
rapih...sikapnya tidak terlalu terbuka dan agak canggungan...tapi urusan
BODY...Dadanya BIDANG, Otot perutnya lebih nampak Six Pact dari
Adi...Tonjolan di celannya pun lebih nampak sexy...<br /><br />Diundang
mereka ber2 untuk datang di studio Tomy...dengan tentunya bayaran yang
lebih dari pada satu malam bekerja di tempat mereka...250rb persesi
datang...(Wow bagi mereka sangat besar...)<br />Dengan penjelasan Tomy
pada saat di studio...Jono agaknya keberatan, karena sesi pemotretan
tersebut menampilkan tubuh mereka tanpa Baju...hanya bercelana panjang
jins saja...serta mereka haris berpose layaknya HOMOSEXUAL...Adi tidak
terlalu masalah,baginya uang lebih penting...dengan bujuk rayu serta
tambahan bonus satu sesi...akhirnya Jono mau...<br /><br />Pose pertama
mereka biasa saja...menampilkan sisi KEJANTANAN seorang laki-laki yang
berotot, kulit hitam terbakar mata hari dan senyuman MANIS ala orang
INDONESIA...<br />Dilanjutkan dengan sesi yang agak memerlukan sentuha,
mereka saling BERANGKULAN...MENATAP dengan senyuamn pada sesama...dan
seakan akan mau BERCIUMAN...<br />Jono sedikit merunduk kebawah seakan mau
menjilati PUTING SUSU Adi...berjalan KEKETIAKNYA...bulu halus dan sexy
yang hendak di jilanya...<br /><br />Sesi berikut dengan hanya mengenakan
celana dalam, mereka harus saling berpeluukan erat dan benar-benar
berciuman...Adi melakukannya dengan sangat NATURAL...Jono masih agak
kaku dan malu-malu...<br />"Jon,kita kan teman...ayolah nggak ada yang tau juga kan...apalagi tunangan Lo..."<br /><br />Bibir mereka berpagutan...pertemuan yang sexy dan menggairahkan...Adi menciumnya dengan hangat...<br /><br />terus sesi berlanjut dan akhirnya selesai dalam sesi yang pertama...</div>
<br /><div class="postbody">
Sesi berikutnya cukup panas...dengan adegan yang mempertontonkan kemolekan pantat mereka...<br />terus dengan beberapa pose sure yang membangkitkan gairah...<br /><br />setelah
semua sesi selesai...Tomy berbicara dengan Adi kalau dirinya mempunyai
sebuah Club yang mamu mempekerjakan dia sebagai Pramusaji...bayaranya
tentu lebih besar 3 x lipat dari dipinggir jalan...sekalian menanti sesi
pemotetan berikutnya...<br />Jono juga diajaknya...dan mereka mengiyakan
karena faktor ekonomi...tanda tangan kontrak dan semua fasilitas yang di
dapatkan dengan uang saku awal untuk perawatan diri serta berbelanja
kebutuhan pakaian dan show mereka...(show???Jono agak bingung dengan
kata2 tersebut dalam konterak...tapi diabaikannya)<br /><br />awalnya iya,
mereka di suruh bekerja sebagai pramu saji, tapi lama kelamaan...dengan
dalih pinjaman uang yang telah diberikan pada mereka ber2, dan kehidupan
yang mereka nikmati selama 2 bulan ini...Adi dan Jono pun menjadi
pertunjukan GO GO BOYs pada Clb malam tersebut yang sengaja di sediakan
buat kaum HOMOSEXUAL...<br /><br />Adi adalah orang yang tamak dan mudah
beradap tasi...dari Jawa datang ke jakarta tujuannya mencari uang
sebanyak yang ia bisa...apa pun bisa dilakukan termasuk hal semacam
ini...Tubuhnya meliuk mengikuti irama, KEGAGAHANNYA di tunjukan melalui
Otot-Otot perutnya yang padat dan berisi...dengan celana dalam menari
dengan HOT...sambil menerima banyak "SAWERAN" serta dengan berani
menyodorkan KONTOLNYA untuk di pegang...(Adi menjadi PRIMADONA...)<br /><br />bebeda
dengan JONO yang kesannya malu-malu dan tidak tertarik dengan dunia
semacam itu...baginya ini salah, tetapi apa mau dikata sudah kepalang
basah...mengikuti irama dengan gerakan yang kaku...Jono hanya menjadi
pengalih pandangan saja...SAWERANNYA juga sedikit...kadang ada pelanggan
yang menarik dirinya tetapi ditolak karena malu dipegang-pegang...</div>
Hampir setiap akhir pekan mereka di habiskan di Club dengan berbagai
macam tamu yang meminta ini dan itu...tetapi belum sampai tahap sex...<br />Kali ini adalah jadwal acara spesial...mereka harus berpose layaknya HOMOSEX yang sedang bercinta di atas panggung...<br /><br />Adi
dengan keluesannya mengikuti irama musik Dj, meliuk-luikan
tubuhnya...berdekatan dengan Jono yang agak pasif...memulai dengan
menciumi Jono...menjilat puting susunya dan ketiaknya serta meraba
KONTOL Jono...Kontan Jono kaget dan menahan tangan ADi...tenaga Adi
memaksa dan akhirnya Jono pasrah...sambil berbisik///"Kita ini
profesional kan...masalah Utang kemarin juga belum beres...jangan cari
masalah Jon..."<br /><br />pasrah dan mebiarkan temannya meremas
KONTOLNYA...tiba-tiba selesai itu Adi mencium bibir Jono...menyuruhnya
mENJILATI Tubuhnya yang berotot...PUTUNG SUSU Adi yang sexy...serta
KETIAK dengan bulu tipis yang meminta dijilat oleh Jono...di turunkan
tubuh Jono sampai kedepan KONTOL ADi,lalu digerakannya Pinggul ADi
sehingga KONTOL tersebut mengusap-usap muka Jono...<br /><br />Semua berjalan lancar...tatapi setelah semua ini sikap Jono agak berubah...marah kepada Adi pastinya...<br />"Lo gila Di...g bukan HOMO...apa Lo iya?"<br /><br />"Jon, Kita butuh uang...apalagi ini buat bayar utang keluarga gw...Lo juga ada kebutuhan kan buat calon Bini Lo..."<br /><br />Jono
terdiam, memang setelah akhir tahun ini dia akan menikah dan
membutuhkan biaya bagi dirinya dan sekolah adiknya...kadang kesulitan
Ekonomi membuat orang melakukan segalanya...<br />"Tapi Di...setidaknya perbuatan Lo tadi..."<br /><br />Adi
memotong dengan kilahnya..."Halah...uda lah...Lo jangan pikirin,Nikmati
aja...lagian kita uda sama-sama tau KONTOL kita kayak apa..."sambil
tersenyum genit dengan kerlingan mata nakalnya adi meninggalkan
ruangan...<br />"gw mau cari Oom Tomy dulu...di panggil nih katanya ada kerjaan..."hari putrahttp://www.blogger.com/profile/07769461846416848133noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7864063312826976056.post-53977046266705347032013-02-10T23:52:00.000-08:002013-02-12T01:02:56.563-08:00Antara Lupa dan Nikmat<div class="postbody">
Malam semakin larut, bekerja hingga larut malam untuk seorang auditor mungkin sudah biasa saja ...<br />Tomi
bergegas ingin pulang sejak satu jam yang lalu, waktu menunjukan 22.30,
semua sudah dipersiapkannya dan bergegas menuju mobilnya ...<br /><br />Lift bergegas turun dan menuju parkiran mobilnya ...<br />Sesampai didepan pintu mobil, dirinya tersadar dengan Iphone yang tertingal diats meja kerjanya ...<br />posisi kantor Tomi berada di lantai 27, naik turun membuatnya nampak tidak bersemangat ...<br /><br />Raka
yang sedang berpatroli malam itu, mendapati ruangan Tomi masih menyala
dan komputernya belum dimatikan, memeriksa dan sedikit penasaran apa
saja yang ada di dalam isi komputer tersebut, ternyata layar komputer
tersebut terdapat gambar-gambor foto laki-laki setengah bertelanjang
dada dan termasuk foto dirinya ...<br /><br />Tiba-tiba Tomi menegur Raka ...<br />"Mas lagi apa ya?"<br /><br />"Oh ... Lo yang lagi apa" raka salah tingkah dan balik membentak ...<br />"ini ruangan saya ..." balas Tomi ...<br />"oh
ini ruangan lo ... komputer lo belum dimatikan ... lagian lampu
masihnyala ya wajib gw periksa ... lagian gambar di komputerlo lumayan
yah ..." senyuman sinis menyungging di wajah Raka ...<br /><br />Tomi menuju menjanya tetapi di hardik Raka ... <br />"Lo mau apa?" <br />"halah diam aja lo HOMO, gw tau lo suka sama cowo kan ... lo mau ikut aturan gw atau gw habisin?"<br /><br />Tomi tak kuasa,dirinya memang juga menyukai Raka ...<br />Mau tak mau dirinya mengikuti kemauan Raka beranjak menuju pos satpam yang saat itu sepi ...<br /><br />"Buka semua pakaian lo ..." Raka memerintahkan dengan keras kepada Tomi ...<br />"hemmm ..."<br />"BUKA kata gw ..."<br /><br />Tomi terbungkam dan membuka bajunya serta celanya ... sampai CD yang dikenakannya ...<br />Wajah
Tomi berkarakter Oriental alias Cina,usianya baru 23 tahun dengan
jenggot tipis mengitari dagunya, Tubuhnya 170 cm putih dan mulus ...
sekal berisi tanpa otot-otot yang menonjol ... PUTING SUSU Tomi berwarna
coklat akibat kulit putihnya ... DADA Tomi montol menonjolkan PUTING
SUSUnya ... walau sekal berisi tetapi Tomi tidak gendut ...<br /><br />tangan Tomi masih menutupi KEMALUANNYA ...<br />Raka
menarik tangan Tomi dan memborgolnya kebelakang ... kini KONTOL Tomi
nampak Jelas ... BULU-BULU JEMBUT berwarna hitam diatas kulitnya yang
putih dan KONTOLnya mengantung belum EREKSI ...<br />"oh ini bentuk KONTOL HOMO kaya lo ..." Raka mendekatkan dirinya pada Tomi ...<br /><br />"Aaaarrggghhh ... accchhh ... aaaccchh .." suara Tomi mendesah kesakitan ...<br />Raka
MEREMAS KONTOL dan BIJI KEMALUAN Tomi ... sambil mendorong Tomi ke
dinding dengan sikunya di leher Tomi serta menekannya kuat ...<br />Tomi tak kuasa berontak ...<br />"Baba ...bang ... ampun .."<br />"Aaaaaarrrrgggghhhhh ... Aaaarrrgggghhh ..." KONTOL Tomi semakin keras diremas oleh Raka ...<br />tiba-tiba dilepaskan dan Tomi tertunduk lemas ...<br /><br />Raka membuka seluruh pakaiannya, sama-sama bertelanjang BULAT ...<br />usinya
27 tahun, otot kekar sebagai tenaga keamaan, Dada BIDANG dengan kulit
sawo matang dengan karakter wajah tegar sangat berkarakter laki-laki ...
BULU-BULU KETIAK yang lebat dengan BULU JEMBUT yang menutupi BATANG
KEJANTANANnya ...<br />tingginya 168 cm ... <br />"Bangun lo ..." Tomi hanya berusaha berdiri sejadinya ... mulutnya hanya diam karena ketakutan ...<br />"Liat,inikan
yang lo mau ... LAKI-LAKI SEJATI ... BATANG KONTOL yang kaya begini kan
... Badan lo bagus,montok, putih mulus, bibir lu juga manis ... cocok
jadi CEWE,buat DIENTOT ..."<br /><br />"bang ampun ..."<br />"Halah ... lo jawab aja mau apa nggak?lo homo kan ..."<br />Tomi
setengah dalam kebimbangannya ... memperhatikan tubuh GAGAH dan BATANG
KONTOL Raka ... dirinya ingin sekali Raa menjamah tubuhnya, MENGGAGAHI
dirinya hingga klimaks ...<br />"lo nggak mau ya ... gw potong aja KONTOL lo ..." sebuah belati dikeluarkan kearah KONTOL Tomi ...<br />"mau mau mau bang ... mau ..."<br /><br />"hem,akhirnya bersuara juga lo... dasar HOMO ..."<br />Tomi
berdiri bersandar di dinding... sedang Raka maju mendekat dengan kedua
tangan di samping kepala Tomi, tertahan dengan sikunya ... Jarak mereka
sangat dekat hingga Tomi dapat mencium AROMA TUBUH Raka yang jantan ...<br />"cium gw ... cium bibir gw ..." Perintah Raka dengan pelan sambil berbisik di depan wajah Tomi ...<br /><br />Sebuah ciuman mendarat di Bibir Raka dari Tomi,"heh,masa cuma kaya begitu ... Lo HOMO nggak tau ciuman ya ?"<br />Tomi kembali menciumRaka kali ini, melumat dan mengenyot bibir Raka ...<br />Raka membalas dengan ciuman yang melumat bibir MERAH DELIMA Tomi ...<br /><br />mereka bertukar posisi, Raka bersandar di dinding dan Tomi yang berdiri dihadapan Raka ...<br />"Lo jilatin tubuh gw ...seluruh tubuh gw, buat gw puas dengan bibir dan lidah lo ..."<br /><br />Tomi menjilati seluruh tubuh Raka dari lehernya pertama-tama ... menyusuru hingga dada bidangnya ...<br />Tomi memainkan lidahnya di PUTING SUSU Raka yang membuat raka menggeliat geli serta GIGITAN-GIGITAN kecil yang menggairahkan ...<br />Tangan Raka melipat dibelakang kepalanya ... Kini tubuhnya terpanopang dengan DADA BIDANG dan KETIAK yang mebuka ...<br />isyarat mata yang saling bertatapan, Tomi diperintahkan menjilati KETIAK Raka ...<br />tak berpikir panjang, menjilati KETIAK LAKI-LAKI segagah Raka merupakan impiannya ...<br />BULU-BULU
KETIAK yang terpampang membuat Tomi bergairah ... dijilati dan
dilumat-lumat dengan mebenamkan mukanya di KETIAK Raka ...<br /><br />Tangan Raka ikut membenamkan kepala Tomi di ketiaknya ...<br />Kepala Tomi di tarik kebelakang "cukup ... sekarang giliran lo tau yang lain ... BATANG KONTOL gw uda on nih ..."<br />Tomi berlutut dan diperhadapkan pada BATANG KONTOL yang telah NGACENG seukuran 16 cm ... HITAM BERURAH dan KEKAR ...<br />KEPALA KONTOL Raka yang besar dengan BATANG yang kekar menopangnya ...<br /><br />"hisap ..."<br />Tomi menghisapnya dengan lahap ... menyedotnya kuat dan dimainkan dengan lidanya di ujung KEPALA KONTOLnya ...<br />Raka terpancing gairah yang begitu hebat ...KELAKI-LAKIAN yang tertantang dengan BIRAHI yang menggelora ...<br />kepala Tomi di mainkan maju mundur dengan cepat oleh tangan Raka untuk membenamkan BATANG KONTOLnya ...<br />"Fuck ... NGENTOT ... gw ENTOT mulut lo HOMO ..."<br /><br />Tomi hampir kehabisan nafas akibat gerakan yang sangat cepat keluar masuk KONTOL Raka ...<br />akhirnya Tomi di berdirikan dan kemabli disandarkan di dinding ...<br />kali ini Raka akan melakukan bagiannya ...<br /><br />"Hah ini lah Tubuh HOMO kaya lo ... mulus juga ... TETEK lo seksi bisa nonjol ... "<br />"aAAARRRGGGhhhhh ..." PUTING SUSU Tomi di cubit dengan keras oleh Raka ...<br />"Suka kan ..."<br />PUTING SUSU Tomi yang kecoklatan menjadi memerah ... lalu Raka menjilati dan mengigitnya kasar ...<br />Tomi
hanya mengerang dan mendesah antara KENIKMATAN dan RASA SAKIT ...
karena dilain sisi BIJI KONTOL Tomi juga diremas-remas oleh Raka ...<br /><br />"Enak?mau gw terusin sampai BIJI KONTOL LO pecah ... hahahaha ... tenag aja masih belum berakhir kok ...<br />Raka mengambil tali sepatunya dan mengikat BATANG dan BIJI KONTOL Tomi ...<br />"nih biar lo nggak bisa keluar ... sekarang saatnya gw mau MAKE LOBANG MEMEK lo ... eh salah kalo di belakang DUBUR kan ..."<br /><br />Tomi
di tarik secara kasar ke atas meja kerja Raka ... ditunggingkan hingga
menunjukan PANTANYA yang seakan-akan menjadi persembahan pada BATANG
KONTOL Raka<br />dipeluk dari belakang dan Raka berbisik ..."lo perhan DIENTOT cowo mana aja ?"<br />Tomi menggeleng hanya dian ...<br />"Bagus
... gw adalah LAKI-LAKI pertama yang akan MENGAGAHI lo ... beruntung
banget gw ... uda dapet cina, putih mulus, masih PERAWAN pula BOOLnya
..."<br />Raka semakin bersemangat untuk menunjukan KEJANTANAN BATANG KONTOLnya mengagahi Tomi ...<br /><br />"gw akan MENGAGAHI lo tanpa KONDOM, tanpa PELUMAS ... cukup BATANG KONTOL gw ..."<br />Raka
meludahi DUBUR Tomi ... dirinya ketakutan dengan rasa sakit yang akan
diterimanya ... dan benar dorongan pertama begitu menyakitkan bagi Tomi,
hingga harus berteriak ...<br />Teriakannya disumpal dengan celana dalam
Tomi sendiri ... "Brisik lo HOMO ... mau di ENTOT kan,ini rasain ...
Cewe aja yang gw entot memeknya diam menikmati ... lo HOMO ribut ..."<br /><br />BATANG
KONTOL Raka masuk dengan sempurna ... Raka menyadari LOBANG DUBUR Tomi
masih benar0benar perawan ... sempit dan kesar ... dalam batinya tau
pasti sangat sakit ketika di gesek dengan ENTOTAN tanpa pelumas dan
hanya air lUDAH ...<br /><br />Leher Tomi tiba-tiba diikat dengan dasinya ... seperti berpacxuan KUDA ... Raka memegang taki kekang ...<br />"Bersiaplah ... gw akan NGENTOTIN lo ... HOMO ..."<br />hentakan
dalam pertama dan kedua, BATANG KONTOL Raka di tarik keluar dan masuk
... perlahan tapi pasti ... sangat sulit tapi nyata ...<br />Nyata sekali rasa sakitnya di wajah Tomi ...<br />kepuasan jelas di wajah Raka ... diruangan itu terdapat kaca panjang jadi mereka bisa saling melihat ...<br />Raka sangat menggairahkan saat MENGAGAHI Tomi ... ENTOTANnya semakin lama terasa nikmat di dubur Tomi ...<br />"anjing ... dubur lo bener-bener sempit ... homo sialan ... ngentot ... enak gw entot ..."<br />"ach ach ...ach ..."Tomi hanya mendesah ...<br /><br />Tubuh Tomi dibalikan dan sekarang Raka berhadapan mengentot Tubuh Tomi ... Kaki Tomi bertopang di pundah Raka ...<br />Tubuh Raka nampak jelas, lekukan kegagahan saat mengekspresikan ENTOTAN di LOBANG DUBUR Tomi ...<br />mencengkeram DADA Tomi dan PUTING SUSUnya ... Tangan Raka begitu kuat ...<br />Hingga Tomi begitu terlena olehnya ...<br /><br />Dilain
pihak Raka memperhatikan Tubuh Tomi yang mulur, menggairahkan dirinya
yang memang menyukai orang-orang berkulit putih khisisnya wanita ...<br />ditambah
dengan EKSPRESI rasa SAKIT, NIKMAT dan GAIRAH karena ENTOTAN di wajah
Tomi membuatnya begitu bergairan menambah ritmen menggenjot LOBANG DUBUR
Tomi ...<br /><br />dengan cekatan Raka mengambil kunci borgol di meja
tersebut dan membuka borgol Tomi ... tangannya terlepas sambil tetap
membenamkan BATANG KONTOL Raka di dalam DUBUR Tomi ...<br />Tangan Tomi yang terbuka membuatnya lebih leluasa meraba dan menjamah tubuh Raka ...<br /><br />Gairah yang membakar membuat Tomi langsung mendarakan ciuman kembali di bibir Raka ...<br />Raka membalas cekatan sesaat ENTOTAN di LOBANG DUBUR Tomi terhenti tetapi Batang KONTOL Raka masih di dalamnya ...<br />Raka mengangkat Tomi dan melakukan ENTOTAN sambilberdiri dan membopong Tomi ...<br /><br />"lo suka ya ... ini cara gw memuaskan pacar cewe gw ..."<br />"Accch ... achhh ... gw suka banget bang ...ENTOTIN terus DUBUR gw ... PAKE terus ..."<br /><br />Senyuman puas dan kebanggaan atas kemenangannya MENGAGAHI dan MEMUASKAN Tomi ...<br />ENTOTANNYA
semakin kencang sampai akhirnya 'Ccccccrrrroootttt ... Crrrrooottt ...
CCcccrrrrooottt ..." CAIRAN PEJU alias SPERMA Raka tertumpah di LOBANG
DUBUR Tomi ... <br />Hangat dan kental serta banyak sekali ...<br /><br />Tomi dibaringkan di atas meja pos tersebut ...<br />Raka
yang menguras tenaga berkeringatan mencucur deras ... dengan tangannya
mengorek DUBUR Tomi, mengumpulkan CAIRAN KEJANTANNYYA di LOBANG DUBUR
Tomi dengan tangannya ...<br />menyodorkan kedalam mulut Tomi ...<br />"TELEN semua CAIRAN PEJU gw ... ini dari LOBANG DUBUR lo kan ... biar tau ini semua KENIKMATAN KEJANTANAN gw ..."<br />Tomi jijik tetapi terpaksa menjilati dan menelan CAIRAN PEJU tersebut ...<br /><br />"Bang ... gw punya belum keluar ... tolong lepasin ikatannya ..."<br />"Boleh lo keluarin tapi BATANG KONTOL gw masih NGACENG nih ..."<br /><br />Sambil duduk di kursi pos satpam tersebut ... Raka duduk dan Tomi duduk di atas BATANG KONTOL Raka yang masih ngaceng ...<br />ENTOTAN DUBUR Tomo masih berjalan ... Tomi lebih aktif bergerah naik turun ...<br />Tak lama BATANG KONTOL Tomi mengeluarkan CAIRAN PUTIH SPERMAnya ...<br />tertumpah di DADA BIDANG Raka ...<br /><br />"Hah ... jadi kotor badan gw ... bersihin dengan lidah lo ..."<br />Batang KONTOL Raka langsung di CABUT dari DUBUR Tomi ...<br />ciuman kembali didaratkan di bibir Tomi dari Raka ...<br />mengarahkannya menjilati CAIRAN PEJU Tomi di dadanya ... menjilati hingga bersih sampai keKETIAK Raka ...<br /><br />"Bersihin BATANg KONTOL gw ..."<br />Raka memasukan BATANG KONTOLNya dalam mulut Tomi ...<br />Tomi menghisap dan Raka menggerakan maju mundur ... sampai akhirnya sekali lagi CAIRAN KEJANTANAN Raka tumpah di mulut Tomi ...<br />"Nah, bersih kan ..." Raka memberikan senyuman kepada Tomi, begitu menggoda ...<br /><br />mereka bergegas membersihkan segalanya ...<br />sambil bertelanjang ... merek saling bercakap-cakap ...<br />"gw
suka banget sama sex, apa lagi kalo cewe putih dan tinggi ... banyak
anak kantor yang uda main sama gw ... tapi yang cOWO baru lo aja ...
karena gw liat gambar gw di komputer lo, ya sekalian aja gw coba LOBANG
DUBUR lo ... enak juga ternyata, lebih sempit dari MEMEK ..."<br /><br />"iya, gw memang suka gaya lo, MACO abis ... dan lo adalah orang pertama yang NGENTOTIN gw ... dari dulu takut banget ..."<br />"Eitsssss ... jangan salah sangka ... gw cuma suka SEX ... dan nggak berharap lebih ... lagian gw punya cewe ... "<br /><br />"gw ngerti bang ... tapi abang tetep mau main sam gw kan? MENGAGAGHI gw lah kaya gitu ..."<br />"oh
pasti, lo akan menjadi ASET SEX gw, asal punya kepuasan dan sama-sama
suka gw lakukan ....LOBANG DUBUR lo bersih,putih mulus dan sempit ..."<br /><br />Mereka
berciuman dan terus melanjutkan permainan ... Tomi mendapat pemuas
nafsu sexualnya dan Raka menjadi paham kenikmatan LOBANG yang lainnya...</div>
<div class="postbody">
<br /></div>
<div class="postbody">
End.</div>
hari putrahttp://www.blogger.com/profile/07769461846416848133noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7864063312826976056.post-44578682445501302542013-02-07T23:54:00.001-08:002013-02-12T01:03:12.033-08:00Kondangan setiap Hari<strong>By Yanz</strong><br />Genre: romance and little bit humor<br />Pemeran: Yunho X Jaejoong<br />Rate: M<br />WARNING: OOC, GAJE, BOYS LOVE, NC, KALAU ANEH MOHON DIMAAFKAN<br /><br />“Charming prince coming!” ucapku dengan aura yang berkilauan.<br /><br />Hei kameranya tolong dishoot dari ujung kaki sampai kepala biar keren kaya di sinetron-sinetron *?*<br />Jadi
anggap saja kalian melihatku dari ujung kaki, terlihat aku menggunakan
sepatu hitam yang begitu mengkilat, celana hitam yang rapi dan bersih
selaras dengan jas hitamku, penampilanku begitu keren begitu pun
tampangku, Yunho!<br />Lalu kulangkahkan kakiku ke depan dengan perlahan,
“Bang, bayar bajajnya napa! Ngutang mulu,” kata supir bajaj yang
kutumpangi tadi.<br /><br />“Apaan sih lu, ngerusak acara gue aja, penampakan lu bikin ancur image gue hush hush…”<br /><br />“Pengangguran aja blagu, lagak lu kayak boss tapi gak modal, baju aja paling dapet nyolong dari jemuran tetangga!”<br /><br />“Huuusshh… jangan buka aib gue napa!!! Pergi sono, gue bom juga bajaj lu.”<br /><br />“Awas
ya lu numpang ama gue lagi!!!” kata supir bajaj seraya melempar kolor
bekas yang baunya mengalahkan bau naga *emang pernah nyium naga?* dan
kolor itu pun tepat mengenai kepalaku.<br /><br />“AAARRGGHHH… ASEM!!!” teriakku frustasi, dengan segera aku buang kolor tadi.<br /><br />Rese
memang itu supir, gak ada puasnya nagih hutang, sudah tau aku
pengangguran, mau makan enak pun harus pergi ke kondangan tiap hari
walau gak diundang pun tetep datang, toh yang punya kondangan gak
mungkin repot kan ngecek yang hadir, yang penting aku bisa makan enak!<br /><br />Kumasukkan
amplop yang isinya hanya secarik kertas dengan tulisan “SELAMAT
MENEMPUH HIDUP BARU” kedalam kotak kondangan (gak tau apa namanya?),
lalu dengan cool’nya aku melangkah ke depan meja hidangan, hmm~ ada
banyak makanan yang menggugah selera. Kesempatan emas ini tidak
kusia-siakan, aku masukkan semua hidangan yang enak-enak ke dalam satu
piring sampai makanan tersebut tak pantas lagi disebut makanan karena
bentuk dan rupanya lebih mirip gumpalan muntahan (euugghh)<br /><br />Segelintir
orang memelototiku heran namun aku kembali makan dengan santainya.
Selasai makan aku masih belum puas jadi aku mengambil kresek hitam yang
ada di dalam kantongku untuk membungkus makanan yang ada di meja
hidangan. <br /><br />“Hy, sedang apa kau?” suara dingin tersebut membuatku
menoleh sebentar namun kembali menjejal makanan sebisa mungkin memenuhi
kresek hitamku.<br /><br />“Oh… ini bawa oleh-oleh..” jawabku santai.<br /><br />“Kau lagi… Jung Yunho..”<br /><br />“Oh… ahahaha Kim Jaejoong kita berjumpa lagi, ternyata bukan hanya aku yang rajin kondangan kau pun selalu ada di mana aku ada.”<br /><br />“Huh… siapa yang mengundangmu? Ini pesta pernikahan Hyun Jae noona, dan dia kakakku tau?”<br /><br />“Oh… ahahahha santai bro, mungkin kakakmu juga mengundangku.”<br /><br />“Huh… bagaimana bisa, aku yang mengurus tamu dan aku tidak mengundangmu.”<br /><br />Aku
terdiam sejenak dan menatap datar lantai. Hah… Kim Jaejoong selalu
menjengkelkan, sebenarnya dia bukan siapa-siapa, namun karena terlalu
sering bertemu dan menciptakan masalah makanya kami jadi saling kenal.
Menurutku dia sosok yang sangat menawan apalagi bibirnya menggiurkan
namun sifatnya gak nahan pengen cemplungin ke lubang WC.<br /><br />“Ah.. sudahlah jangan dibahas, biarkan aku makan gratis di sini.”<br /><br />“Shit, keluar!”<br /><br />“Ahahaha… ayolah, jangan sejutek itu, kita bisa bicarakan baik-baik dan selesaikan masalah ini.”<br /><br />“Kau selalu membuat keonaran dan sebaiknya kau pergi karena aku tidak mau kau merusak acara kakakku.”<br /><br />“Ah… sebaiknya kau ajak aku berkeliling rumah mewahmu ini jadi pesta ini aman hehehe…”<br /><br />“Seenakmu, siapa kau?”<br /><br />“Kita kan teman hhehehe..”<br /><br />“Huh? Sejak kapan?”<br /><br />“Ayolah
mulai sekarang kita teman, setuju?!!” kataku seriang mungkin, aku
berusaha ramah dan menghangatkan suasana supaya Jaejoong bisa sedikit
melunak hatinya.<br /><br />Yeah.. dan prince Yunho berhasil menjinakkan
princess *?* Jaejoong. Cukup lama kami berkeliling rumahnya yang luas,
aku sampai tercengang, enak banget Jaejoong jadi orang kaya, aku jadi
iri dengannya.<br /><br />“Ini kamarku.”<br /><br />“Waah 4 kali lebih luas dari pada kontrakanku hebat, kamar doang nih?”<br /><br />“Hmm..
kau boleh istirahat, karena aku lagi baik jadinya aku mau berbagi kamar
denganmu,” katanya lemas dan menghempaskan badan ke kasurnya.<br /><br />Aku
pun ikut berbaring di sampingnya dan memiringkan tubuh ke arahnya,
“wajahmu….” Kataku menggantung sambil mengelus pipi mulusnya<br /><br />“Kenapa?” tanyanya penasaran dengan wajah gugupnya.<br /><br />“Ada upil,” ucapku polos.<br /><br />“Sial
kau!” bentaknya dan langsung berbarlik untuk mengecek wajahnya, dan
kembali berbalik kearahku “Mana ada upil, dasar pemboh… emmmhhh…”<br /><br />CUP..<br /><br />Kukecup bibirnya secara spontan begitu dia membalikkan badannya tadi, “Emmmh.. bibir yang manis dan sangat kuinginkan.”<br /><br />Dia
masih terpaku menatapku kaget namun tamparan panas mengenai pipiku,
“A-apa yang kau lakukan,” bentaknya sambil menutup bibirnya.<br /><br />“Menciummu.”<br /><br />“Sial, kau fikir kau siapa bisa seenaknya men…”<br /><br />Dengan
cepat tanganku menarik tengkuknya dan kembali mencium bibirnya, bukan
sekedar kecupan namun lumatan hangat yang mulanya hangat dan semakin
panas, awalnya dia memberontak, semakin lama dia pasrah dan akhirnya
membalas lumatanku.<br /><br />“Kau menyukainya?” tanyaku setelah melepaskan ciuman kami sejenak.<br /><br />“Apa yang terjadi barusan…” tanyanya dengan tatapan kosong.<br /><br />Wajahnya
begitu menawan bagaikan angel dan aku ingin memilikinya, kemudian aku
duduk dan menarik badannya supaya ikut duduk, “Kau tau sekarang hari
apa?”<br /><br />“Hari pernikahan kakakku, memang kenapa?”<br /><br />“Bodoh sekarang kan Valentine! Dan aku tidak punya pasangan, will you be my valentine.”<br /><br />“kau gila, aku namja dan kau pun namja (laki-laki), mana bisa kita jadi pasangan.”<br /><br />Aku
kembali mengecup bibirnya sehingga membuatnya terpejam nikmat, “Tapi
kau menyukaiku kan?” tanyaku dengan senyuman menyindir, dia Cuma diam
dan kuanggap itu iya.<br /><br />Aku turun dari kasur sejenak untuk mengunci kamar supaya tak ada yang mengganggu kami, lalu aku kembali naik ke atas kasur.<br /><br />“Kenapa dikunci segala?”<br /><br />“Supaya gak ada yang mengganggu my jaeboo,”<br /><br />Aku memelukknya dan menjilat kupingnya, “Yunnie.. aaahh emmmhhh…” desahnya kenikmatan.<br /><br />“Kau begitu cantik.. eeemmmhh..” jilatanku turun ke lehernya dan menghisap-hisap leher jenjangnya.<br /><br />“Aaaahhh Yun… aaahhh geli uuuuuhhh…” desahnya nikmat.<br /><br />Selesai
memberikan beberapa tanda cinta di lehernya, aku menatap wajahnya yang
begitu pasrah dan menikmati suguhanku, kemudian kembali kukecup
bibirnya, kami saling menghisap-hisap bibir dan lidah kami bertautan
sehingga ciuman panas itu menimbulkan gejolak nafsu yang tidak dapat
kami tahan.<br /><br />Kumasukkan tanganku kedalam bajunya sedangkan lidah
kami masih bertautan, tanganku meraba perutnya yang ternyata sangat
indah langsing namun six pack yang mebuatku semakin kegirangan
menjamahnya, kemudian tanganku kembali naik ke dadanya dan menemukan
tonjolan yang sudah mengeras di dadanya, setelah kuusap-usap kemudian
kucubit nipplenya pelan sehingga membuatnya menggerah dalam ciuman kami,
“Yunn… aaaahhhh emmmhhh eummmmhhh..”<br /><br />“Boleh kubuka pakaianmu chagi?”<br /><br />Wajahnya
sedikit merona dan dia menggangukkan kepalanya. Dengan cepat kulucuti
pakaianku dan pakaiannya sehingga kami berdua bertelanjang bulat
sekarang, dengan keringat yang ada di badan Jaejoong dia jadi terlihat
semakin sexy dengan kilatan itu. “Eummmhhh emmmmhhh sssrrpphh…” kujilati
dadanya, bahunya dan lehernya penuh nafsu sampai dia menggeliat nikmat.<br /><br />“Aaaahhh ooohhh geli aaahhh… aku tidak pernah diserang begini sebelumnya aaahhh…” desahnya sambil memeluk pinggangku.<br /><br />“Aku
akan menberikan yang terbaik buatmu sayang… emmmmhhh” kuhisap-hisap
nipplenya yang membuatnya semakin bergairah dan tanpa di duga penisnya
pun menegang walau belum sempurna. Kemudian aku elus-elus penisnya
supaya semakin bangkit. <br /><br />“Permainanku lebih menyenangkan dari pada gadis-gadis yang kau ajak main.”<br /><br />“Sok
tau uuuhhh… aaaaaahhh..” dia mendesah lebih kencang saat penisnya
kuremas lebih kuat, lalu kunaik turunkan tanganku dengan cepat dan
memainkan ujung penisnya.<br /><br />Ciumanku turun ke perutnya dan
menjilati pusarnya penuh nafsu sedangkan tanganku mengocok penisnya yang
sudah sangat tegang, “Aaaaaakhhh aaaahhhh… OOoooohhh Yunn… aaaaahh
enakkk aaahhhh…”<br /><br />Tangannya meremas geram rambutku, kemudian
kepalaku turun mendekati penisnya, memainkan ujung penisnya dengan
lidahku dan menghisap ujung penisnya hingga dia menggeliat nikmat,
kemudian kumasukkan seluruh penisnya ke dalam mulutku dan
menghisap-hisapnya.<br /><br />“Eeemmhhh yunhoo aahhh… kau aahhh.. oooohh…”
gerangnya tak keruan saat aku naik ke atas untuk menghisap lehernya
sedangkan tanganku mengocok an meremas penisnya.<br /><br />“Emmmhh… kau benar-benar membangkitkanku emmmh…” ucapku sambil melumat bibir indahnya.<br /><br />Kemudian
aku kembali kebawah untuk menghisap penisnya, hisapan yang semakin
cepat dan akhirnya cairan cinta Jaejoong tumpah dimulutku, “AAAAAKKHHHH
AAAAAHHHHH….” Gerangnya disisa-sisa orgasmenya dan dia semakin
menggeliat nikmat.<br /><br />“Jaejoong, sekarang giliranku yang harus
dipuaskan,” kataku sambil memijat penisku di hadapan Jaejoong tapi dia
Cuma memejamkan mata karena kelelahan.<br /><br />“A-aaahhh emmmhhh…”
desahnya saat aku menjilati dan membasahi lubang kenikmatannya, “Kau mau
apa?” tanyanya sambil mengerutkan keningnya.<br /><br />“Surprise for our valentine..” bisikku nakal dikupingnya dan langsung menancapkan penisku ke lubangnya.<br /><br />“AAAAAAAAAKKHHH
AAAHHH SAKITT AAAKKHHH…” gerangnya penuh emosi dan berusaha
memberontak, namun aku malah menanamkan penisku semakin dalam sampai
badannya terhempas ke kasur.<br /><br />“Aaaahhh ooohhh… emmmhhh… nikmat sekali, pastiihh belumhh pernah dimasuki aahhh…” kataku disela-sela aktivitasku. <br /><br />“Sial! Apa yang kau lakukan padaku aaaaaaaakhh ooohhhh,” teriaknya penuh emosi.<br /><br />“Tenangkan dirimu sayang emmmhh…” ucapku sambil mengecup bibirnya dengan mesra<br />Dengan
perlahan kugerakkan pinggulku, dia kembali berteriak, “AAAAAKKKHHH
HENTIKAH AAHHH…” tapi aku tetap memompa lubang sempitnya dan menciumi
wajahnya untuk menenangkannya.<br /><br />“Look my eyes baby emmmhhh…” ucapku lembut. Dia mulai menerima seranganku dan membalas ciumanku.<br /><br />Tanganku
kembali meremas-remas penisnya hingga kembali bangkit sedangkan aku
menggerakkan pinggulku maju-mundur dan semakin cepat sampai
rongga-rongga lubangnya menjepit penisku dengan kuat sehingga cairan
hangat itu tumpah dalam tubuh Jaejoong “AAAKKKHHH… “ teriak kami
bersamaan saat terserang klimaks.<br /><br />“Jaejoong, aku mencintaimu, semoga aku bisa memilikimu tidak hanya buathari ini namun seterusnya.”<br /><br />Jaejoong
hanya diam dan membalikkan tubuhnya, wajahnya begitu masam dan
terpancar penyesalan yang sangat besar. Dan kupeluk tubuhnya dari
belakang dan mengecup tengkuknya dengan lembut, “Happy valentine.”<br />“Hmmm..” jawabnya dingin namun membalikkan badannya dan mengecup pelan bibirku, aku tersenyum tipis.<br /><br />“Eh.. besok-besok ke kondangan bareng ya?”<br /><br />Dia Cuma tersenyum tipishari putrahttp://www.blogger.com/profile/07769461846416848133noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7864063312826976056.post-41963303981684116522013-02-07T23:50:00.001-08:002013-02-12T01:03:12.030-08:00Mini Market SeksNamanya Heru, pemuda tanggung asal sukabumi ini memang terkenal cukup
tampan di antara pegawai mini market 24 yang saat ini marak di jakarta,
usianya baru menginjak 21 tahun beberapa hari lalu, tubuh sekal berisi
dengan tinggi 170 cm, rambut ikal dengan kulit yang putih ...<br />wajahnya tampan, alis mata tebal, hidung mancung dan sedikit berwajah arab ...<br /><br />Berjaga
di mini market 24 jam dengan ditemani seorang teman yang juga sebagai
pegawai disana membuat hari-harinya nampak jenuh ...<br />tak ayal Heru
selalu membuka web atau situs" yang juga membuatnya penasaran dengan
sex, dan film porno, juga masalah dunia Gay ...<br />tanpa disadari ternyata ada 3 orang laki-laki masuk sebagai pembeli ditempatnya ...<br /><br />"Asik ya mas nontonya ???"<br /><br />Heru terkejut ... "Maaf mas ..."<br />"Nggak apa terusin aja ... Cowonya ganteng yah ?"Tanya seorang diantara mereka ...<br /><br />"Eeehhh emmm ... salah mas kepencet"<br />"nggak usah kikuk gitu ..."salah satu laki-laki itu bersuara berat dan dalam ...<br /><br />Mereka duduk setelah membayar minuman dan makanan yang telah dibeli dikursi luar mini market ...<br />Heru yang malu masuk kedalam ruang belakang karena malu dengan ketiganya, dan digantikan berjaga oleh temannya ...<br /><br />beberapa menit berlalu, Heru keluar dan mendapati kursi telah kosong dan botol-botol bir telah kosong ...<br />dia melirik kanan dan kiri meragukan keadaan sekitar apakah sudah aman karena Heru malu setengah mati ...<br />temanya hanya diam,Tiba-tiba dari belakang ...<br />"Cari apa kau?"<br /><br />"eh,ngak mas ... maaf ..."<br />Tangan seorang laki-laki menahan kerah bajunya ... "Lu homo kan ???"<br />"ehnggak mas, maaf ..."<br /><br />"halah,alesan aja lo... lo dari tadi ngintipin kita semua kan?"<br />"nggak mas ..." suara Heru bergetar ketakutan ...<br />temannya hendak menolong tapi di hardik ... "diam lo di situ ..."<br /><br />Heru ditarik dan dijambak menuju ruangan terbuka di belakang mini market tersebut ...<br />ada sebuah taman kecil tempat menjemur pakaian disana ...<br />dikelilingi 3 orang pria yang bertubuh tinggi tegap dan kekar, kulit mereka coklat gelap ...<br />Heru ketakutan setengah mati dan kesakitan akibat jambakan dari mereka ...<br /><br />Dibanting kelantai dengan keras dan dijambak hingga Heru harus berlutut ...<br />"eh,Homo sekarang lo rasain akibat kehomoan lo ..."<br />"Lo harus HISAP semua kontol kita bertiga ..."<br />"Jilatin BIJI PELER gw ... Lo suka KONTOL COWO kan ?"<br />"Apalagi KONTOL COWO Tulen kaya kita bertiga ..."<br />"sekalian nanti kita kasih bonus buat NGENTOTIN LOBANG BOOL Homo kaya lo "<br /><br />Heru terdiam ketakutan, berhadapan dengan KONTOL para laki-laki tersebut ...<br />BATANG-BATANG
KONTOL Jantan yang hitam,berurat dengan kepala KONTOL yang telah
bersunat memperlihatkan KEJANTANAN laki-laki ... dengan bulu-bulu
KEMALUAN yang lebat dan hitam...<br />seketika Aroma yang keluar dari BATANg-BATANG KONTOL tersebut membuat Heru sedikit mual ...<br /><br />"Hahaha
... ini BATANG KONTOL gw, lo suka kan ..." salah seorang laki-laki
mendekatkan dan menampa-namparkan BATANG KONTOLnya di wajah Heru ...
Heru hanya memejamkan mata ketakutan ...<br />"Halah pura-pura mejem lo ... Buka mulut Lo ... biar tau rasanya BATANG KONTOL Jantan ..."<br />Heru hanya memejamkan mata dan mulutnya di tutup rapat-rapat ...<br />"Plak plak plak ..."Tamparan keras membuat bibir Heru berdarah ...<br /><br />"Tu kan luka ... makanya buka mulut lo"<br />Heru
pasrah dan membuka mulutnya, BATANG KONTOL pertama yang masuk kedalam
mulutnya ... ini adalah kali pertama dirinya menghisap KONTOL seorang
lelaki ...<br />Dirinya masih menyukai perempuan tetapi sial baginya bertemu ke3 lelaki tersebut...<br />Pasrah diiringi rasa takut ... Heru menghisap BATANG KONTOL demi BATANG KONTOL ... <br />Para
lelaki tersebut tertawa puas ... menggerakan BATANg-BATANg KONTOL
mereka yang ngaceng tidak tertahan di dalam mulut Heru dengan gerakan
Maju-MUndur ...<br />Hingga satu persatu dari mereka menumpahkan CAIRAN
PEJU di dalam mulut Heru ... Rasa CAIRAN KELAKI-LAKIAN yang pertama kali
dirasakan Heru di dalam mulutnya dan di sodokan masuk kedalam hingga
tertelah ...<br /><br />Hanya bisa pasrah dengan tangisannya ...<br />"hahaha
lo nangis ... nggak ada yang mau nolong lo ... temen lo aja diam
ketakutan, karena dia tau enaknya BATANg-BATANg KONTOL kita semua
..>"<br />Heru tersadar kenapa pegawai disana sering keluar masuk
karena, ada 3 orang preman mesum ini yang selalu memperkosa para pegawai
LAKI-LAKI disana ... terkenal kejam dan BRUTAL saat mereka MENYODOMI
...<br /><br />"udah, sekarang kita BUGILIN dia ..."<br />Tangan heru diikat dengan tali, bajunya di robek dan celanya di turunkan dan dirobek juga ...<br />sekarang
Heru bertelanjang bulat tanpa sehelai benang pun ... Tubuhnya mulus
putih, BULU-BULU KETIAKNYA nampak halus, dan BULU KEMALUANNYA hitam dan
teratur rapih ...<br />BATANG KONTOL Heru yang menjuntai dengan KEPALA KONTOL yang masih merah merekah ...<br /><br />Heru di gantung dengan kedua tangan terikat keatas menjadi satu ..<br />"enaknya KONTOL ni anak kita apain ..>"<br />"POTONG aja ... uda nggak ada guna ..." hahahahahahaha ...<br /><br />"ampun bang ... ampun ..."<br />"Diam lo ... Jilatin KETEK gw ..."<br />Kepala Heru ditarik membenam kedalam KETIAK salah seorang laki-laki ...<br />"Jilat atau gw POTONG BATANG KONTOL lo sama BIJI-BIJInya ..."<br /><br />Heru
pasrah dengan menjilati ketiak laki-laki itu, BULU-BULU KETIAK yang
hitam, kasar dan lebat serta AROMA COLONE KELAKI_LAKIAN yang jantan
menyeruak di hidung Heru ... membuatnya mual tetapi mulai merangsangnya
...<br />Bergantian menjilati KETIAK setiap laki-laki disana ... sambil menjilati BATANG dan BIJI KONTOL Heru DIIKAT ...<br /><br />salah
seorang laki-laki mulai menepok-nepok PANTAT montok Heru ... PUTIH,
MULUS dengan sedikit BULU-BULU HALUS disekitar LIANG DUBURnya ...<br />'hemmm ... mulus nya ..."<br />Dijilati dan diludahi pada sekitar LIANG DUBUR Heru ... lalu sebuah BATANG KONTOL diposisikan menjepit di antara PANTAT Heru ...<br />"Bayangkan kalo BATANG KONTOL ini masuk menembus LIANG BOOL Homo lo ...pasti lo akan menikmatinya kan ..."<br />"Bang ampun ... bang ampun, saya nggak pernah dimasukin ..>"<br /><br />"Hahahahaha
... BAGUS kalo lo belum pernah ngerasain DIENTOT pakai KONTOL laki-laki
... lo cuma nontonin bokep kan sambil ngocok ..."<br />"sekarang lo tau
rasanya ASLI KONTOL laki-laki JANTAN ... HITAM =< BESAR dan BERURAT
... itu yang sukain ama MEMEK CEWE, eh sala BOOL HOMO kaya lo ..>"<br /><br />Tangan
yang masih menggantung, diantara langit yang terbuka di atas kepalany,
suasana malam sangat dingin dengan angin yang bertiup perlahan, Heru
takan melupakan kejadian ini ...<br />"Angkat Kakinya ..."<br />salah seorang laki-laki memerintahkan pada rekannya ... kedua kaki Heru diangkat keatas dengan tangan tergantung ...<br />meronta dan berontak Heru sangat tak bertenaga ...<br />Mulutnya disumpal dengan celana dalam miliknya ...<br /><br />Tergantung
dengan kaki yang terangkat MENGANGKANG ... mempertunjukan LOBANG
DUBURnya yang sedikit berwarna lebih gelap dari kulitnya ... Bulu-BULU
halus mengelilingi ...<br />Laki-laki tadi sebagai pinpinan yang lain
merunduk berlutut MENJILATI DUBUR Heru ... memainkan JILATAN LIDAHNYA
disekitar DUBUR Heru atau bahkan sesekali MENCOLOK-COLOKANNYA kedalam
DUBUR tersebut ...<br />Laki-laki tersebut kembali berdiri berhadapan
dengan Heru setelah lama MERIMING DUBUR Heru, TUBUH berkulit coklat yang
terbakar mata hari dengan OTOT-OTOT DADA BIDANG yang kuat dan JANTAN
...<br />"Heeemmmm ... DUBUR PERAWAN ... sempit, ketata dan otot yang belum terobek ..."<br /><br />Lelaki- tersebut menggerayangi tubuh Heru, menjilati lehernya, PUTING SUSU Heru sampai perut dan pusarnya ...<br />Tiba
dibagian KONTOL HERU ... lelaki- tersebut meremas KONTOL Heru yang
terikat antara BATANg dan BIJInya ...Remasan kasar tersebut membuat Heru
mendelik dan berontak, tetapi tidak dilepaskan tetapi menjadi semakin
keras ...<br /><br />Luluh lantak terasa KONTOL Heru menjadi bulan-bulanan ...<br />Panas, sakit dan mau pecah rasanya di BIJI KONTOl heru ...<br />Leher Heru dipegang erat ...<br />"ini
saatnya ... lo perhatikan baik-baik ... gw, laki-laki yang akan
MENGAGAHI lo dan memberi lo kenikmatan KEJANATANAN BATANG KONTOL
Laki-laki ... gw SATRIA, suka banget NGENTOTIN BOOL, DUBUR, ANUS apalah
itu ... Laki-laki HOMO kaya lo, karena lebih sempit, bertenaga dan bisa
ngelawan, beda sama MEMEK JABLAI ..."<br />salah satu tangan laki-laki tersebut memengang BATANG KONTOLnya dan berusaha membenamkan kedalam LOBANG DUBUR Heru ...<br />senyum sinis lelaki- tersebut memaksakan KEPALA KONTOLnya masuk kedalam LOBANG DUBUR Heru ...<br /><br />Heru
menyeringai, mendelik sejadinya kesakitan, nafas yang tertahan dan
urat-urat dilehernya yang mencuat,membuat wajahnya menjadi merah padam
menahan rasa sakit akibat desakan KEPALA KONTOL laki-laki tersebut ...<br />BATANG KONTOL sepanjang 15 cm tersebut masuk perlahan dari KEPALA KONTOLnya hingga setengah bagiannya ...<br />"Bersiap lah ... gw ENTOT lo HOMO ..."<br /><br />Btaang
KONTOL tersebut mulai digerakan maju mundur ... rasanya DUBUR Heru
terbakar panas dan perih hingga meneteskan air mata ...<br />Kakinya ditopang keatas hingga DUBURnya mengangkang ... dan leluasa lelaki tersebut MENGENTOT DUBUR Heru ...<br />KONTOL tersebut menggenjot dengan ritme perlahan sampai kencang dari pengesuaian bentuk dan otot-otot DUBUR Heru ...<br /><br />Heru yang tadinya meronta mulai bisa mengatur nafasnya, hanya terdengar erangan kecil dan desahan ...<br />"lo
HOMO ternyata uda mulai menikmati ENTOTAN KONTOL gw yah ... dasar homo
anjing, fuck fuck ... gw ENTOT lo,gw GAGAHI BOOL lo ... COWO suka KONTOL
kayak lo harus di SODOMI jadi korban KEGAGAHAN KONTOL gw ..."<br /><br />Heru menemukan jati dirinya sekarang, dengan nafas yang mulai teratur, pikirannya melayang ...<br />Kedua
Tangan Satria yang kuat mencengkeram batang leher Heru dari belakang,
saling berhadapan dan melihat wajahnya yang begitu jantan ... KONTOL
Satria MENGGENJOT ENTOTAN di dalam DUBUR Heru ...<br />memperhatikan tubuh
Satria yang gagah, kulit gelap dan gaya bercintanya yang mendominasi
... BIRAHI Heru mulai terpancing ... apalagi BATANG KONTOL Satria yang
telah dibuktikan MENGAGAHInya ... <br /><br />Boy teman Heru sebagai pegawai
disana hanya pasrah melihat dan mengintip Heru dari balik jendela pintu
... dia mematikan TV cam, yang ada di pintu belakang ... waktu sudah
pukul 02.00 pagi, sepi dan akhirnya pintu mini market tersebut di tutup
oleh Boy ...<br />"Liat temen lo,dia juga mau DIGAGAHI kaya lo, dia uda tau KEJANTANAN KONTOL 3 bertiga ..."<br /><br />dengan memberi kode tangan Heru menyuruh Boy masuk kebelakang ...<br />"iiyyyaaa master Satria ..."<br />mendengar hal tersebut Heru terkejut ... Boy cukup gagah ukuran laki-laki ... tinggi sawo matang dan tampan ...<br />Memerintahkannya sambil berbisik kepada Boy dengan terus mengentot tubuh Heru ...<br /><br />Boy
berjalan ke gudang penyimpanan, agak lama di dalam dan kembali Boy
kelaur ... tubuhnya telah bertelanjang bulat hanya dengan mengenakan
ikatan-ikatan dari kater berwarna hitam ala-ala BDSM di Blue film GAY
...<br />sambil membawa sebuah DILDO ditangannya mendekati kearah Satria yang sedang mengentot Heru ...<br /><br />Satria menjambak dan melumat bibir Boy dengan ciuman yang panas sambil tetap menjalankan ENTOTANnya ...<br />mengarahkan Boy menjilati tubuhnya,KETIAKNYA, PUTING SUSUnya sampai bagian PANTATNya ...<br />Boy menyodorkan LOBANG DUBURnya ... dan Satria membenamkan dua jarinya di dalam LOBANG DUBUR Boy ...<br />sambil Boy mengoleskan lubrikan di dildo tersebut ... dan menyerahkan kepada Satria ...<br /><br />Dengan tetap MENGENTOT DUBUR Heru, Satria memasukan DILDO tersebut kedalam DUBUR Boy ...<br />"Lo
liatkan temen lo adalah BUDAK SEX kita ber3 terutama gw ... dia tau
KEJATANAN BATANG KONTOL gw, sampai meminta KONTOL-KONTOLAN jadi mainan
gw di BOOL dia ..."<br /><br />"sat, pegel nih ..."<br />"Ach ganggu enaknya aja lo ..."<br />"lagian kita belum dapet giliran kan ..>"<br /><br />Satria membenamkan DILDO tersebut di dalam DUBUR Boy, menepok pantatnya memerintahkan dia bergeser ...<br />Satria
mencabut KONTOLnya dari DUBUR Heru ... terasa aliran angin dingin
memenuhi rongga LOBANG DUBUR Heru ... tetapi sangat tanggung karena
dirinya sedang birahi ... ekspresinya masih meminta untuk DISODOMI ...<br />"sebentar ya sayang ... masih ada BATANG KONTOL Lain yang akan bergiliran di LOBANG DUBUR Kamu ..."<br /><br />Mereka
menggantung Heru dengan tangan tetap diatas dan ke dua kakinya
mengangkang ...dan terikat keatas di bagian lututnya ... sehingga DUBUR
Heru tetap menganga ...<br />dengan tergantung Arya dan Dika, bergantian juga membenamkan BATANG KEJANTANAN mereka di dalam LOBANG DUBUR Heru ...<br />"Sat,lo gila ... DUBURnya sih enak, tapi kayaknya uda longgar gara-gara KONTOL lo yah ..."<br />Hahahahahahahaha ...<br /><br />Satria
yang asik dengan hisapan KONTOL dari Boy ... hanya tertawa seadanya ...
melirik kearah Heru yang memperhatikan dirinya terus ... Satria hanya
tersenyum sinis, mempertunjukan KEJANTANANNYA yang mampu menaklukan
siapa saja ...<br />dengan menjambak rambut Boy, dan menggerakan maju mundur dengan cepat BATANG KONTOL Satria MENGENTOT mulut Boy ...<br /><br />Boy adalah benar-benar BUDAK SEX mereka, Heru hanya berpikir bagaimana nasibnya ...<br /><br />"Dik minggir lo ..." hardik Satria, menghempaskan Boy begitu saja di lantai ...<br />"mau dobel BOS?" Dika tersenyum ...<br />Dika adalah partner DOUBLE FUCK Satria ...<br /><br />Satria memperingati Heru dengan lembut ...<br />"Kali ini ujian lo ... gw akan ENTOT BOOL lo dengan 2 BATANG KONTOL sekaligus ..."<br />Satria duluan memasukan BATANG KONTOLnya dari sisi depan berhadapan dengan Heru dan Dika dari belakang ...<br />Menggenjot ENTOTAN itu terasa sakit ... sampai Heru menangis ...<br /><br />terus di ENTOT ... dan Heru bertahan ... hingga Dika mengeluarkan CAIRAN KEJANTANANNYA di DUBUR Heru ...<br />"hahahaha ... Kalah lagi lo Dik ..."<br /><br />"lihat
kan, diantara kita semua gw yang paling mampu mengontrol segalanya ...
apalagi BATANG KONTOL gw uda terkenal ngenakin semua orang ..."<br />Sambil
membuka sumpalan mulut Heru, Satria langsung mendaratkan sebuah ciuman
di bibir Heru sambil terus menggenjot ENTOTAN di dubur Heru ...<br />Ciuman
panas dan penuh BIRAHI membuat Heru kewalahan dan Satria Akhirnya
menumpahkan CAIRAN KEJANTANANNYA di LOBANG DUBUR Heru ... menghentakan
dalam sekali BATANG KONTOL tersebut menembus DUBUR Heru ...<br />semakin
kuat Satria mencium Heru ... sambil melepaskan ikatan KONTOL Heru ...
hingga membuatnya menumpahkan CAIRAN KEJANTANANNYA di DADA BIDANG Satria
...<br />Satria tersenyum dan kembali menciumnya ...<br /><br />Dilain sisi,
Boy yang sedang menerima hukuman sebagai BUDAK SEX mereka ... dengan
menjilati BATANG-BATANG KONTOL para laki-laki tersebut dan LOBANG
DUBURnya hanya di SODOMI dengan DILDO ... bergantian mereka juga
MENGENTOT LOBANG DUBUR Boy ... yang menunggi ditanah, sambil mengisap
KONTOL bergantian ...<br /><br />sekarang Boy di gantung dengan tangan keatas ...<br />Tubuhnya sawo matang dengan wajah manis ala orang melayu, berperawakan sekal ... nampak membuatnya gagah ...<br />Heru dilepaskan walau sedikit lemas sambil berdiri di topang berpelukan dengan Satria ...<br /><br />Melihat Boy yang di ENTOT oleh Arya dan Dika sambil berdiri ...<br />"lihat BUDAK SEX kaya begitu ... BATANG KONTOL dan BIJInya uda IMPOTEN akibat kita pukulih ..."<br />"Kalian jahat sekali,dia orang baik ..." sanggah Heru ...<br />"Dulu
dia pacar Arya, tapi memulai permainan panas dengan sleingkuh sama Dika
dengan membuat permusuhan diantara kami ... dia nggak tau kedekatan
kami, akhirnya kita hukum dia dengan mengenentotnya selama seminggu
penuh ... dengan MESIN DILDO dan memukul-mukul BIJI KONTOlnya ...
akibatnya saat ini Boy mengalami IMPOTENSI permanen, BIJI KONTOLnya
rusak, dan layaknya laki-laki dia nggak bisa EJAKULASI secara wajar,
hanya TETESAN CAIRAN SPERMANYA aja ... tuh liat kan ..."<br /><br />dengan
wajah yang meratap, dan ekspresi KLIMAKS seakan-akan ejakulasi, KONTOL
Boy hanya meneteskan CAIRAN KEJANTANANNYA ... ekspresinya begitu
kelelahan dan sakit ...<br />Satria meremas BIJI KONTOL Boy ... "Ini hukuman lo dan lo akan terima seumur hidup lo jadi BUDAK SEX di Mini Market ini ..."<br />"Satria, Arya, Dika ... Ampunin gw,gw minta maaf sama kalian semua ..>"<br /><br />"hah,lo
gampang minta maaf, setelah lo buat kita semua hampir pecah ... dan
taukan rasanya kalo BIJI KONTOL lo yang pecah ... apalagi lo yang
nyodorin anak baru ini buat kita perkosa ..." ARya marah dengan
menjambak Boy ...<br />Heru terkejut dan hanya terdiam ... marah dan kesal pasti tetapi kenikmatannya sudah dirasakan ...<br />Heru menatap Boy dan Boy tertunduk ...<br /><br />"sudah
cukup ... sekarang Heru adalah milik gw, dan dia akan menjadi
pendamping gw,sedang lo Boy ... Cuma BUDAK SEX kita semua ... selamanya
akn tetap begitu ..."<br />"her maafin gw yah ...", "g ngga masalah Boy, g menemukan kepuasan gw ... sama kaya lo harus jalani hukuman lo saat ini ..."<br />sambil
tersenyum polos Heru mengangkat muka Boy ... "Lagian awalnya gw suka
sama lo ... ternyata KONTOL lo uda nggak berfungdi juga kan ... nikmati
aja BATANG-BATANG buat LOBANG DUBUR lo dan jaga baik-baik mulut lo
supaya nggak dihukum lagi" ...<br /><br />Mereka akhirnya melanjutkan
aktifitas SEX mereka dengan penuh gairah ... Heru menjadi pasangat
tempur sengit BATANG KONTOL Satria ... tanpa diikat dan digantung
melainkan keintiman dan kemesraan GAYA BERCINTA mereka ...<br />Arya dan
Dika terus MENGAGAHI Boy dengan apaun yang mereka miliki ... BATANG
KONTOL, DILDO, sampai GAGANG SAPU yang dimasukan sekaligus 3 batang di
dalam LOBANG DUBUR Boy ...<br /><br />Selasai dan lelah bercinta mereka hanya menonton TUBUH TELANJANG Boy yang di gantung terpasung berdiri ...<br />KOBTOL Boy di gantungkan KARUNG BERAS 10 Kg ... pada BIJI KONTOLnya ...<br />diminumkan Air Kecing mereka dan di akhiri dengan MEMBENAMKAN BOTOL BIR di dalam DUBUR Boy ...<br /><br />Satria mencium Heru mesra, dan Boy hanya tertunduk menandakan kekalahannya akibat perbuatannya ...hari putrahttp://www.blogger.com/profile/07769461846416848133noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7864063312826976056.post-39660713035108367452013-02-05T23:34:00.000-08:002013-02-12T01:03:12.029-08:00Baru Tahu DiaMelakukan hubungan sex selalu memiliki pengalaman yang berbeda satu dengan yang lainnya ...<br />Adi
mahasiswa tingkat akhir di Jakarta ini mengalami pengalaman yang
berbeda yang mengubah cara pandangnya dan mungkin "orientasi"nya ...<br /><br />sebagai
seorang cowo yang selalu dibanggakan kegagahannya, Adi memiliki
kebanggaan tersendiri dengan KEJANTANAN yang dimilikinya ... usianya 22
tahun dan memiliki banyak penggemar wanita yang sudah ditidurinya ...<br />wajahnya sangat khas dengan rahang yang kekar dan alis mata yang tebal bergaris tegas ..<br />perawakan tubuh tinggi 178 cm dengan otot-otot tubuh yang kekar dan berdada bidang serta kulit sawo matang ...<br /><br />banyak wanita yang dengan rela menyerahkan tubuhnya untuk DIGAGAGhi Adi, selain kemolekannya ADi juga pandai merayu ...<br /><br />Tetapi
ada hal yang membuatnya penasaran, dengan salah serang temannya yang
juga sering melakukan hubungan sex selain dengan wanita tetapi juga
dengan para waria ...<br />memang Adi sangat menilai rendah para waria dan
temannya juga hanya bercerita melakukannya karena mereka memiliki daya
SEX yang lebih dari wanita biasa ...<br />Pengalaman tersebut membuat Adi penasaran dengan cerita temannya ...<br /><br />Adi
meniatkan dirinya untuk pergi ke loklisasi waria ... melihat para waria
yang molek dan cantik-cantik, birahi Adi cukup tertantang ...
berbincang dengan salah seorang waria yang ditemunya, percakapan mereka
cukup singkat dan terjadi sangat akrab, mungkin karena Adi adalah orang
yang supel dan pandai bicara ...<br /><br />Adi mengikuti waria tersebut
kesebuah rumah kontrakan yang cukup luas, sesampai didepan pintu rumah
tersebut tiba-tiba saja wajah Adi dibekab dengan saputangan yang berobat
bius ...<br />semua menjadi gelap gulita ...<br /><br />Tersadar dengan dirinya yang sedikit pusing, tangan dan kaki Adi sudah terikat bergantung dengan alas kulit dipunggungnya ...<br />ruangan tersebut gelap hanya dengan penerangan lampu yang redup ...<br />tiba-tiba
dirinya dikelilingi soso" wnita yang bertubuh tegap, tetapi
diperhatikannya wanita-wanita tersebut telah bertelanjang bulat dengan
BUAH DADA yang besar ... tetapi memiliki BATANG KONTOL yang ngaceng
berat ...<br /><br />Adi mau berteriak tetapi mulutnya menganga dengan sebuah pengait yang membuka mulutnya lebar ...<br />"wow tubuh lelaki seger bo ..."<br />mereka hanya berbisik-bisik ...<br />mereka mulai menggerayangi tubuh Adi dari wajahnya, leher DADA BIDANGNYA, hingga meremas PUTING SUSU Adi ...<br />sampai
di BATANG KONTOL Adi, terasa sebuah sentakan ketika seorang waria
memegangnya ... BIJI KONTOL Adi sudah diikat dengan sebuah TALI LATEX
yang ketat sekali hingga terasa sempit dan ketat di BIJI KONTOLnya<br /><br />para
waria tersebut menjilati tubuh Adi, DADA BIDANG dan PUTING SUSU Adi
terus dijilai dan digigit-gigit kecil ... mereka menjilati KETIAK Adi
dengan bulu-bulu lebatnya yang hitam dan jantan ...<br />Adi mulai
terangsang memang tapi tak sampai sepenuhnya ... mulutnya yang menganga
tiba-tiba dimasukan sebuah pil PERANGSANG ... Adi menolak tapi tak kuasa
... mereka memaksanya minum dengan membenamkan salah satu BATANG KONTOL
Waria tersebut dan menumpahkan AIR KENCING dimulut Adi ...<br />Kepala
Adi di benamkan dalam KONTOL Waria tersebut dengan memegang kedua
telinga Adi ... Waria tersebut membenamkan kontolnya dan menumpahkan air
kecingnya membuat Adi mau tidak mau meminumnya bersama obat tersebut
...<br /><br />Aroma KONTOL dan AIR KENCING dimulut Adi yang baru pertama kali membuatnya pusing dan mual ...<br />2 butir pil sekali minum ... membuat rekasi tubuhnya cepat terangsang ...<br />waria
tadi terus membenamkan KONTOLnya di mulut Adi sambil melakukan gerakan
maju mundur ... mulut Adi kini di jadilan lobang ANAL alias di ENTOT ...<br /><br />Waria lain terus menjilati tubuh Adi ... otot-otot kekar dan dada bidangnya membuat birahi mereka memuncak ...<br />BATANG
KEJANTANAN Adi yang sudah ngaceng beerat juga di jilati dan di SEPONG
... sengatan dasyat membuat tubuh Adi menggeliat ...<br />Inilah rasanya kalau BATANG KONTOLnya dihisap waria ... lebih bertenaga dan kuat dari wanita kebanyakan ...<br />"Cccccrrrroooottt ... ccccrrrooottt ..."<br />Adi menembakan cairan KEJANTANANNYA dimulut waria tersebut ...<br />"Ya... uda keluar ... payah juga deh yei ..."<br /><br />Adi
tak kuasa menahan EJAKULASInya ... tetapi BATANG KONTOL Adi tetap
berdiri tegar ... bagaikan pedang yang menghunus ke langit meminta
korban ...<br />Mulut Adi tetap bergantian di ENTOT ... LIANG DUBUR Adi
terasa sangat basah, seorang waria MENJILATI DUBUR Adi dengan lidahnya
... tetapi tiba-tiba terasa sebuah BATANg KONTOL di gesekan bersama
dengan BATANg KONTOl Adi ...<br />dirinya mulai terangsang hebat ... <br /><br />dengan sigap seorang waria naik di atas perut Adi ... menggesekan BATANG KONTOL Adi di liang DUBURnya ...<br />BATANG KONTOL Adi yang masih tergar, diberikan LUBRIKAN ... dikocok perlahan dan waria tersebut berbisik ...<br />"Kamu siap kan ganteng ... masuk kedalam tubuh ku ... ENTOT Aku dengan KEJANTANAN kamu yah ..."<br />Perlahan tapi pasti BATANG KONTOL Adi dimasukan dalam dubur Waria tersebut ...<br /><br />"Aaaaaarrrrgggghhhhh ..."<br />Erangan
jantana Adi ... merasakan sengatan dasyat menjepit BATANG KONTOLnya ...
Jepitan yang sangat menggugah birahinya hingga Adi harus mengatur
nafasnya ...<br />Nafas bagaikan kuda liar yang sedang berlari ... Waria
tersebut menggenjot naik dan turun BATANG KONTOL Adi di liang DUBURnya
...<br />sampai akhirnya waria tersebut KLIMAK dan menumpahkan CAIRAN PEJU di atas tubuh Adi ...<br /><br />bergiliran
waria lain langsung menggeser dengan secepat kilat dan kembali menaiki
BATANG KONTOL Adi untuk meminta KEGAGAHANNYA ...<br />10 orang waria
bergantian menunggu giliran BATANG KEJANTANAN Adi MENGENTOT mereka ...
dan tubuh Adi dimandikan Cairan PEJU mereka ...<br />Setelah mereka keluar
semua ... tubuha Adi yang penuh dengan CAIRAN PEJU terus di raba-raba
... mereka menciumu tubuh Adi ... menjilati KETIAK Adi dengan aroma
KELAKI-LAKIANNYA ... cupangan demi cupangan dibuat dileher dan dada Adi
...<br />mereka menjepit PUTING SUSU adi dengan penjepit besi ...<br /><br />"Hi ganteng ... permainan baru kita akan mulai "<br />Adi kebingungan, bukannya sedari tadi sudah ada permaian ...<br />BATANG
KONTOL adi dimasukan dalam sebuah ALAT MASTURBASIelektrik, BATANG
KONTOLNYA di KOCOK-KOCOK dengan kecepatan tinggi dan rendah bergantian
...<br /><br />Kembali LOBANG DUBUR Adi di jilati (RIMING) ... mereka tersenyum nakal memainkan jari-jari di sekitar DUBUR Adi ...<br />tiba-tiba
sebuah Jari dimasukan kedalam LOBANG DUBUR Adi ... Adi mendelik
sejadinya, wajahnya merah padam menahan rasa sakit .. Adi merasa
kesakitan walau baru satu jari ...<br />LOBANG DUBUR yang masih perawan milik Adi berdenyut hebat ...<br />1 jari, 2 jari dikorekan kedalam LOBANG DUBUR Adi ...<br />dipaksa
masuk jari tersebut tak dihentikan oleh waria tersebut, walau adi sudah
meronta kesakitan ... dikorek dan dimainkan majumundur ... mereka hanya
menertawai Adi ...<br />KOCOKAN pada BATANG KONTOL Adi tetap dilakukan ...<br /><br />Tiba-tiba jari tersebut di tarik keluar dari LOBANG DUBUR Adi ...<br />terasa melegakan ... mereka mengoleskan LUBRIKAN di sekitar DUBUR Adi ...<br />dengan mempertunjukan sebuah BATANG KONTOL berwarna Hitam (DILDO) sepanjang 30 cm dengan diameter 7 cm ...<br /><br />Adi meronta sejadinya ...<br />mereka menertawakan Adi yang berwajah ketakutan ... sambil melumuri DILDO tersebut dengan LUBRIKAN ...<br />mereka terus menggerayangi tubuh Adi ...<br />KONTOL Adi yang terpenjara dalam ALAT MASTURBASI yang mengcoknya ...<br />kini giliran LOBANG DUBUR Adi ..<br />"Siap-siap merasakan rasanya DIENTOT ... pakai DILDO ..."<br /><br />Diarahkan KEPALA KONTOL DILDO tersebut di depan DUBUR Adi ... mereka mendorongnya perlahan ...<br />Adi
mendelik sejadinya ... URAT-URAT LEHERNYA nampak keluar karena menahan
agar DINDING DUBURnya tidak tertenbus ... hingga nampak mukanya merah
padam ...<br />"Pppluupp ..." Kepala KONTOL tersebut masuk menghancurkan pertahanan LIANG DUBUR Adi ...<br /><br />mereka tertawa keras ...<br /> 'dorong ... dorong ... dorong ..>"<br />mereka menyorak-nyoraki Adi ,,, sambil mendorong Didlo tersebut masuk ...<br />Adi
seorang lelaki- yang GAGAH PERKASA kini kehilangan harga dirinya yang
sudah DIGAGAHI ... hanya menahan rasa sakit dengan berpegangan pada tali
gantungan yang mengikat tangannya ... Adi menerima kekalahan dirinya
...<br /><br />DILDO tersebut menembus hingga setengah bagian ... lalu mereka menariknya keluar ... <br />"Aaaaarrrrgggggghhhhh ..."<br />gesekaran panas di dalam DINDING ANUS Adi ... para waria tersebut melakukannya terus maju dan mundur ...<br />BATANG
KONTOL Adi merasa terangsang akhirnya memuntahkan kembali CAIRAN
KEJANTANANNYA ... akibat rangsangan ENTOTAN di dubur Adi ...<br /><br />Semalaman
hingga pagi hari Adi menjadi ajang KEGAGAHAN dan DIGAGAHI oleh para
waria tersebut ... Para waria tersebut meminumkan air kencing dan SPERMA
mereka ...<br />Obat perangsang membuat BATANG KONTOLnya tak tidur
semalaman dan mengeluarkan cairan kejantannya ... BIJI KONTOL Adi
terikat semalaman terkesan membiru dan terus mendapat REMASAN-REMASAN
akibat para waria yang gemas dengan BIJI KONTOL Adi ...<br />bukan itu saja LOBANG DUBUR Adi membengkak akibat DILDO yang Memaksa masuk dan MENGENTOT LOBANG DUBUR Perawannya ...<br /><br />DILDO tersebut dihentikan dan dicabut dari LOBANG DUBUR Adi ...<br />DILDO
yang mengentotnya dengan mesin yang menggenjot semalaman membuat LOBANG
DUBUR Adi menganga ... dinding duburnya nampak kemerahan dan membengkak
... luka disana sini memberi rasa sakit pada Adi ...<br />"sekarang lo tau enaknya bercinta dengan waria ... kita ini bukan alat sex,tapi lo yang kita jadiin alat sex "<br /><br />Ikatan
mulut Adi dilepaskan ... waria tersebut mau mencium bibir merah Adi
tetapi di tolah ... sebuah remasan pada BIJI KONTOL Adi memaksanya
meneriam ciuman waria tersebut ...<br />LIANG DUBUR Adi yang menganga di colok-colok dengan jari mereka... menertawakan diri Adi yang telah DIGAGAHI ...<br /><br />mereka melepaskan Adi yang hanya bisa berlutut lemas karena kehabisan tenaga dan lemas dikakinya ...<br />memandikan, dan membersihkan tubuh Adi ... LOBANG DUBUR Adi di masukan sebuah selang ...<br />mereka
menyuruh Adi berjongkok dan memasukan selang air kedalamnya untuk
mencucinya ... rasa sakit dan perih dalam LOBANG DUBURnya ...<br />tak
jarang mereka sambil memandikan Adi masih memainkan BATANG KONTOL Adi
yang dipenuhi BULu-BULU JEMBUT hitam yang gagah tetapi hanya lemas
menggantung ... <br />Adi hanya pasrah dengan tubuhnya yang dijadikan mainan ...<br /><br />Mereka membopong Adi mengeringkan tubuhnya di ruang tengah sambil tetap bertelanjang bulat ... menjadi tontonan mereka semua ...<br />"ini bagian terakhirnya ..."<br />Mereka memberian sebuah GEMBOK KONTOl yang mengunci BATANG KEJANTANAN Adi ...<br />"sekarang lo adalah kepunyaan kita ... lo akan ada buat memuaskan kita semua ..>"<br /><br />Adi kebingungan pasrah dan kosong dalam pikirannya ...<br />kini
hari-harinya di habiskan dengan penyesalan dan setiap 3 kali seminggu
dirinya harus menyempatkan datang ketempat tersebut untuk melakukan
aktifitas sexnya dengan para waria tersebut ... kalau tidak mereka
mengancam menyebarkan foto dan video porno diriny ...<br />Adi tak bisa melakukan aktifitas sexnya diluar akibat BATANG KONTOl yang terbelenggu ...<br />MENGENTOT hampir 5-10 orang waria sehari perkali datang menguras tenaganya ...<br />tak jarang mereka meminta 2 x ...<br />atau melakukan dengan MEMBENAMKAN DILDO dalam LOBANG DUBUR Adi juga ...<br /><br />Dulu
dirinya membanggakan KEJANTANANNYA menggagahi para wanita kini hanya
menjadi sejarang ... BATANG KONTOLnya berganti menjadi kenikmatan di
DUBUR para Waria ...hari putrahttp://www.blogger.com/profile/07769461846416848133noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7864063312826976056.post-47215254416909063542013-01-12T19:06:00.001-08:002013-02-12T01:03:12.034-08:00Berburu Burung<!--[if gte mso 9]><xml>
<o:OfficeDocumentSettings>
<o:RelyOnVML/>
<o:AllowPNG/>
</o:OfficeDocumentSettings>
</xml><![endif]--><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0MQj6c5xD-e0frgRDodNWxAdjSxdhOiZcepsuth8l6kS7flYWHy0Or0hYf4KZgeM9xqo_UvqDfZUj_7_Cdee7X-iCECQbgGrhwSPxzXkw_3_JoBsH97HifmxhqAfT-T4rNofSCqktr8e6/s1600/g14.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0MQj6c5xD-e0frgRDodNWxAdjSxdhOiZcepsuth8l6kS7flYWHy0Or0hYf4KZgeM9xqo_UvqDfZUj_7_Cdee7X-iCECQbgGrhwSPxzXkw_3_JoBsH97HifmxhqAfT-T4rNofSCqktr8e6/s1600/g14.jpg" /></a></div>
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style>
<![endif]--><span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Aku
akan menceritakan, kisah unik ini karena baru saja terjadi, kira-kira 2-3 bulan
yang lalu. Cerita yang mungkin tidak akan banyak orang yang percaya kalau yang
melakukan itu aku, karena pada dasarnya aku berwajah imut, pendiam dan
cenderung pemalu, meski aku dilahirkan sebagai laki-laki.<br />
<br />
Oh ya, sebut saja aku Fik, umurku 15 tahun, aku duduk di kelas 1 SMU di kota S
di Jawa Tengah.Namun cerita ini terjadi sewaktu aku di sebuah kota kecil di
Jawa Timur, sebelum aku pindah ke kotaku sekarang. Awal kejadiannya mungkin
pikiranku yang penuh sesak dengan hal-hal yang berbau pornografi, majalah,
buku, novel atau kaset VCD yang kukoleksi, tidak tahu sekarang jumlahnya berapa
di kotak rahasiaku, termasuk main internet sebagai hobby baruku. Parahnya, aku
melakukan tindakan gila ini pada seorang bocah ingusan, dia tetangga sebelah
rumah, Wen namanya. Dia masih kelas 6 SD. Meski tinggal bersebelahan tetapi
baru sekitar satu semester ini kami akrab karena aku punya senapan angin untuk
berburu dan dia suka juga berburu, sehingga waktu itu kami sering main bersama.<br />
<br />
Pagi itu, hari Minggu, aku sudah berada di pekarangan belakang rumahku mencoba
senapanku, dan mulai menembak, ternyata dia pun sudah berada di situ, hingga
akhirnya kami pun berdua pergi ke sawah, menembak burung. Meski banyak sekali
burung, tetapi kami sedang sial, karena tak seekor pun kami dapatkan hingga
siang hari. Hingga kami putuskan untuk istirahat dulu di dangau tengah sawah
karena kami rasa langsung pulang terlalu panas, sementara kami membawa bekal
sedikit makanan sehingga tak perlu takut kelaparan.<br />
<br />
Sambil menikmati makanan aku pun memulai obrolan.<br />
"Wen, sekarang umurmu berapa?"<br />
"11 tahun, kenapa Mas?" jawabnya balik bertanya.<br />
"Wen kamu pernah onani?"<br />
"Nggak, Mas." katanya sambil beringsut hendak berdiri.<br />
"Mau kemana Wen?" sambil kupegang celananya, tapi..
"Ssrett.." celananya malah merosot hingga terlihat kelaminnya,
kulihat merah padam wajahnya. Sambil membetulkan celananya.<br />
"Mas, Fik.." pekiknya.<br />
"Maaf, aku nggak sengaja," kataku, "Ah gitu saja malu, kita kan
cuma berdua, sama-sama laki-laki lagi, aku saja nggak malu kalau kamu mau lihat
anuku," sambungku menggoda.<br />
"Tapi Mas."<br />
"Ah kamu, nih aku tunjukin punyaku." sambil kubuka reitsleting
celanaku dan kukeluarkan penisku. Wen pun duduk kembali di sampingku.<br />
<br />
"Kamu nggak malu Mas?"<br />
Aku pun hanya menggeleng.<br />
"Kamu tahu kagak onani?"<br />
"Nggak, onani apaan Mas."<br />
"Onani itu mengeluarkan sperma dari penis ini, rasanya enak banget."<br />
"Apa iya Mas, bukankah dari penis yang keluar air kencing?"<br />
"Bukan itu saja, ada air kental putih yang bisa keluar dari sini, itu
namanya sperma." jelasku.<br />
"Oo air mani, aku pernah dengar dari guru ngajiku."<br />
"Begini nih caranya," jawabku sembari mengocok penisku pelan-pelan,
lama-kelamaan semakin cepat hingga penisku yang tadi sebesar jempol kaki
sekarang sudah menegang bertambah besar dan menegang agak kemerahan. Wen pun
hanya menelan ludah melihatku, sementara kulirik celananya, ada benjolan di
selakangannya, rupanya dia pun terangsang melihat permainanku. Aku pun terus
melakukan kocokan pada penisku hingga kurasakan spermaku mau keluar, sebentar
kemudian kuhentikan dan kupegang tangan Wen dan mendekatkannya ke penisku.<br />
<br />
"Wen, coba kamu yang mengocok."<br />
"Nggak mau Mas"<br />
"Ah kamu.. begini lho." sambil kusentuhkan pada penisku dan sesaat
kemudian dia berubah pikiran dan segera memegang batang kelaminku, begitu
kuatnya sehingga terasa sekali jepitannya dan dikocoknya pelan-pelan, kemudian
dia percepat setelah kusuruh mempercepatnya hingga aku tidak tahan lagi,
mengeluarkan spermaku.<br />
<br />
"Ah, Wen.." aku mengerang sambil memiringkan tubuhku ke arah Wen dan,
"Crott.. crott.. crott.." cairan putih kental menyembur dari ujung
penisku, berceceran diantara tempat duduk kami.<br />
"Ah, enak sekali kocokanmu, enak banget."<br />
"Apa iya Mas."<br />
Aku pun mengangguk pelan.<br />
"Gimana kamu mau coba?" seraya tanganku meraih selakangannya yang
dari tadi menonjol.<br />
"Jangan, Mas"<br />
"Ah nggak pa-pa kok, rasanya enak banget, kamu harus coba, nggak usah malu
kita hanya berdua kok," kataku meyakinkan.<br />
Kali ini dia tidak menghindar lagi ketika tanganku meraih selakangannya. Segara
kukeluarkan penisnya dari celananya.<br />
"Penismu besar juga, Wen" pujiku.<br />
Untuk anak seumur dia penisnya cukup besar dan panjang apalagi dalam keadaan
menegang. Langsung kubelai-belai batang kelaminnya kemudian kugenggam dan
kukocok pelan.<br />
<br />
"Wen, sekarang rasakan nikmatnya, ya."<br />
"Ah.. Mas," dia hanya mendesah menikmati kocokanku. Sementara
kocokanku makin lama makin kencang kemudian pelan lagi membuat dia hanya bisa
menggeliat tidak karuan sambil mendongakkan kepalanya menatap langit. Aku pun
kemudian menghentikan kocokanku, terlihat wajah Wen yang kaget, kocokannya
kuhentikan.<br />
"Kenapa, Mas?"<br />
"Begini Wen, ada satu cara lagi menikmatinya, lebih enak dari yang ini
namanya oral seks, yaitu dengan mulut dicoba, ya." jelasku.<br />
Dia pun hanya mengangguk, karena sudah merasakan bagaimana nikmatnya permainan
ini. Segera kupegang batang kelaminnya dan kumasukkan ke dalam mulutku dan
langsung aku menghisapnya, terlihat Wen lebih menikmatinya, terdengar berulang
kali desahan nafasnya dan erangannya sambil menggelinjang.<br />
<br />
"Ah.. Mas, enak sekali.. hisap lagi Mas." aku pun menghisap kembali
penisnya dan beberapa saat kemudian tubuhnya terasa mengejang, nafasnya pun tak
karuan.<br />
"Mas, aku mau kencing.."<br />
"Tahan dulu Wen, sebentar lagi," sambil kuteruskan mengulum batang
kemaluannya dan sesekali aku menghisapnya. Wen semakin mengejang dan..<br />
"Aku tak tahan lagi Mas," sambil memiringkan tubuhnya ke arahku, aku
pun segera melepaskan penisnya dari mulutku dan kupegang erat penisnya dan
mengocoknya agak cepat, hingga erangan panjang dari Wen seiring sperma
pertamanya muncrat dari lubang penisnya.<br />
"Crott.. croott.. crott.." banyak sekali sperma yang keluar dari
kelaminnya.<br />
"Kamu bener Mas, enak sekali," katanya sambil terengah-engah menahan
nafasnya.<br />
"Kubilang juga apa, emangnya aku pembohong." jawabku.<br />
"Wen, sebenarnya ada satu lagi cara seks yang belum kamu ketahui,
cara-cara ini dilakukan jika kita nggak punya teman wanita yaitu onani seperti
tadi, oral yang baru kulakukan terhadapmu dan satu lagi namanya anal seks
apabila kita melakukannya dengan laki-laki juga." jelasku.<br />
"Apa lagi Mas" tanya Wen setengah tak percaya.<br />
"Yaitu menggunakan anus."<br />
"Hii.." dia agak kaget.<br />
"Tak apa-apa, rasanya seperti tadi bahkan keduanya bisa merasakan
kenikmatan yang sama," jelasku lagi.<br />
"Mau mencoba?"<br />
Ternyata diluar dugaanku, dia mengangguk tanda setuju.<br />
<br />
"Tapi kamu harus membuat terangsang lagi, kamu kan belum ngemut
anuku," sambil mendekatkan penisku yang menegang kembali ke wajahnya.
Tanpa berkata lagi dia pun langsung memegangnya dan mengulum penisku sambil
sesekali dihisapnya, membuat penisku cepat menegang kembali. Tak berapa lama
kurasakan penisku sudah cukup tegang dan menyuruhnya menghentikan kulumannya.<br />
<br />
"Sekarang waktunya anal seks, kamu yang menggunakan anus ya."<br />
Dia pun mengangguk pelan.<br />
"Kamu menungging membelakangiku, Wen."<br />
Dia pun menurut saja dan menyodorkan pantatnya ke arahku, segera kupegang
anusnya dan kumasukkan penisku pelan-pelan ke anusnya. "Bleess.."
tiba-tiba ia berteriak kesakitan,"Aduh, sakit Mas!"<br />
"Sebentar lagi juga tidak." sambl meneruskan menggerakkan penisku
maju mundur di anusnya.<br />
Dia pun terus mengerang menahan sakit, tapi itu tak berlangsung lama karena
kemudian yang terdengar adalah desahan pertanda dia sudah bisa menikmatinya.
Aku pun tak hanya mengocokkan penisku di anusnya, aku pun menggerayangi
tubuhnya, kuremas-remas lagi penisnya yang juga mulai menegang dan mengocoknya
sambil terus kumaju-mundurkan penisku di lobang pantatnya, hingga aku pun
semakin mendekati keluarnya spermaku. Dia pun ternyata juga semakin menikmati
karena penisnya pun menegang keras sekali, dan aku pun terus mengocoknya hingga
tubuh kami merasakan bergetar dan mengejang satu sama lain. Segera kucabut
batang penisku dari anusnya, "Plubb.." Wen mengerang, "Aahh..
Nikmat sekali."<br />
<br />
"Wen, sekarang kita kocok penis kita bersama-sama yuk."<br />
"Yuk.." sambil mendesah.<br />
Kami pun kemudian duduk berhadapan dan merapatkan penis kami berdua dan mulai
mengocoknya bersama-sama, pegangannya masih begitu kencang hingga beberapa saat
kemudian kami pun tak kuat lagi menahan sperma yang mau keluar dan,
"Croott.. crott.. croott.." banyak sekali sperma yang keluar dari
kedua penis kami seiring erangan panjang kami berdua. Kami pun kemudian
merebahkan tubuh telanjang kami di dangau sambil tetap memainkan kelamin kami
masing-masing. Beberapa saat kemudian kami tertidur di situ karena kelelahan.
Hingga kemudian sinar matahari yang sudah condong ke barat menerpa tubuh kami
dan kami pun bergegas pulang. Sepanjang perjalanan tak henti-hentinya kami
bercerita tentang enaknya permainan kami tadi.</span><br />
<span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"></span><br />
<span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"></span><br />
<span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">TAMAT<br style="mso-special-character: line-break;" />
<br style="mso-special-character: line-break;" />
</span>hari putrahttp://www.blogger.com/profile/07769461846416848133noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7864063312826976056.post-72258715134320027692013-01-11T22:34:00.000-08:002013-02-12T01:03:12.041-08:00Asyiknya Main Kartu<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><br />
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcwWRBCw86jTPcPS6hZVC_YSsLngWrbUCYrr9WDwSsQHbtiUlq1fsoMi9qPgFh_NItRBSnOC-F1QOacSu4Lxtamvu-c-Oog2XVQHgGmu6vux47aWig7mKozeVDgp86E3QuajzEozYwy30t/s1600/g13.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcwWRBCw86jTPcPS6hZVC_YSsLngWrbUCYrr9WDwSsQHbtiUlq1fsoMi9qPgFh_NItRBSnOC-F1QOacSu4Lxtamvu-c-Oog2XVQHgGmu6vux47aWig7mKozeVDgp86E3QuajzEozYwy30t/s1600/g13.jpg" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 12.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Mungkin gue gila sex, tapi gue nggak
ngerasa seperti itu. Kalau dibilang exibisionist, nggak juga, karena gue berasa
biasa aja kalo telanjang bulat pas mandi sehabis berenang. Nggak tahu deh! Gue
mid 20, pokoknya umur gue masih kepala dua, badan biasa-biasa aja, cuman karena
emang hobby berenang, yah, rada ada bentuknya. Kulit gue sawo matang, kebakar
matahari tapi nggak gosong, kulit sehat lah, juga karena kebanyakan berenang.
Belang, pasti, cuman sebatas celana renang doang.<br />
Gue usahakan celana renang yang seminim mungkin, abis pake G-string di kolam
renang Jakarta, hebohnya se-Indonesia, walaupun bagi gue nggak pake celana sama
sekali juga nggak ada masalah, tapi orang lain......wuah ntar dulu. Kejadian
ini waktunya kira-kira lepas jam enam sore, kebetulan lagi sendirian dirumah,
tauk orang-orang rumah lagi pada ngelayap kemana. Udah selesai mandi, dan lagi
bengong didepan tivi.<br />
Acaranya sinetron Indonesia, nggak tahulah, emang lagi males nonton.<br />
Nggak berapa lama, ada suara mobil berhenti didepan rumah. Ah, paling tetangga
sebelah, pikir gue jadi cuek aja. Baru mau ambil air minum, bel rumah bunyi,
terpaksa gue bukain pintu. Didepan pintu, Andi, Adhi dan<br />
Satya berdiri cengar-cengir.<br />
"Sendirian aja lu, Al ?" tanya Andi<br />
sambil nyelonong masuk. "Yoi, tau pada kemana!" jawab gue sambil
nutup pintu depan karena mereka udah pada masuk semua. "Lu pada mau kemana
sih, sore-sore udah pada nongol disini ?" tanya gue lagi. "nggak,
bengong aja dirumah, jadi gue ajakin anak dua ini kesini, main aja kerumah
elu......emangnya nggak boleh!" jawab Satya. "Boleh aja, gitu aja
nyolot sih!" kata gue lagi, becanda. "Al, bokepnya ada yang
baru?" tanya Adhi lagi. "Lu pikiran ke bokep mulu, lagi kosong nih,
majalah ama vcd masih yang lama, jawab gue lagi. "Aduh, ngapain dong, gue
juga bosen nih bengong doang" Kata Andi. "Keluar yok, nonton
bioskop" kata gue yang juga udah bosen dari tadi.<br />
"Ogah ah, lagi kering nih, kan tanggal tua" jawab Satya. Akhirnya
berempat cuma geletakan aja didepan tivi, sambil ngeliatin Sinetron apaan tauk.
"Main kartu aja, mau nggak? Yang kalah dicoreng mukanya pake bedak!"
usul gue. "Mana kartunya" kata Andi. Gue ambilin kartu remi porno
oleh-oleh temen gue dari Amrik,"Nih,, mainnya pake kartu ini biar
semangat". "Wah, boleh juga nih...!" ketiganya mulai semangat.
Ada kali kita main cangkulan selama 15 menit, penuh dengan canda, dan nggak tau
kenapa, Andi lagi kena giliran kalah melulu, sampe mukanya celemotan bedak
kemana-mana. "Udah ah, nggak seru, gue kalah mulu" kata Andi nyerah.
" Ya udah, peraturannya diganti" kata Satya," yang kalah harus
buka bajunya satu persatu, kalo kalah terus , lama-lama jadi bugil"
"Gila luh, kartunya kayak beginian, ntar ngaceng lagi kontol gue"
jawab Adhi. " Takut ? Yah gitu aja takut!" kata Satya. "Nggak
!" Jawab kita bertiga hampir bareng.<br />
Kita mulai maen lagi. Giliran pertama, gue kalah, terpaksa gue ngebuka kaos
gue, sehingga gue tinggal bercelana pendek (dari tadi juga cuma pake celana
pendek bola dan kaos doang, mana nggak pake celana dalem lagi!) Giliran kedua
dan ketiga,<br />
Satya kalah terus, mau nggak mau dia lepas kaos dan celana panjangnya, tinggal
pake celana dalem bikini warna merah. Ngejreng banget, sampe bertiga sempet
ngetawain Satya. Satya diem aja sambil merah juga mukanya dan ngocok kartunya.
Kartu reminya kartu bokep, kontol Satya juga ngaceng, lumayan besar, gue yakin
itu belum ngaceng penuh, bulu jembutnya sampe keperut-perut.<br />
Semua akhirnya dapet giliran kalah, dan cuman bercelana dalem ria. Adhi pake G-string
warna putihnya body master, kontolnya di kebawahin jadi keliatan besar banget,
bulu jembutnya rapi nggak begitu keluar- keluar. Sementara Andi pake mesh
bikini putihnya Jockey, tititnya kebayang banget urat-uratnya, besar juga. Gue
sendiri, masih menang terus, jadi masih pake celana bola tadi, kontol gue juga
udah ngaceng berat. Sialnya, giliran berikutnya gue kalah! "Wah, gue nggak
pake celana dalem nih !" protes gue. "Nggak ada, peraturannya kan
begitu!" kata Andi. "kalo gue kalah lagi, gue musti buka apaan dong
?" tanya gue lagi. "Musti nurut perintah yang menang" kata
Satya. Terpaksa gue buka celana bola gue, dan memperlihatkan kontol gue yang
udah tegang banget sama mereka. "Kontol lu gede juga, Al !" kata
Adhi,"jembutnya tebel banget, emang nggak pernah dicukur apa!"<br />
Gue cuman nyengir. Sekedar informasi, titit gue sekitar 15 cm-an, kalo ngaceng
lurus kedepan, dan gue disunat, jadi ada helm kontolnya, yang merah kalo udah
ngaceng banget. Jembut gue juga tebel, kalo diraba kayak karpet aja tebelnya.
Kita mulai main lagi, dan sialnya, gue kalah lagi, giliran Adhi yang menang.
"karena gue menang, elu harus isep to'ol gue", kata Adhi.
"Buka!" kata gue. Dibukanyalah G-stringnya.<br />
Kontolnya sepanjang 13 cm, sudah ngaceng berat, hingga kepalanya berdenyut-denyut.
Kontol Adhi agak ngaceng ke kanan, dengan jembut yang rapih disekitar batang
kemaluan. Gue isep kuat-kuat kontol Adhi, sambil sekali-sekali njilatin
bijinya. Adhi mengerang keenakan.<br />
Makin keras gue sedot dan isep tititnya. Tiba-tiba titit gue berasa hangat dan
diisap-isap. Gue liat Satya sudah nyepong kontol gue dengan nafsunya, sambil
melepas bikini merahnya. Kemaluannya tegang rapat kearah perut dengan kepala
kontol yang tidak begitu besar.<br />
Diameter tititnya paling besar antara<br />
gue dan Adhi, tapi agak pendekan terus jembutnya memang sampe keperut tapi
nggak setebel jembut gue. Adhi nggak tahan, ditariknya Andi, dan dibuka celana
dalamnya sampe lepas, dan diisapnya kontol Andi. Kemaluan Andi paling panjang,
hampir 17 cm, tapi diameternya kecil dan agak mencong kanan dan menunjuk
kebawah waktu ngaceng. Kita berempat telanjang bulat, saling menghisap kontol,
Andi dengan cepat menghisap kontol Satya, sehingga kita berempat membentuk
lingkaran , dengan mulut masing- masing saling menghisap kontol temannya.
Bergantian kita saling mencoba titit-titit yang lain. Kartu remi sudah
disingkirkan, tinggal kita berempat didepan tivi yang masih menyala membuat
kegiatan sendiri.<br />
Sampai setengah jam kemudian, semua telah mencapai klimaks dan kami
masing-masing menyemprotnya cairan mani yang kental dan sangat banyak. Terpaksa
gue ngepel malam itu. Kita berempat berpandangan dan tertawa....! Malam itu
kita habiskan bersama, tanpa busana sama sekali, berempat, hingga dua kali kita
mencapai klimaks ! What a night! Ada lagi yang mau join, main kartu sambil....
ehm...ehm...!</span></div>
hari putrahttp://www.blogger.com/profile/07769461846416848133noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-7864063312826976056.post-18382334620529628782013-01-11T22:23:00.001-08:002013-02-12T01:03:12.022-08:00Tiga Kali Sehari<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><br />
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjg2xZdl9epydWzZ1P3CEfZndU8Pf3zbq4wKwCmrR80U6zrpqxw3VRPcFxPp5fWKJoRD6VY5NWt0adIysMQDdJAN4xMKQrppv5b2-kt-W7jOguVB-wyu-YnjS8QxNMAHtkShmYkbd_Bu-jW/s1600/cok.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjg2xZdl9epydWzZ1P3CEfZndU8Pf3zbq4wKwCmrR80U6zrpqxw3VRPcFxPp5fWKJoRD6VY5NWt0adIysMQDdJAN4xMKQrppv5b2-kt-W7jOguVB-wyu-YnjS8QxNMAHtkShmYkbd_Bu-jW/s1600/cok.jpg" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
Hari itu, entah kenapa sejak sore aku selalu membayangkan
hal-hal yang erotis. Awalnya aku melihat iklan acara Bule Masuk Kampung di TV,
dan aku mulai membayangkan bagaimana jika bule tampan itu membuka baju dan
celananya, lalu celana dalamnya, sehingga terlihatlah batangannya yang berwarna
putih agak kemerah-merahan dan mengeluarkan precum karena ereksi.<br />
<br />
Menjelang sore, seperti biasa teman-temanku berdatangan untuk sekedar ngobrol,
numpang nonton TV, atau ada yang iseng bermain game di komputerku. Dan aku
seperti biasa menyiapkan minuman segar. Dan setelah kami berbuka, lalu
teman-temanku pulang sehingga tinggal aku saja yang menonton acara TV. Dan aku
kembali melihat iklan acara bule seksi itu, lalu kuganti channelnya, kulihat
iklan acara gosip yang dipandu Ully yang tampan dan sensual. Aku jadi tidak
konsentrasi. Badanku jadi panas, dan kuputuskan untuk ke kamar mandi.<br />
<br />
Aku ke kamar mandi membawa pencukur kumis. Setelah membuka baju dan celanaku,
tinggallah celana dalam yang menimbulkan sesuatu yang jadi berbentuk seperti
gunung. Oh, my god! Aku terus ereksi! Mungkin saatnya aku mengeluarkan sesuatu
dari dalamnya sehingga aku jadi tenang. Kutarik pelan-pelan celana dalamku,
lalu kuambil pencukur itu, dan kuhabiskan seluruh bulu yang ada di sekitar
penisku.<br />
<br />
Aku mulai membayangkan sedang mendekap Ully si presenter itu yang sedang
berbaring telentang di ranjang dengan kedua kaki yang terjulur di lantai. Lalu
aku meremas sesuatu dari balik celana dalamnya sambil menciumi bibirnya yang
sensual. Membayangkan sedang mengocok penis Ully, aku jadi gemetaran. Kusambar
kontolku sendiri, lalu kudorong dari bagian bawahnya sehingga tengadah ke atas
menyentuh perutku. Kugesek dengan telapak tanganku dengan arah ke atas dan ke
bawah, sambil kubayangkan melakukannya dengan Ully. Dan efeknya? Wow!
Batanganku berdenyut-denyut dan beberapa menit kemudian sesuatu memaksa keluar
dengan sebuah perasaan yang sulit dijelaskan dengan tulisan. Aku mandi dan
kembali ke kamar.<br />
<br />
Di dalam kamar, aku melepas lilitan handukku, lalu bercermin pada kaca lemari
besar. Wow! Tubuh yang indah! Cute, menggemaskan! Aku selalu terrangsang
sendiri saat melihat diriku di cermin. Kubayangkan aku meniduri diriku sendiri
lalu bercinta sampai pagi. Aku agak kaget saat kudengar suara ketukan dan ada
yang memanggilku.<br />
<br />
"Li, Li, buka dong!" seru sebuah suara tergesa-gesa. Gawat! Aku
buru-buru memakai celana dalam, dan berpakaian lengkap.<br />
"Sebentar!" Setelah kubuka pintu, ternyata Harry dengan wajah tampan
dan polosnya yang sedang kebingungan.<br />
"Ada apa?"<br />
"Tolong Li, aku mau ngerjain tugas malam ini, tapi komputerku tiba-tiba
rusak"<br />
"Lho, apa hubungannya sama aku?" ledekku bercanda.<br />
"Ah, kau ini, ayolah, besok harus dikumpulin nih."<br />
"Iya, iya, sebentar", lalu aku mengambil beberapa keping CD yang
mungkin diperlukan untuk memperbaiki komputer Harry.<br />
<br />
Kami melaju dengan motor Harry. Baru kali ini aku dibonceng Harry, karena
beberapa kali saat komputernya rusak, selalu Yoyok yang menjemputku ke kost
Harry. Kuamati terus bagian belakang lehernya, lalu kulit pipinya yang halus,
dan, bau khas badannya yang entah memakai deodoran jenis apa. Di jalan Harry
terus bercerita tantang komputernya yang tiba-tiba rusak, tetapi aku tidak
begitu mendengarnya, karena pikiranku sibuk membayangkan hal-hal porno karena
saat ini aku ada di belakang Harry yang membuat kontolku ngaceng. Anak ini sama
sekali tak sadar, bahwa gayanya yang polos dan seperti anak kecil yang tak
punya dosa telah membuatku horny. Sesampainya di kost Harry yang berjarak
sekitar 5 kilometer, beberapa teman sedang nongkrong sambil bermain gitar.
Salah satunya aku kenal, Miko, yang lebih dulu kukenal sebelum Harry.<br />
<br />
"Helo profesor, gimana? Tuh si Harry, nggak tau diapain komputernya"
kata si Miko.<br />
"Enak aja, orang dianya yang rusak sendiri" Harry membela diri dengan
gayanya yang polos. Aku cuma tersenyum menanggapinya. Kami langsung menuju
kamar Harry.<br />
"Gimana sih gejalanya?" tanyaku sambil menekan tombol power.<br />
"Nggak tau tuh, kok selalu nggak bisa muncul windowsnya."<br />
"O, ini kan ada file yang korup" aku mendiagnosa setelah kulihat
pesan muncul di monitor saat itu.<br />
"Korup? Mana kutau? Abis pake bahasa inggris gitu errornya"<br />
"Makanya, bahasa inggris tuh lebih penting daripada bahasa jawa,
hehe" aku mencoba meledeknya.<br />
<br />
Berikutnya, aku serius mengotak-atik komputer sakit itu sehingga jarang
berbicara. Setelah beberapa menit, Harry bertanya padaku..<br />
<br />
"Kira-kira bisa nggak ya komputerku jadi bagus malam ini?"<br />
"Alaa, paling banter kan rusak trus beli baru" jawabku sekenanya.<br />
"Ali, kau ini bercanda terus, aku gugup nih, tugas belum diketik sama
sekali."<br />
<br />
Harry terlihat cemberut. Lalu kulihat dia melepas kaosnya, mungkin kepanasan.
Aku sempat melirik badannya yang bersih. Wah, gawat, ada yang bangkit lagi di
bawah sana.<br />
<br />
Kira-kira beberapa langkah lagi aku menyelesaikan tugasku, jadi aku tinggal
menunggu proses yang berlangsung. Kulihat Harry yang bertelanjang dada sedang
sibuk menekan-nekan tombol HP-nya. Kesempatan! Aku melihat badannya
sepuas-puasnya. Oh, seandainya! Ternyata Harry menyadari bahwa aku sedang
mengamatinya.<br />
<br />
"Eh, udah selesai ya?"<br />
"Yah, dikit lagi" jawabku sambil menarik nafas. Mungkin harry
mengiraku capek, lalu dia bangkit dan memijit pundakku.<br />
"Nah, gitu lah. Oya Har, kau pulang nggak lebaran?"<br />
"Pulanglah, orang cuman beberapa kilometer itu"<br />
<br />
Aku jadi keenakan dipijit oleh tangan Harry yang bersih tapi kokoh.<br />
<br />
"Ehe, kok aku malah ngaceng, ha.. Ha.." ledekku dengan menunjukkan
kesan bercanda. Harry cuma tersenyum kecil karena mengira aku bercanda.<br />
"Wah, Li, aku males-e nganterin kamu pulang, tidur sini aja ya? Tenang
aja, ntar kubangunin"<br />
"Jangan Har, aku ada yang mau kuurusin malem ini" tolakku segera.<br />
"Apaan? Skripsi? Dari dulu perasaan nggak jadi-jadi juga"<br />
"Ya udah, kalo gitu ngurusin wisuda" aku meralat.<br />
"O, ya udah, entar kuanterin.<br />
<br />
Saat Harry sedang asyik nyerocos sambil memijit pundakku, tiba-tiba aku
menangkap tangannya dengan kedua tanganku.<br />
<br />
"Eh, kenapa?"<br />
"Mm, nggak, tanganmu halus, tapi kuat juga, aku sampe kesakitan."
Harry coba menarik tangannya.<br />
"Lepasin ah!" Aku melepaskannya, tapi langsung berdiri dan mengunci
pintu dan kuambil gagang kuncinya. Harry gemetaran.<br />
"Kamu, mau apa?"<br />
"Harry, please Har, aku suka sama kamu sejak aku ke sini pertama dulu
Har!"<br />
"Tapi, tapi, kita kan sama-sama cowok"<br />
"Iya, aku kan suka cowok. Cewek itu nggak menarik Har!" aku bicara
terus terang.<br />
<br />
Aku terus maju dan akhirnya aku berhasil mendekap badannya. Dia coba meronta,
tapi meskipun dia lebih tinggi dari aku, siapa yang bisa melawan kekuatan setan
birahi? Hehe. Aku mengunci kedua tangannya dengan tangan kananku dan membawanya
ke belakang badannya, sehingga tangan kiriku bebas merayap di dadanya yang
paling membuatku horny, sementara posisiku menduduki kedua pahanya. Sambil
terus begitu, aku mulai mencium pipinya dan dia mulai tenang, atau mungkin dia
berpikir untuk sedikit bersikap lunak karena nasib komputernya ada di tanganku.<br />
<br />
"Malam ini aja ya Har, malam ini aja, please! Aku bener-bener
ngaceng" pintaku.<br />
<br />
Hari diam saja. Aku terus menciumi wajahnya, lalu tangan kananku melepaskan
kedua tangannya dan berganti meremas-remas kontolnya dari celana panjangnya.
Ternyata lama-lama dia menikmatinya juga, buktinya dia memejamkan mata sambil
mendesah. Aku membuka celananya yang tidak berikat pinggang, dan kepala
kontolnya yang bersih langsung terlihat menyembul melebihi ukuran celana
dalamnya. Kuusap perlahan-lahan kepala kontol bagian bawah, dan dia tampak
sangat menikmatinya sampai-sampai badannya gemetar.<br />
<br />
"Kamu pernah ngeseks sama pacarmu?"<br />
"Enggak. Oh, Li, terusin aja Li, oh, enak Li"<br />
<br />
Wah, jangan-jangan nanti dia ketagihan, pikirku. Baguslah! Lubang kontol Harry
mulai mengeluarkan precum, dan aku langsung menjilatinya, lalu kumasukkan
sekalian batangan itu ke mulutku, dan kubuat gerakan maju mundur di mulutku.
Harry keenakan sampai-sampai kedua tangannya meremas-remas seprei kasurnya.<br />
<br />
"Oh, Li, aku, aku mau keluar Li"<br />
<br />
Kemudian kurasakan sesuatu muncrat di mulutku, dan kutelan sebanyak-banyaknya.
Tapi mungkin Harry jarang mengeluarkan spermanya, sehingga karena terlalu
banyaknya yang keluar, sampai tidak cukup kutelan. Kulihat ekspresinya yang
sangat puas. Dia terkapar lemas sambil menatap batangannya yang mulai lemas.
Aku ikut berbaring di sebelahnya lalu memeluk dari samping.<br />
<br />
"Enak nggak Har?" aku bertanya dengan nada mesum.<br />
"Eh, iya. Kok bisa ya? Padahal kita, sejenis"<br />
<br />
Aku tidak menanggapinya lagi karena tanganku mulai meraba-raba bagian bawah
perutnya, kuelus-elus dengan perlahan. Harry mulai tidak tenang. Dia melepaskan
pelukanku lalu tangan kirinya meraih kontolku yang masih belum dibebaskan dari
ereksi.<br />
<br />
"Sekarang giliranmu" bisiknya sambil meremas-remas kontolku, aku juga
mulai mengocok kontol harry sehingga tak lama kemudian, dia bangkit lagi.<br />
<br />
Dia nampak terlonjak, lalu frekuensi kocokannya naik dan badannya kembali
bergoyang-goyang menyesuaikan dengan kocokan tanganku.<br />
<br />
"Har, mau nggak kau masukin kontolmu di pantatku?"<br />
"Ha? Emang bisa?"<br />
"Coba aja"<br />
<br />
Lalu aku bangkit dan kubimbing dia untuk memasukkan penisnya ke pantatku,
setelah sebelumnya kulumuri lagi penisnya dengan ludahku. Tidak terlalu lama,
seluruh kontolnya masuk ke pantatku. Posisinya aku telentang dengan dua kaki
terangkat ke atas dan dia menyodokku dari arah depan pantatku. Kulihat matanya
merem-melek. Tentu karena baru ini dia merasakan batangannya dijepit sesuatu
dan bukan milik pacarnya.<br />
<br />
"Ayo, har, dorong!"<br />
<br />
Harry menurut. Didorongkannya badannya maju mundur. Awalnya lambat, lalu
semakin lama semakin kencang. Aku yang merasakan nikmat tak terkira mulai
membanjir precumku minta penyelesaian. Aku meraih batanganku dengan tangan kananku,
sementara tangan kiriku membelai-belai kepala Harry. Harry semakin keenakan,
begitu juga aku.<br />
<br />
"Har, aku mau keluar" teriakku, yang mungkin karena belum orgasme
sejak tadi.<br />
<br />
Secara spontan Harry menangkap spermaku dengan mulutnya lalu menelannya. Mungkin
dia agak kaget karena baru pertama meminum cairan kaum adam ini. Tapi dia
semakin bernafsu menggenjot pantatku.<br />
<br />
"Li, aku mau keluar juga, kamu nggak bisa hamil kan?"<br />
"Hehe, nggaklah, keluarin di dalam pantatku aja Har" Lalu Harry
melenguh dan sesuatu membanjir ke arah dalam perutku.<br />
"Nggak usah dilepas Har" perintahku.<br />
<br />
Lalu aku membalik posisi sehingga Harry yang telentang dan aku sebaliknya
dengan posisi duduk menghadapinya, sementara kontolnya tetap menancap di
pantatku. Aku mendekatkan badanku sehingga bisa mencium dan meraba-raba
dadanya. Aku mendengar dengus nafasnya seperti orang yang baru saja berlari
jauh.<br />
<br />
"Li, malam ini kayak surga Li, coba dari dulu kamu ajari aku kayak
gini"<br />
"Aku kan kasihan sama kamu Har, coba malam ini kau nggak buka baju dan
nggak mijiti aku, mungkin nggak terjadi"<br />
<br />
Adik kecilku yang terjepit di antara perut mulai terusik karena tertindas
badan-badan seksi kami. Beberapa bagian sperma Harry yang ada di pantatku
mengalir keluar. Sekali lagi aku melumat bibirnya. Lalu kubisikkan bahwa aku
ingin menusuknya. Dia mengijinkan walaupun agak khawatir.<br />
<br />
"Tenang aja, kau liat kan tadi aku keenakan waktu kau masukin anumu?"
Dia mengangguk, lalu aku mencabut penisnya dari pantatku.<br />
<br />
Perlahan-lahan aku mengolesi lubang pantat Harry dengan spermanya yang keluar
dari pantatku, lalu kumasukkan telunjukku dan kugesekkan di lubangnya. Harry
mencoba menahan rasa sakitnya yang lama-lama berubah menjadi erangan keenakan.<br />
<br />
"Oh, ayo Li, masukin" rupanya batangannya kembali tegang dan tangan
kanannya mulai mengocok batangnya sendiri.<br />
<br />
Aku mulai memasukkan seluruh batanganku dengan pelan-pelan sambil kututup
mulutnya dengan tangan kananku. Harry menahan nafas sementara proses penetrasi
berlangsung. Dan setelah sempurna, dia bernafas sejenak, lalu aku mengambil
alih untuk mengocok batangannya dengan tanganku. Setelah dia keenakan, aku
mulai memaju-mundurkan pantatku. Dia benar-benar keenakan, sampai kepalanya
bergoyang-goyang.<br />
<br />
Lalu dia memisahkan penisnya dari tanganku dan mulai mengocoknya sendiri.
Rupanya dia terlalu terbawa perasaan sehingga dia muncrat duluan. Aku masih
terus menggenjot pantatnya dan semakin kupercepat gerakanku. Setelah beberapa
menit, ahirnya kupenuhi pantatnya dengan spermaku. Karena kehabisan tenaga, aku
langsung mencabut senjataku lalu berbaring sambil memeluk Harry.<br />
<br />
"Har, malam ini aku seneng.. Banget, kau gimana?"<br />
"Iya, sama, makasih ya, coba kalau tadi aku nolak, ha.. ha.."<br />
"Udah, sekarang mau rusak tiap hari, aku perbaiki deh komputermu. Asal kau
yang jemput. Ok?" kataku sambil tersenyum nakal.<br />
"OK lah, gampang"<br />
<br />
Setelah lama ditinggalkan, komputer di sebelah kami ternyata telah lama selesai
berproses. Akhirnya aku pamit dan minta diantar.<br />
<br />
"Waduh, aku capek banget Li, takutnya entar ketiduran waktu ngantar kamu.
Gimana kalo kusuruh Miko aja yang ngantar?"<br />
"Ok-lah, nggak papa"<br />
<br />
Harry berjalan menuju ruang nonton yang ada di lantai dua, lalu meminta tolong
Miko untuk mengantarku. Di tengah jalan, Miko terus menerus memperhatikan
penunjuk kecepatan (mungkin) sambil tidak tenang.<br />
<br />
"Kenapa sih Mik?"<br />
"Kayaknya Harry lupa ngisi bensin. Nih, mau habis"<br />
"Trus gimana?"<br />
"Ya udah, kita cari pom bensin"<br />
<br />
Setelah beberapa ratus meter, ternyata beberapa pom bensin yang ada sudah
tutup, mungkin karena sudah terlalu malam. Dan motor itu pun macet.<br />
<br />
"Wah, Gimana nih. Kita dorong?" tanyaku.<br />
"Walah, jadi nggak enak, udah ngerepotin jauh-jauh, malah jadi gini"
Miko jadi merasa bersalah.<br />
"Nggak papa kok, siapa tahu nanti di depan ada yang masih buka"<br />
<br />
Lalu Miko menuntun motor itu dan aku mendorong di belakang. Karena kelelahan,
aku berhenti sambil memegangi lututku.<br />
<br />
"Kenapa Li? O iya, kamu kan capek abis ngurusin komputer. Ya udah, kita
istirahat dulu"<br />
"Ok deh" Lalu Miko berhenti dan kami duduk di pinggir jalan. Rupanya
cara bernafasku yang seperti kehilangan banyak energi membuat Miko
memperhatikanku.<br />
"Kamu kayak abis berkelahi dech. Atau jangan-jangan.." Tiba-tiba Miko
menarik badanku sampai dekat sekali di badannya.<br />
"Aku mencium bau sperma. Kamu abis ngapain di kamar Harry?"<br />
<br />
Aku gemetaran. Wah, gawat! Bisa berantakan semuanya. Atau dia akan kugarap juga
ya? Supaya tutup mulut. Belum selesai berpikir, tiba-tiba Miko menempelkan
bibirnya ke bibirku. Karena kaget, aku tidak bisa berbuat apa-apa.<br />
<br />
"Ayolah Li, aku tau kamu gay, dan aku udah lama cari kesempatan buat
bercinta sama kamu"<br />
<br />
Akhirnya aku membalas lumatan-lumatannya. Lama-kelamaan Miko membuka celananya,
lalu celana dalamnya. Dia mengocok batangannya. Aku segera merebut batangannya,
lalu kukocok sambil sebelah tanganku membelai dadanya.<br />
<br />
"OK, Mik, aku terima tantanganmu" jawabku mantap.<br />
<br />
Aku terus mengocok kontol Miko. Miko terengah-engah. Mungkin untuk mengalihkan
perhatian atau reaksi dari rasa nikmat, tiba-tiba dia menarik resleting
celanaku sehingga dia berhasil menarik batanganku yang sudah setengah tegang.
Akhirnya kami saling mengocok. Iya, di pinggir jalan itu. Untung hari sudah
malam. Tapi tak urung aku khawatir juga.<br />
<br />
"Mik, kita di jalan nih" Miko tidak mempedulikan kata-kataku. Dia
mempecepat kocokannya di penisku sambil menggerak-gerakkan pantatnya.<br />
"OK, Li, aku mau keluar, Ayo Li, percepat!"<br />
<br />
Aku pun mempercepat kocokanku pada kontolnya dan, crot! Crot! Sperma Miko
memancar ke atas sejauh beberapa centimeter. Aku dibuatnya terkagum-kagum.
Sambil terus telentang, dia memperhatikan ekspresi mukaku yang keheranan.<br />
<br />
"Kenapa? Takjub? Nanti kukasih tahu caranya, tapi sekarang
giliranmu."<br />
<br />
Kini Miko mengganti posisi. Dia mengulum kontolku beberapa menit. Mungkin
karena sudah beberapa kali orgasme hari ini, akibatnya aku tak kunjung orgasme.<br />
<br />
"Kok nggak keluar-keluar Li?"<br />
<br />
Belum sempat aku berkomentar, Miko melepas kontolku, berganti posisi, lalu
segera memasukkan kontolku. Bles! Ternyata lubang Miko tidak terlalu sempit.
Sambil aku menggenjot pantatnya, dia mulai ereksi lagi, sehingga mau tak mau
dia mengocok penisnya juga.<br />
<br />
Mungkin karena pengaruh pantatnya yang hangat, akhirnya aku merasa hampir
orgasme.<br />
<br />
"Mik, aku mau keluar Mik, oh.."<br />
"Sebentar Li.." erang Miko dengan suara gemetar. Lalu Miko
mempercepat kocokannya.<br />
"Oh, aku mau keluar juga. Oh.."<br />
<br />
Aku mempercepat genjotanku, dan dia mempercepat kocokannya, hingga.. kami
melenguh hampir bersamaan. Sperma Miko muncrat beberapa centimeter ke udara
lagi dan aku kembali dibuatnya takjub. Aku benar-benar kelelahan malam itu.<br />
<br />
"Mik, aku capek banget" Miko memelukku erat.<br />
"Jadi benar kamu ML sama Harry?" Aku mengangguk ragu-ragu.<br />
"Tadi di kost aku juga udah onani. Makanya aku kecapekan."<br />
"Wah, kamu, hebat juga, padahal udah lama aku ngincer Harry, eh malah kamu
yang dapat duluan"<br />
"Nasib Mik, nasib.. Hehe."<br />
<br />
Akhirnya Miko mendorong sendiri motor itu karena tahu aku kelelahan. Untunglah,
beberapa ratus meter kemudian, ada penjual bensin eceran, dan akhirnya sampai
di kostku. Sebelum pamit pulang, Miko mencium keningku.<br />
<br />
"Aku suka kamu Li, nggak peduli biar pun kau udah jadian sama Harry, aku
tetap suka sama kamu" Aku cuma bisa terbengong mendengar pengakuannya.<br />
<br />
Setelah Miko pulang, aku langsung tertidur tanpa sempat mencuci muka atau
menggosok gigi. Yah, lelah mendapat kenikmatan bertubi-tubi. Oh, alangkah
indahnya hari ini.<br />
<br />
TAMAT</div>
hari putrahttp://www.blogger.com/profile/07769461846416848133noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7864063312826976056.post-8798514069280381992013-01-11T16:32:00.001-08:002013-02-12T01:03:12.043-08:00Artis Dangdut<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcO6ELSr9XLER78WATwsIeDkf4a6aW5JqBawlfNUuopRJAzAc889lxGLWYanoRoCarCQ2mbz91j8FMKFFYKUCRawGQvrm3Mu_jX0gPHeQdmZ97JQmSh3NfvHUCxgibdfbs73uRSesI9Q7M/s1600/g12.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcO6ELSr9XLER78WATwsIeDkf4a6aW5JqBawlfNUuopRJAzAc889lxGLWYanoRoCarCQ2mbz91j8FMKFFYKUCRawGQvrm3Mu_jX0gPHeQdmZ97JQmSh3NfvHUCxgibdfbs73uRSesI9Q7M/s1600/g12.jpg" /></a></div>
<h5 class="uiStreamMessage userContentWrapper" data-ft="{"type":1,"tn":"K"}">
<span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="userContent">Sore itu, entah mengapa aku sangat<br /> horny. Ingin sekali aku melampiaskan<br /> nafsuku untuk bercinta. Aku baru sadar<br /> kalau sudah 1 minggu aku tidak ml.<br /> Kepalaku pusing dan yang ada<br /> dipikiranku hanya sex, sex dan sex.<br /> Sebenarnya ada rencana untuk ml<br /> malam nanti. Tapi, rencana tersebut<br /> urung kulaksanakan karena tiba-tiba<br /> aku mendapat tugas untuk<br /> mengomandani para polisi yang<br /> menjaga sebuahacara dangdutan di<br /> sebuah balai desa. Rasanya marah dan<br /> dongkol saat aku ditugaskan malam ini<br /> karena membuat rencanaku untuk<br /> bercinta jadi jadi gagal. Namun,<br /> bagaimana lagi, aku harus mematuhi<br /> dan menunda rencanaku. Aku dan<br /> pasukan berangkat sejak pukul 7<br /> malam. Acaranya sendiri dimulai dari<br /> jam 8 malam. Setibanya di sana, aku<br /> langsung memberikan koordinasi<br /> kepada anggotaku. Setelah<br /> memberikan instruksi dan anak buahku<br /> sudah menempati posisi, aku hanya<br /> duduk dari kejauhan mengawasi<br /> jalannya acara. Yach..sebuah acara<br /> dangdutan yang sering diadakan di<br /> desa. Bagaimanapun ini adalah hiburan<br /> rakyat kecil, sehingga selalu penuh<br /> dijejali orang-orang. Aku sendiri tidak<br /> terlalu tertarik karena memang bukan<br /> penyuka musik dangdut. Sudah 2 jam<br /> acara berlangsung. Penyanyi yang<br /> hampir semuanya perempuan usia<br /> muda, sudah tampil silih berganti<br /> menyanyikan lagu-lagu dangdut yang<br /> lagi populer. Setelah dua jam, aku<br /> berkeliling di sekitar panggung.<br /> Kemudian aku berhenti di depan<br /> panggung. Penonton banyak yang<br /> berusaha untuk maju terlalu depan,<br /> bahkan ada yang ingin naik ke atas<br /> pentas. Aku memberikan instruksi<br /> kepada anak buah untuk segera<br /> bertindak. Sementara itu acara masih<br /> terus berlangsung. Semakin malam,<br /> semakin meriah saja. Akan tetapi, jujur<br /> pikiranku masih saja malas-malasan.<br /> Aku lalu berdiri di depan dengan<br /> menghadap ke arah pentas. Aku<br /> mencoba menikmati musik dangdut,<br /> meskipun agak susah. Hingga, akhirnya<br /> naiklah ke atas panggung seorang<br /> penyanyi cowok. Penampilannya biasa-<br /> biasa saja. Berperawakan sedang,<br /> wajah tak terlalu tampan, usianya<br /> sekitar 30-an, dan hanya pakaian yang<br /> ia kenakan saja yang terlihat<br /> mencolok. Ia di atas panggung<br /> menyanyikan 2 buah lagu. Awalnya<br /> aku biasa-biasa saja saat melihat<br /> penampilannya. Akan tetapi, lama-<br /> kelamaan aku sadar kalau penyanyi<br /> tersebutsepertinya memperhatikanku.<br /> Ia terus-terusan melihat ke arahku<br /> yang sedang berdiri di depan<br /> panggung. Saat kami berpandangan<br /> mata, ia lalu melempar pandangan ke<br /> arah lain, tapi saat aku lengah, ia<br /> kembali memandang ke arahku.<br /> Hingga saat setelah ia selesai tampil, ia<br /> sempat melempar senyuman ke<br /> arahku. Aku tetap tak bereaksi. Ia<br /> kemudian hilang di belakang pentas.<br /> Setelah itu, akujadi kepikiran. Jangan-<br /> jangan... Karena penasaran, aku<br /> memutuskan untuk mencarinya di<br /> belakang panggung. Setelah 5 menit<br /> mencari-cari, akhirnya aku mendapati<br /> penyanyi tersebut sedang duduk-duduk<br /> dengan penyanyi yang lain. Ternyata ia<br /> tahu kehadiranku di belakang<br /> panggung. Ia memandang lekat<br /> mataku dari kejauhan. Ia lalu berdiri<br /> dan berjalan ke suatu tempat. Seperti<br /> sudah mendapat tanda, aku<br /> mengikutinya dari belakang. Ia<br /> berjalan dengan pelan menjauh dari<br /> keramaian. Hingga akhirnya kami<br /> sampai di semak-semak yang sangat<br /> rindang dengan sebuah pohon besar di<br /> tengahnya. Sepertinya tidak ada orang<br /> yang berada di dekat tempat tersebut,<br /> meskipun suara musik dangdut masih<br /> terlihat cukup jelas. Laki-laki itu lalu<br /> bersandar di batang pohon tersebut.<br /> Tidak ada cahaya lampu di tempat itu,<br /> tapi karena sedang bulan purnama<br /> sehingga tempat itu terlihat terang.<br /> Laki-laki itu tersenyum ke arahku yang<br /> berdiri tak jauh di depannya. Aku<br /> mengamati fisik laki-laki tersebut dari<br /> dekat. Ternyatatidak terlalu buruk. “ada<br /> yang bisa dibantu?” tanyanya<br /> membuka percakapan. Aku tak<br /> menjawab. Aku berjalan mendekat ke<br /> arahnya. Lalu tanpa berkata apa-apa,<br /> aku langsung beraksi. Aku sudah tak<br /> tahan dengan nafsu birahiku yang<br /> tinggi. Tanganku memegang<br /> pundaknya, dan kemudian mulutku<br /> langsung mendarat di bibirnya. Aku<br /> cium dengan ganas, dan dia<br /> membalasnya. Kami berciuman dengan<br /> penuh gairah. Ternyata laki-laki<br /> tersebut sudah lihai dalam bercinta. Tak<br /> lama kemudian, ia mulai membuka<br /> kancing bajuku satu demi satu. Saat<br /> dadaku sudah terbuka, ia mengulum<br /> puting susuku. “ough...” birahi mulai<br /> bergejolak. Laki-laki itu mengulum<br /> putingku dengan mulut dan lidahnya,<br /> dan sesekali menghisapnya dalam-<br /> dalam. “ough...shit!!” erangku. Puas<br /> dengan dadaku. Kami kemudian<br /> bertukar posisi. Sekarang aku yang<br /> bersandar pada batang pohon. Dengan<br /> pakaian yang masih melekat di<br /> tubuhku, meskipun kancingnya sudah<br /> terbuka, aku berdiri dan bersandar<br /> pada pohon. Laki-laki itu lalu jongkok<br /> tepat di depan selangkanganku.<br /> Dengan sedikit menggoda, ia meraba-<br /> raba kontolku yang masih terbalut<br /> celana seragam. Ia meraba-raba pelan,<br /> lalu ia membuka sabuknya dan<br /> resleting celanaku. Celana dalam<br /> warna putih merek GT-Man nampaklah<br /> sudah. Wajah laki-laki itu semakin<br /> nafsu saja. Tanpa basa-basi, ia lalu<br /> melorotkan celana dalamku dan<br /> membukanya. Otomatis menjulurlah<br /> kontol warna coklatku yang berukuran<br /> 11an cm saat masih tidur. “aku suka<br /> kontol polisi” kata laki-laki itu dengan<br /> nada manja. Ia memegang batang<br /> kontolku dan mulai mengocoknya<br /> pelan. “oh yeah...” aku merasakan<br /> kontolku yang mendapat sensasi lebih.<br /> Kocokan tangan laki-laki itu dikontolku<br /> praktis membuat kontolku menegang<br /> sedikit demi sedikit. “ups...gedhe<br /> banget! Kontol polisi emang yahud”<br /> kata laki-laki itu saat melihat kontol<br /> tegangku yang berukuran sekitar 18an<br /> cm. Ia sepertinya semakin<br /> menyukainya. Laki-laki itu lalu<br /> melorotkan celanaku hingga ke lutut.<br /> Kontolku sekarang sudah terbebas. Ia<br /> mainkan buah pelernya, dan<br /> memainkan juga bulu-bulu jembutku<br /> yang lebat.Akhirnya ia menggunakan<br /> mulutnya juga. Mulanya ia menjilati<br /> seluruh bagian kontolku, mulai dari<br /> buah peler, batangnya sampai bagian<br /> kepala. “ough shit!!! Ough...” aku mulai<br /> menggerang lagi. Jilatan-jilatannya<br /> sangat memuaskan. Kontolku seperti<br /> dimanjakan dengan lidahnya. Setelah<br /> puas dengan menjilati, laki-laki itu<br /> memasukkan batang kontolku ke<br /> dalam mulutnya. “arghhhhh....” aku<br /> menggelinjing saat kontolku mulai<br /> masuk di dalam mulut. Ia<br /> memasukkan dan mengeluarkan<br /> kontolku di mulutnyadengan kecepatan<br /> sedang. Sensasi kenikmatan yang<br /> kurasakan semakin lama semakin<br /> meninggi. Aku sampai menggerakkan<br /> pantatku majumundur supaya<br /> mendapat kenikmatan lebih. Aku<br /> mengocok kontolku dengan<br /> menggunakan mulutnya. “ough..ough...”<br /> aku terus mendorong-tarik pantatku<br /> agar kontolku keluar masuk dari<br /> mulutnya. Sesekali ia menyedot<br /> kontolku saat berada di dalam mulut.<br /> “Ougggggggghhhhhhhh....” aku tak<br /> tahan dengan rasa nikmat yang<br /> mendera saat ia menyedot kontolku di<br /> mulutnya. Mulut laki-laki itu benar-<br /> benar lihai. Buah pelerku pun masih<br /> saja dimainkannya dengan jemarinya.<br /> “sedot..terus...ough...” erangku. Kadang<br /> giginya menyentuh kontolku, memang<br /> sakit, tapi itu hanya sebentar karena<br /> setelah itu kenikmatan lagi yang<br /> kurasakan saat kontolku berada di<br /> dalam mulutnya. Laki-laki itu mengoral<br /> tidak terlalu lama karena yang aku<br /> inginkan adalah mengentot pantat. Aku<br /> lalu memintanya menghentikan<br /> aksinya mengoral kontolku dan<br /> memintanya berdiri. Lalu aku minta ia<br /> melorotkan celananya. Celananya<br /> sudah melorot ke bawah, bisakulihat<br /> kontolnya yang bergoyang-goyang<br /> dengan ukuran yang tak terlalu besar.<br /> Aku pegang kontolnya, lalu kuremas.<br /> “ough...” ia menggerang saat aku<br /> mainkan kontolnya dengan sedikit<br /> kasar. Aku mencium bibirnya sekali<br /> lagi. Tubuh kami saling berimpitan<br /> dengan mulut yang saling berpagutan.<br /> Aku memegang kontolnya, dan laki-<br /> laki itu juga memainkan kontolku.<br /> Kemudian, aku minta ia berbalik, dan<br /> menungging dengan berpegangan<br /> pada batang pohon. Aku menyasar<br /> lobang pantatnya. Saat ia sudah<br /> menungging,bisa kulihat jelas lobang<br /> pantatnya yang berwarna merah. Di<br /> sekitar lobangnya tumbuh beberapa<br /> bulu-bulu halus. Aku memberikan<br /> pemanasan dengan menggunakan<br /> jariku. Kumasukkan jari telunjukku ke<br /> dalam lobangnya. “argh....” laki-laki itu<br /> menggerang saat kumasukkan jariku<br /> ke dalam lobangnya. Kumainkan<br /> sedikit jariku saat berada di dalam.<br /> “arggghhh...” erang laki-laki itu sambil<br /> menggoyangkan pantatnya, mungkin<br /> karena rasa akit dan nikmat yang ia<br /> rasakan. “fuck me please....” pinta laki-<br /> laki itu yang sepertinya sudah gatal.<br /> Aku pun mencabut jariku dan<br /> menyiapkan kontolku dengan<br /> mengocoknya agar menegang<br /> sempurna. Dan saat sudah tegang<br /> sempurna, aku arahkan ke lobang<br /> pantatnya. Tidak langsung kumasukkan<br /> tetapi aku kugosok-gosokkan di<br /> pantatnya terlebih dahulu.<br /> “ah...masukkan saja, ayo...” laki-laki itu<br /> sudah tidak sabar. Aku pun langsung<br /> memasukkan kontol 18 cm punya ke<br /> dalam lobang pantatnya. Bless...<br /> “oughhhhhhhh...........” laki-laki itu<br /> menggerang keras karena penetrasi<br /> awal yang aku lakukan. Tidak terlalu<br /> sulit bagiku untuk mengentot<br /> lobangnya karena sepertinya ia<br /> sudahsering dikentot. Aku masukkan<br /> dalam-dalam, dan saat sudah di dalam<br /> aku goyangkan pinggulku. “ohhhh....”<br /> kami menggerang bersama-sama. Aku<br /> tarik lagi kontolku, lalu kumasukkan<br /> lagi. Ku pegang buah pantatnya.<br /> Semakin lama, gerakan pinggulku<br /> makin cepat.<br /> “ough..ough...a*jing..a*jing..” aku terus-<br /> terusan mengumpat karena rasa<br /> nikmat yang datang. Kontolku keluar<br /> masuk lobang pantatnya tanpa<br /> halangan apapun. “ough..ouh..lebih<br /> dalam...ough....” erang laki-laki itu yang<br /> juga merasakan nikmat. “ough<br /> yeah..fuck you...ough yeah...” aku<br /> mengentotnya dengan seragam yang<br /> masih menempel di tubuhku.<br /> “argh..argh...kentotanmu enak banget.<br /> Aku suka kontolmu! Ough...” kata-kata<br /> laki-laki itu semakin memacuku untuk<br /> terus mengentot lobang pantatnya.<br /> Laki-laki itu sendiri menerima<br /> kentotanku sambil mengocok<br /> kontolnya sendiri dengan tangannya.<br /> “ough..ough..ough....” aku terus<br /> memacu gerakan pinggulku. Keringat<br /> keluar dari tubuhku dan tubuhnya<br /> meskipun sebenarnya hawa dingin<br /> mendera tubuh kami.<br /> “argh...argh...terus!kontol polisi emank<br /> oke!ah...” laki-laki itu menggerang<br /> keras tanpa takut ada orang yang<br /> mendengar. Tapi,suara musik dangdut<br /> menelan erangannya sehingga tidak<br /> ada yang mendengar.<br /> “ough..ough..a*jing!a*jing!ough....” aku<br /> mempercepat kentotanku. Disisi lain,<br /> kontol laki-laki itu sudah mencapai<br /> klimaks.<br /> “ough..ough..oughhhhhhhhhhh..” laki-<br /> laki itu menggerang sekeras-kerasnya<br /> saat kontolnya mengeluarkan pejuh<br /> kental dari kontolnya. Pejuhnya<br /> muncrat dan berceceran di tanah.<br /> “ough..ough...” ia mulai mengatur<br /> nafasnya sembari masih menerima<br /> kentotan dariku. “ough..ough...come<br /> on..ough...” aku memaju-mundurkan<br /> pantatku. Kontolku keluar masuk dari<br /> lobangnya. “argh..argh....lebih dalam...”<br /> laki-laki itu menggoyangkan<br /> pinggulnya sehingga kontolku<br /> mendapat tambahan sensasi.<br /> “yeah...ough...ough...” hingga akhirnya<br /> aku akan merasakan klimaks. Aku<br /> memacu entotan semakin cepat.<br /> “ough..ough..ough...” dan akhirnya..<br /> “oughhhh..oughhhhhhhhhhhhh...” aku<br /> menarik kontolku dari lobang pantat,<br /> lalu kukocok sebentar<br /> hingga..crot..crot...crot...<br /> “arghhh................” aku mencapai<br /> klimaks. Pejuhku muncrat mengenai<br /> pantatnya. “ough..ough...” aku mencoba<br /> mengatur nafas dan menikmati sisa-<br /> sisa rasa enak. Kontolku muai kembali<br /> keukuran semula. Laki-lakiitu<br /> mengubah posisi. Ia kembali jongkok<br /> dan sekali lagi menjilati kontolku. Ia<br /> ternyata menjilati sisa-sisa pejuhku.<br /> Laki-laki itu menggunakan lidahnya<br /> untuk melakukan itu semua. Setelah<br /> semua selesai, aku langsung<br /> membenahi pakaianku. Kunaikkan<br /> celanaku dan kukancingkan bajuku<br /> lagi. “terima kasih ya. Sudah lama aku<br /> ingin ngentot dengan polisi, dan<br /> akhirnya baru saja terwujud. Gak<br /> nyangka, polisi lebih hebatdari yang<br /> kubayangkan” kata laki-laki itu sambil<br /> membenahi pakaiannya. Dan tanpa<br /> bicara apapun, aku langsung<br /> meninggalkannya setelah selesai<br /> membereskan pakaianku. Aku kembali<br /> ke arena pertunjukkan. Dalam hati,<br /> aku gak nyangka bakal melampiaskan<br /> nafsuku di tempat seperti ini. Aku jadi<br /> malu sendiri. Aku berdiri lagi di depan<br /> panggung. Gak dinyana, laki-laki yang<br /> gak tau namanya itu kembali tampil. Di<br /> atas panggung ia lagi-lagi melempar<br /> pandangan ke arahku. Bahkan sekarang dengan muka yang nakal.<br /> Sebelum ia menyanyikan lagu, ia<br /> berkata sesuatu: “ehm..ehm..eh<br /> penonton! Lagu ini aku persembahkan<br /> untuk seseorang yang baru saja<br /> memberi kenikmatan padaku” ia<br /> berkata seperti itu sambil menatap dan<br /> tersenyum ke arahku. Sontak,<br /> penonton menyorakinya. Huuuu... dan<br /> seperti tidak mempedulikan sorakan<br /> penonton, ia pun mulai menyanyikan<br /> lagu lagi.</span></span></h5>
hari putrahttp://www.blogger.com/profile/07769461846416848133noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-7864063312826976056.post-57840802006353438572013-01-11T16:29:00.002-08:002013-02-12T01:03:12.040-08:00Diperkosa<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhp91la__laqq8OK5wmkeRhm8qOTFcevvtCzUb429E3gycNGcQ_i_4xYb-rH0DDbah96fedIG4vxeMUr4xRlHOyTdMeCy9kOYQgEYwb-BPpEUmDGcdy1YiSAn6d9SVJzKC31kZ2wctga6Z_/s1600/g16.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhp91la__laqq8OK5wmkeRhm8qOTFcevvtCzUb429E3gycNGcQ_i_4xYb-rH0DDbah96fedIG4vxeMUr4xRlHOyTdMeCy9kOYQgEYwb-BPpEUmDGcdy1YiSAn6d9SVJzKC31kZ2wctga6Z_/s1600/g16.jpg" /></a></div>
<h5 class="uiStreamMessage userContentWrapper" data-ft="{"type":1,"tn":"K"}">
<span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><span class="userContent">Tidak puas dengan keadaan kontolku<br /> yang ukurannya cuma 18 cm, saya<br /> mencoba untuk mendatangi salah<br /> seorang bapak yang iklannya saya<br /> baca dari pos kota. Dengan iming-iming<br /> dapat menambah ukuran. Sengaja<br /> saya pilih datang pada sore hari<br /> setelah selesai jam kerja. Dengan<br /> mudah tempat prakteknya saya<br /> temukan, tidak ada antrian didepan<br /> tempat prakteknya sehingga otomatis<br /> saya tidak perlu menunggu lama.<br /> Setelah masuk ke dalam rumahnya,<br /> disana saya harus memberikan data-<br /> dataku terlebih dahulu dan membayar<br /> biaya administrasi. Setelah<br /> dipersilahkan duduk dan menunggu<br /> selama 5 menit, akhirnya saya<br /> dipanggil masuk oleh si pemuda yang<br /> tadi menulis data-dataku. Memasuki<br /> ruangan prakteknya, sempat<br /> membuatku terpana melihat dekorasi<br /> ruangannya yang agak berkesan<br /> mistis. Segera saja saya duduk bersila<br /> menyampaikan keinginanku kepada si<br /> bapak yang duduk didepanku sambil<br /> mengisap rokoknya dalam-dalam.<br /> Disamping si bapak ada seorang<br /> pemuda berbadan kekar duduk<br /> mendampinginya, yang saya anggap<br /> pasti adalah asistennya. Setelah tahu<br /> keinginanku, maka saya dipersilahkan<br /> untuk terlebih dahulu mandi. Saya<br /> berjalan ditemani asistennya yang<br /> berbadan kekar menuju kekamar<br /> mandi. Memasuki kamar mandi saya<br /> berbalik ingin menutup pintu, tetapi<br /> langsung dicegah oleh si asisten.<br /> Katanya dia harus ikut memandikan<br /> saya, karena ini adalah syarat yang<br /> sudah ditentukan. Perlahan-lahan mulai<br /> kutanggalkan baju dan celanaku.<br /> Setelah bugil, saya disuruh berkumur-<br /> kumur terlebih dahulu menggunakan<br /> air yang telah diberi ramuan. Lalu si<br /> asisten mulai melolosi pakaiannya dan<br /> akhirnya bugil juga. Saya sempat<br /> kaget dan bertanya, tetapi sang asisten<br /> mengatakan kalau dia tidak mau<br /> bajunya ikut basah pada saat<br /> memandikanku. Maka mulailah sang<br /> asisten menyuruhku jongkok dan<br /> memberi shampoo pada rambutku dan<br /> mulai menyabuni tanganku, badanku,<br /> kakiku, dan sekarang kontolku. Khusus<br /> kontolku disabuni dengan gerakan<br /> seperti lagi ngocok. Rasanya risih juga<br /> kontolku dipegang sesama laki-laki.<br /> Karena tidak tahan, kontolku mulai<br /> ereksi. Apalagi saat jarinya melakukan<br /> putaran melingkar pada kontolku<br /> ditambah dengan licinnya busa sabun<br /> yang membuat geli kepala<br /> kontolku.Setelah puas, tangannya turun<br /> menuju keanusku. Sambil menyabuni<br /> lubang anusku, jari telunjuknya mulai<br /> menusuk lubang anusku maju mundur.<br /> Sehingga membuat kontolku semakin<br /> tegak. Akhirnya dia mengguyurkan air<br /> ketubuhku. Setelah selesai si asisten<br /> mengeringkan tubuhku dengan<br /> menggunakan handuk, kemudian saya<br /> diperkenankan keluar kamar mandi<br /> dengan hanya menggunakan sehelai<br /> handuk kecil yang tidak dapat<br /> menutupi kontolku yang sedang ereksi.<br /> Saya berjalan menuju ruang praktek.<br /> Di dalam ruangannya saya<br /> dipersilahkan berbaring dalam keadaan<br /> bugil dengan kaki yang mengangkang.<br /> Dan si bapak mulai memijat tubuhku<br /> dari atas dan terakhir mengenggam<br /> kontolku serta mulai mengurut seperti<br /> gerakan ngocok dan membetot-betot<br /> batang serta zakarku. Si bapak<br /> mengatakan kalau dia ingin<br /> memasukkan sesuatu kedalam lubang<br /> anusku dengan cara menggunakan<br /> bantuan dorongan kontolnya. Tentu<br /> saja saya keberatan, karena takut<br /> memikirkan rasa sakit pada lubang<br /> anusku. Saya berusaha untuk bangun<br /> dari dipan dan mencoba menolak<br /> keinginan si bapak. Tapi dengan sekali<br /> panggil, si asisten dan si pemuda<br /> segera masuk kedalam ruang praktek.<br /> Dan tanpa dikomando mereka<br /> memegang tangan serta kakiku yang<br /> dengan paksa dikangkangi sampai<br /> lubang anusku dapat terlihat dengan<br /> mudah oleh si bapak. Saya berusaha<br /> untuk meronta. Tapi sia-sia, si bapak<br /> mulai menanggalkan baju dan<br /> celananya. Sempat kelirik kalau<br /> ternyata kontol si Bapak sangatlah<br /> gede. Dengan paksa si bapak<br /> mengoleskan sesuatu kelubang anusku<br /> dan menusuk-nusukkan jarinya.<br /> Badanku mulai bergerinjal menahan<br /> rasa sakitnya. Belum sempat bicara,<br /> kontol si bapak mulai dipaksakan<br /> masuk kedalam lubang anusku. Si<br /> asisten dan si pemuda semakin kuat<br /> memegang kakiku dan ditarik terbuka.<br /> Sehingga kangkangan kakiku semakin<br /> lebar. Kontol si Bapak semakin dalam<br /> memasuki lubang anusku, yang<br /> membuatku menjerit kesakitan. Tanpa<br /> belas kasihan akhirnya si bapak<br /> berhasil memasukkan kontolnya<br /> keseluruhan. Hal ini dapat saya<br /> rasakan karena disekitar anusku mulai<br /> digelitiki oleh bulu-bulu kontol si bapak.<br /> Setelah beberapa saat, saya mulai<br /> merasakan semprotan demi semprotan<br /> hangat memenuhi lubang anusku. Si<br /> bapak mencabut kontolnya dan<br /> menuju kearah mukaku dan<br /> memasukkan dengan paksa kontolnya<br /> yang baru keluar dari lubang anusku<br /> kedalam mulutku. Serasa mau muntah<br /> saya merasakan kontolnya. Sekali lagi<br /> saya menjerit karena kaget merasakan<br /> kontol si asisten mulai menerobosi<br /> lubang anusku. Si pemuda dengan<br /> setianya mengocok dan mengulum<br /> kontolku yang kini sangat tegak berdiri.<br /> Akhirnya air mani si asisten<br /> menyemprot memenuhi lubang<br /> anusku. Dan sekarang giliran si<br /> pemuda membobol lubang anusku lagi.<br /> Sedang si asisten menggantikan posisi<br /> si pemuda untuk mengulum dan<br /> mengisap kontolku. Karena sangatlah<br /> tegang, kini air maniku tersemprot<br /> keluar juga memenuhi mulut si asisten<br /> yang langsung menelan dan menyedot<br /> habis air maniku. Si asisten kini<br /> memaksakan kontolnya untuk<br /> memasuki lubang anusku lagi. Benar-<br /> benar kacau, karena didalam lubang<br /> anusku masih terganjal kontol si<br /> pemuda. Saya hanya dapat menjerit<br /> tertahan karena mulutku masih<br /> tersumpal kontol si Bapak. Air mani si<br /> bapak akhirnya tersemprot juga<br /> memenuhi mulutku, dan kini dapat<br /> kurasakan semprotan air mani yang<br /> sangat banyak memenuhi anusku dan<br /> ususku yang tersembur dari dua kontol<br /> yang berbeda. Saat si pemuda dan si<br /> asisten mencabut kontolnya, saya<br /> merasakan sakit yang amat sangat<br /> pada anusku. Saya hanya dapat<br /> mengerang memegang anusku yang<br /> pada saat saya raba terasa sangat<br /> perih dengan lubang anus yang<br /> membesar dan agak menonjol<br /> membengkak. Kontolku terlihat agak<br /> memanjang, tetapi saya yakin karena<br /> tadi ereksinya terlalu berlebihan. Dan<br /> ketika kulihat keesokan harinya,<br /> ukuran kontolku tetap saja sama.<br /> Hanya lubang anusku yang agak<br /> berbeda ukurannya karena telah<br /> diperkosa oleh si bapak dan kaki<br /> tangannya. Untuk mengadukan<br /> perbuatan mereka, tentu saja<br /> tidakmungkin. Karena saya sendiri juga<br /> yang akan menanggung malunya.<br /> Tidak puas dengan keadaan kontolku<br /> yang ukurannya cuma 18 cm, saya<br /> mencoba untuk mendatangi salah<br /> seorang bapak yang iklannya saya<br /> baca dari pos kota. Dengan iming-iming<br /> dapat menambah ukuran. Sengaja<br /> saya pilih datang pada sore hari<br /> setelah selesai jam kerja. Dengan<br /> mudah tempat prakteknya saya<br /> temukan, tidak ada antrian didepan<br /> tempat prakteknya sehingga otomatis<br /> saya tidak perlu menunggu lama.<br /> Setelah masuk ke dalam rumahnya,<br /> disana saya harus memberikan data-<br /> dataku terlebih dahulu dan membayar<br /> biaya administrasi. Setelah<br /> dipersilahkan duduk dan menunggu<br /> selama 5 menit, akhirnya saya<br /> dipanggil masuk oleh si pemuda yang<br /> tadi menulis data-dataku. Memasuki<br /> ruangan prakteknya, sempat<br /> membuatku terpana melihat dekorasi<br /> ruangannya yang agak berkesan<br /> mistis. Segera saja saya duduk bersila<br /> menyampaikan keinginanku kepada si<br /> bapak yang duduk didepanku sambil<br /> mengisap rokoknya dalam-dalam.<br /> Disamping si bapak ada seorang<br /> pemuda berbadan kekar duduk<br /> mendampinginya, yang saya anggap<br /> pasti adalah asistennya. Setelah tahu<br /> keinginanku, maka saya dipersilahkan<br /> untuk terlebih dahulu mandi. Saya<br /> berjalan ditemani asistennya yang<br /> berbadan kekar menuju kekamar<br /> mandi. Memasuki kamar mandi saya<br /> berbalik ingin menutup pintu, tetapi<br /> langsung dicegah oleh si asisten.<br /> Katanya dia harus ikut memandikan<br /> saya, karena ini adalah syarat yang<br /> sudah ditentukan. Perlahan-lahan mulai<br /> kutanggalkan baju dan celanaku.<br /> Setelah bugil, saya disuruh berkumur-<br /> kumur terlebih dahulu menggunakan<br /> air yang telah diberi ramuan. Lalu si<br /> asisten mulai melolosi pakaiannya dan<br /> akhirnya bugil juga. Saya sempat<br /> kaget dan bertanya, tetapi sang asisten<br /> mengatakan kalau dia tidak mau<br /> bajunya ikut basah pada saat<br /> memandikanku. Maka mulailah sang<br /> asisten menyuruhku jongkok dan<br /> memberi shampoo pada rambutku dan<br /> mulai menyabuni tanganku, badanku,<br /> kakiku, dan sekarang kontolku. Khusus<br /> kontolku disabuni dengan gerakan<br /> seperti lagi ngocok. Rasanya risih juga<br /> kontolku dipegang sesama laki-laki.<br /> Karena tidak tahan, kontolku mulai<br /> ereksi. Apalagi saat jarinya melakukan<br /> putaran melingkar pada kontolku<br /> ditambah dengan licinnya busa sabun<br /> yang membuat geli kepala<br /> kontolku.Setelah puas, tangannya turun<br /> menuju keanusku. Sambil menyabuni<br /> lubang anusku, jari telunjuknya mulai<br /> menusuk lubang anusku maju mundur.<br /> Sehingga membuat kontolku semakin<br /> tegak. Akhirnya dia mengguyurkan air<br /> ketubuhku. Setelah selesai si asisten<br /> mengeringkan tubuhku dengan<br /> menggunakan handuk, kemudian saya<br /> diperkenankan keluar kamar mandi<br /> dengan hanya menggunakan sehelai<br /> handuk kecil yang tidak dapat<br /> menutupi kontolku yang sedang ereksi.<br /> Saya berjalan menuju ruang praktek.<br /> Di dalam ruangannya saya<br /> dipersilahkan berbaring dalam keadaan<br /> bugil dengan kaki yang mengangkang.<br /> Dan si bapak mulai memijat tubuhku<br /> dari atas dan terakhir mengenggam<br /> kontolku serta mulai mengurut seperti<br /> gerakan ngocok dan membetot-betot<br /> batang serta zakarku. Si bapak<br /> mengatakan kalau dia ingin<br /> memasukkan sesuatu kedalam lubang<br /> anusku dengan cara menggunakan<br /> bantuan dorongan kontolnya. Tentu<br /> saja saya keberatan, karena takut<br /> memikirkan rasa sakit pada lubang<br /> anusku. Saya berusaha untuk bangun<br /> dari dipan dan mencoba menolak<br /> keinginan si bapak. Tapi dengan sekali<br /> panggil, si asisten dan si pemuda<br /> segera masuk kedalam ruang praktek.<br /> Dan tanpa dikomando mereka<br /> memegang tangan serta kakiku yang<br /> dengan paksa dikangkangi sampai<br /> lubang anusku dapat terlihat dengan<br /> mudah oleh si bapak. Saya berusaha<br /> untuk meronta. Tapi sia-sia, si bapak<br /> mulai menanggalkan baju dan<br /> celananya. Sempat kelirik kalau<br /> ternyata kontol si Bapak sangatlah<br /> gede. Dengan paksa si bapak<br /> mengoleskan sesuatu kelubang anusku<br /> dan menusuk-nusukkan jarinya.<br /> Badanku mulai bergerinjal menahan<br /> rasa sakitnya. Belum sempat bicara,<br /> kontol si bapak mulai dipaksakan<br /> masuk kedalam lubang anusku. Si<br /> asisten dan si pemuda semakin kuat<br /> memegang kakiku dan ditarik terbuka.<br /> Sehingga kangkangan kakiku semakin<br /> lebar. Kontol si Bapak semakin dalam<br /> memasuki lubang anusku, yang<br /> membuatku menjerit kesakitan. Tanpa<br /> belas kasihan akhirnya si bapak<br /> berhasil memasukkan kontolnya<br /> keseluruhan. Hal ini dapat saya<br /> rasakan karena disekitar anusku mulai<br /> digelitiki oleh bulu-bulu kontol si bapak.<br /> Setelah beberapa saat, saya mulai<br /> merasakan semprotan demi semprotan hangat memenuhi lubang anusku. Si<br /> bapak mencabut kontolnya dan<br /> menuju kearah mukaku dan<br /> memasukkan dengan paksa kontolnya<br /> yang baru keluar dari lubang anusku<br /> kedalam mulutku. Serasa mau muntah<br /> saya merasakan kontolnya. Sekali lagi<br /> saya menjerit karena kaget merasakan<br /> kontol si asisten mulai menerobosi<br /> lubang anusku. Si pemuda dengan<br /> setianya mengocok dan mengulum<br /> kontolku yang kini sangat tegak berdiri.<br /> Akhirnya air mani si asisten<br /> menyemprot memenuhi lubang<br /> anusku. Dan sekarang giliran si<br /> pemuda membobol lubang anusku lagi.<br /> Sedang si asisten menggantikan posisi<br /> si pemuda untuk mengulum dan<br /> mengisap kontolku. Karena sangatlah<br /> tegang, kini air maniku tersemprot<br /> keluar juga memenuhi mulut si asisten<br /> yang langsung menelan dan menyedot<br /> habis air maniku. Si asisten kini<br /> memaksakan kontolnya untuk<br /> memasuki lubang anusku lagi. Benar-<br /> benar kacau, karena didalam lubang<br /> anusku masih terganjal kontol si<br /> pemuda. Saya hanya dapat menjerit<br /> tertahan karena mulutku masih<br /> tersumpal kontol si Bapak. Air mani si<br /> bapak akhirnya tersemprot juga<br /> memenuhi mulutku, dan kini dapat<br /> kurasakan semprotan air mani yang<br /> sangat banyak memenuhi anusku dan<br /> ususku yang tersembur dari dua kontol<br /> yang berbeda. Saat si pemuda dan si<br /> asisten mencabut kontolnya, saya<br /> merasakan sakit yang amat sangat<br /> pada anusku. Saya hanya dapat<br /> mengerang memegang anusku yang<br /> pada saat saya raba terasa sangat<br /> perih dengan lubang anus yang<br /> membesar dan agak menonjol<br /> membengkak. Kontolku terlihat agak<br /> memanjang, tetapi saya yakin karena<br /> tadi ereksinya terlalu berlebihan. Dan<br /> ketika kulihat keesokan harinya,<br /> ukuran kontolku tetap saja sama.<br /> Hanya lubang anusku yang agak<br /> berbeda ukurannya karena telah<br /> diperkosa oleh si bapak dan kaki<br /> tangannya. Untuk mengadukan<br /> perbuatan mereka, tentu saja<br /> tidakmungkin. Karena saya sendiri juga<br /> yang akan menanggung malunya</span></span></h5>
hari putrahttp://www.blogger.com/profile/07769461846416848133noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-7864063312826976056.post-35169308574824751742013-01-09T20:53:00.002-08:002013-02-12T01:03:12.028-08:00Nafsu Birahi Remaja<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcIgDQ6nJO6XeCPtfPpwgV5dLW6GySEMItKTq1oLgw1mUn1wvekzU4FnOns-J02zhPrcnZuhDtzNz36tf36WhQyI6KNvs7BSjc44qkA2cv1b195sTVfzeQnIw6wwcU-PtgK6BwmJBqKX8X/s1600/g11.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcIgDQ6nJO6XeCPtfPpwgV5dLW6GySEMItKTq1oLgw1mUn1wvekzU4FnOns-J02zhPrcnZuhDtzNz36tf36WhQyI6KNvs7BSjc44qkA2cv1b195sTVfzeQnIw6wwcU-PtgK6BwmJBqKX8X/s1600/g11.jpg" /></a></div>
Siang itu, seusai sekolah, Imron pulang dengan perasaan resah. Siswa
kelas II SMEA yang berusia hampir 17 tahun itu sedang mengalami dorongan
sex yang menggelora. Tapi dia tak tahu cara yang aman dan nikmat untuk
menyalurkan nafsu birahinya itu. Dia belum berani melampiaskan
syahwatnya itu dengan lawan jenisnya, takut resiko kehamilan dan
penyakit kelamin. Sedangkan merancap sendiri yang dilakukannya seminggu 3
kali sejak mimpi basahnya yang pertama kira-kira 4 tahun yang lalu,
sudah tidak terasa nikmat lagi. <br />
<br />
Setibanya di rumah, seperti
biasa setiap siang, dia mendapatkan rumahnya dalam suasana sepi.
Ayahnya, karyawan perusahaan swasta, biasanya pulang malam. Ibunya, guru
SD Inpres petang selalu pulang setelah Maghrib. Wati, kakaknya yang
berkuliah di sebuah PTS di Depok tinggal di kos-kosan tak jauh dari
kampusnya. Setiap siang, dia hanya berdua saja dengan Iding, remaja
berusia 15 tahun asal Sumedang yang sudah setahun menjadi pramuwisma di
rumahnya. <br />
<br />
Imron segera mengganti seragam sekolahnya dengan baju
kaos dan celana pendek yang longgar. Lalu menyantap makan siang yang
sudah dihidangkan Iding. Keluarga Imron berlangganan rantang dari sebuah
usaha catering tak jauh dari rumah mereka. Selesai makan, Imron
menyalakan rokok lalu duduk santai sambil memperhatikan Iding
membereskan meja makan. Selama ini dia tidak terlalu mempedulikan
pembantu rumah tangganya itu. Penampilan Iding cukup menarik. Tubuhnya
kecil, tapi ramping dan atletis. Wajahnya lugu kekanak-kanakan, alisnya
tebal, bulu matanya lentik, bibirnya tipis merangsang. Tiba-tiba Imron
terangsang. Entah mengapa, dia membayangkan betapa nikmatnya bila dia
menjepitkan batang kemaluannya di antara paha Iding yang ramping, mulus
dan coklat mengkilat agak kehitaman itu. Padahal selama ini Imron tidak
pernah membayangkan permainan sex dengan teman sejenis. <br />
<br />
"Ding,
kalo udah beres ke kamar gue ya!" katanya lalu berjalan masuk ke
kamarnya. Tak lama, Iding menyusul masuk. Dia terkejut melihat anak
majikannya sudah berbaring di ranjang bertelanjang bulat dengan batang
kemaluan yang tegang utak-atik sepanjang 15 cm dengan diameter sekitar 2
1/2 cm. "Mau ngapain Den?" tanyanya dengan jantung berdebar. "Buka
pakaian lu, terus tidur sini di sebelah gue!" perintah Imron. Permainan
sex dengan teman sejenis bukan hal yang asing bagi Iding. Dia sering
melakukannya ketika masih di desa, saat mandi di sungai atau menggembala
kerbau di ladang dengan teman-teman sebayanya. <br />
<br />
Selama setahun
bekerja di kota, dia bingung tak punya teman untuk melakukan permainan
nikmat itu. Sekarang, tak ada angin tak ada hujan, tiba-tiba anak
majikannya mengajaknya bersedap-sedap dengan benda yang tergantung di
selangkangannya. Setelah melepas pakaiannya, diapun berbaring di samping
anak majikannya dengan batang kemaluan yang langsung tegang sepanjang
12 cm dengan garis tengah kira-kira 2 cm. Imron terkejut melihat alat
kelamin Iding yang cukup besar untuk ukuran remaja sebayanya. Bulu
kemaluan Iding yang masih halus menambah rangsangan birahinya. Dia
menyuruh Iding memainkan batang kejantanannya. <br />
<br />
Iding menurut.
Tanpa ragu diraihnya piranti syahwat Imron. Imron mengerang lembut
merasakan nikmatnya kehangatan genggaman Iding pada batang kemaluannya.
Dia menggelinjang menahan geli ngilu yang nikmat tiada tara saat
telunjuk Iding membelai kepala kemaluannya yang segera basah oleh cairan
bening dan lekat. Naluri Imron membuatnya segera meraih batang kemaluan
Iding lalu melakukan hal yang sama. Logika Imron, karena alat kelamin
mereka serupa, apa yang nikmat baginya tentu akan nikmat pula bagi Iding
Giliran Iding menggelinjang merasakan geli ngilu yang nikmat luar
biasa. Lama kedua remaja itu memainkan piranti syahwat satu sama lain,
saling meremas, membelai dan menggelitik bagian peka batang kemaluan
temannya. <br />
<br />
Iding yang sudah setahun memendam gejolak birahinya
tidak tahan lagi. Segera ditindihnya Imron sambil mengadu batang
kemaluan mereka. Dipeluknya anak majikannya itu kuat-kuat agar tubuh
mereka semakin rapat menjepit erat batang kemaluan mereka yang
mengganjal di antara perut mereka. Lalu dia menggoyangkan pinggulnya
menggesek-gesek piranti syahwat mereka. Makin lama makin cepat. <br />
<br />
Tubuh
keduanyapun panas oleh birahi yang membara. Akhirnya Iding tidak mampu
lagi membendung luapan birahinya. Dia menggigil, kakinya kejang, lalu
dia terkulai lemas di atas tubuh Imron dengan nafas tersengal-sengal,
sementara batang kemaluannya berdenyut-denyut mengeluarkan semburan demi
semburan air maninya yang pucat encer di perut remaja yang lebih tua
itu. Merasakan hangatnya luapan birahi Iding membasahi tubuhnya,
Imronpun segera memuntahkan air maninya yang kental kekuningan,
bercampur dengan air mani Iding membanjiri perutnya. Lama kedua remaja
itu terbaring lemas bertumpang tindih membiarkan denyut kenikmatan
birahi mereka pelan-pelan berakhir. <br />
<br />
Iding bangkit lalu kembali
berbaring di samping Imron. "Koq elu tau sih maunya gue!" tanya Imron
yang masih shock belum pernah merasakan kenikmatan seperti itu. "Kalo di
kampung, saya mah udah biasa maen beginian Den!" Iding menjelaskan.
"Yah, kalo tau begitu dari dulu gue ajakin elu maen begini!" Imron
menyesali. "Mau lagi Den?" Iding menantang. Tanpa menunggu jawaban
remaja yang lebih tua itu, dia mendekatkan kepalanya ke selangkangan
Imron lalu menjilati batang kemaluannya mulai dari kantung zakar sampai
ke kepala kemaluannya yang merah kebiruan itu. Nafsu birahi remaja
memang istimewa, karena meskipun baru saja keduanya mencapai puncak
kenikmatan yang meletihkan itu, batang kemaluan mereka tetap tegang dan
keras, siap untuk bertarung lagi. <br />
<br />
Imron menggelepar-gelepar
seperti ayam sekarat ketika Iding menghisap alat kelaminnya dengan penuh
perasaan seperti anak balita menyedot botol dot susu. Diraihnya piranti
syahwat Iding lalu dikocoknya dalam irama gerak yang sama. Makin lama
makin cepat. Imron tidak sanggup lagi menahan gejolak syahwatnya. Segera
dikeluarkannya air maninya di dalam mulut remaja kecil itu. <br />
<br />
Demikian
dahsyatnya semburan air mani Imron, sehingga Iding hampir tersedak
menerimanya. Tapi dia segera mampu mengendalikan situasi. Direguknya
sebagian air mani Imron tanpa berhenti menghisap batang kemaluan yang
panjang dan besar itu seolah ingin menguras habis sisa air mani dalam
tubuh remaja yang lebih tua itu. Sementara itu piranti syahwatnya
sendiripun kembali berdenyut mengeluarkan air maninya dalam genggaman
Imron. Setelah denyut kenikmatan birahi mereka akhirnya berhenti, Imron
mengajak pembantu rumah tangganya itu ke kamar mandi untuk membersihkan
diri. <br />
<br />
Dua hari kemudian, seusai sekolah, kedua remaja yang mabuk
birahi itu kembali bergumul di ranjang Imron. Kali ini Imron ingin
mewujudkan angannya menjepitkan batang kemaluannya di antara paha Iding.
Ditindihnya Iding sambil menyelipkan perangkat birahinya di
selangkangan remaja yang lebih muda itu. Iding merapatkan pahanya
menjepit erat piranti syahwat anak majikannya yang terasa hangat
mengganjal di selangkangannya. "Aaahh!" Imron mendesah lembut merasakan
nikmat pada batang kejantanannya. Lalu dia menggoyang pinggulnya memompa
batang kemaluannya menggesek-gesek paha Iding yang ramping dan mulus,
coklat mengkilat agak kehitaman itu. makin lama makin cepat. <br />
<br />
Iding
terpejam-pejam dalam kenikmatan ganda. Dia merasakan geli ngilu yang
nikmat sekali setiap kali kepala kemaluan Imron menyentuh dan
menggelitik kantung zakarnya, sementara batang kemaluannya yang terjepit
erat di antara perut mereka tergesek-gesek dalam geli ngilu yang nikmat
luar biasa. Imronpun melambung dalam kenikmatan dahsyat yang belum
pernah dirasakannya seumur hidup. "Duh, Diinng!! Aduduuhh Ddiinngg! Oohh
Diingg!!" dia mengerang dalam kenikmatan. Dia tak mampu lagi menahan
gejolak syahwatnya. Tubuhnya gemetar, nafasnyapun semakin memburu,
didesaknya batang kemaluannya sedalam-dalamnya di selangkangan Iding.
Lalu dia terkulai lemas di atas tubuh Iding dengan nafas satu persatu
sementara batang kemaluannya berdenyut menyemburkan air maninya di atas
kantung zakar dan paha remaja kecil itu. <br />
<br />
Iding menggoyang
pahanya menggesek-gesek batang kejantanan Imron seolah ingin menguras
habis seluruh air mani anak majikannya itu, sehingga Imron mengerang
dalam kenikamatan yang tiada tara. Kemudian dia membalikkan tubuh Imron
sehingga remaja yang lebih tua itu berada di bawah. Sambil duduk di paha
Imron, dia mengocok batang kemaluannya sendiri. Tak lama kemudian, air
maninya yang pucat dan encer muncrat membasahi perut dan dada anak
majikannya. Keduanya terbaring lemas berdampingan dengan tubuh yang
letih dan lemas namun dalam perasaan puas dan bahagia. <br />
<br />
Pada
suatu malam, Andi, teman sekelas Imron datang untuk belajar bersama
menghadapi ulangan umum. Tanpa sadar waktu telah larut malam, sehingga
Andi terpaksa bermalam di sana karena angkutan umum sudah tidak
beroperasi selarut itu. <br />
<br />
Udara Jakarta yang panas menyebabkan
kedua remaja itu tidur bertelanjang dada hanya mengenakan celana dalam
saja. Mereka berbaring berdampingan di ranjang Imron yang tidak terlalu
besar. Andi berbaring menyamping membelakangi temannya. Jantungnya
berdebar ketika tiba-tiba dia merasakan ada suatu kehangatan yang
mengganjal di belahan buah pinggulnya. "Ndi, lu suka coli nggak?" bisik
Imron. "Suka! Emangnya kenapa?" jawab Andi. "Coli bareng yuk!" ajak
Imron. Andi tidak segera menjawab. Dia belum pernah merancap bersama
orang lain. Tapi gagasan itu cukup menarik. Pelan-pelan batang
kejantanannya membesar, tampak menonjol di balik celana dalamnya.
Dibiarkannya Imron meraih dan menggenggam batang kejantanannya. <br />
<br />
Dia
mendesah lembut merasakan nikmatnya kehangatan genggaman Imron pada
batang kejantanannya yang sudah tegang penuh sepanjang 17 cm dengan
diameter kira-kira 3 cm. Jantungnya berdetak keras dalam perasaan tak
menentu. Bingung, malu, suka, takut, penasaran dan nafsu berbaur jadi
satu. Tanpa sadar ditanggalkannya celana dalamnya supaya temannya itu
lebih leluasa memainkan batang kejantanannya. Merasa tidak ada
perlawanan. Dari Andi, Imron semakin berani. Didekatkannya kepalanya ke
selangkangan temannya lalu dijilatinya kantung zakar, batang dan kepala
kejantanan temannya itu. Andi menggelepar-gelepar seperti seorang penari
breakdance merasakan nikmat yang luar biasa. "Oooh Rroonn! Aduddudduhh
Rroonn!!" rengeknya manja. <br />
<br />
Imron mengambil Hand & Body
Lotion dari mejanya. Dilumurinya batang kejantanan Andi yang besar dan
hangat dengan cairan pelembab itu. Lalu dia berbaring membelakangi Andi
sambil menyelipkan batang kejantanan temannya itu ke selangkangannya.
Lalu diraihnya tangan Andi dan digenggamkannya di batang kejantanannya
yang sudah tegang. "Pompa sambil kocokin gue Ndi!" bisiknya dengan suara
gemetar akibat birahi membara. Andi menurut. Dia menggoyang pinggulnya
memompa batang kejantanannya menggesek-gesek selangkangan Imron sambil
mengocok batang kejantanan temannya itu dalam irama gerak yang sama. <br />
<br />
Makin
lama makin cepat. Nafas keduanya mendengus-dengus bagai lokomotif tua
menebar aroma birahi yang memenuhi kamar tidur Imron. "Ndi, gue mau
keleuar nih! Gue mau keluar nih!" rengek Imron yang tak mampu lagi
mengendalikan luapan birahinya. Andi mempercepat kocokannya pada batang
kejantanan Imron. Kaki Imron kejang menjepit erat perangkat birahi Andi,
lalu batang kejantanannya berdenyut dalam genggaman Andi. Nikmatnya
jepitan erat paha Imron pada batang kejantanannya serta hangatnya luapan
air mani Imron pada hangatnya memancing puncak kenikmatan Andi. <br />
<br />
Tanpa
melepaskan genggamannya pada batang kejantanan Imron dikeluarkannya air
maninya membasahi kantung zakar dan paha Imron, mengalir membanjiri
kasur. Keduanya terbaring lemas berpelukan membiarkan denyut kenikmatan
birahi mereka pelan-pelan berakhir. "Enak gila!" bisik Andi kemudian
meniru iklan permen mint yang terkenal itu. "Kapan-kapan lagi ya!" sahut
Imron. "Boleh! Sapa takut!" kata Andi. Imron lega karena sekarang dia
bertambah teman lagi untuk melakukan permainan nikmat yang meletihkan
itu. Diajaknya Andi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. <br />
<br />
Sejak
itu, Imron, Andi dan Iding tak perlu resah lagi memendam hasrat birahi
mereka. Hampir setiap hari mereka bergumul mengadu alat kelamin mereka
guna menyalurkan kebutuhan biologis mereka. Cara apapun yang mereka
pilih, saling menghisap, saling mengocok, bergantian menjepitkan batang
kemaluan di selangkangan temannya lalu memompanya, mengadu batang
kemaluan lalu menggesek-geseknya sampai air maninya keluar, tetap saja
langsung enak. Permainan sex sejenis memang merupakan cara yang paling
aman, nikmat dan praktis untuk menyalurkan gejolak birahi remaja.
Sesering apapun mereka bermain mengadu batang kejantanan mereka, dijamin
tidak akan ada yang hamil. Lagipula, mengajak teman cowok bermalam di
rumah tidak akan mengundang kecurigaan orang rumah. Yang pasti, tidak
akan digerebeg Hansip atau Pemuda Masjid! Ada pantun Betawi "Beli areng
di depan pabrik, sembari ngerokok rasanye nikmat; coli bareng emang
asik, dikocok-kocok pejunye muncrat!" Nah, selamat nyobain! Pasti lu
pade bakalan ketagihan!
hari putrahttp://www.blogger.com/profile/07769461846416848133noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-7864063312826976056.post-55528749785210089022013-01-09T20:51:00.003-08:002013-02-12T01:03:12.037-08:00Kakak Kelasku Kak Shindu<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4eNGj4aeMQ_YVTgWlzXJkd74KbRDTiCX9sbe7IuRQn9hb_cxcFIfQCQYrgycQBhwIwXZhN-nHzunCZbqlNPS1vd0pQLfRvhwYnLiUQE66wqNNHVT4MS-j0ekcmkgHHSF4lFvgS7yuwBzq/s1600/g10.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4eNGj4aeMQ_YVTgWlzXJkd74KbRDTiCX9sbe7IuRQn9hb_cxcFIfQCQYrgycQBhwIwXZhN-nHzunCZbqlNPS1vd0pQLfRvhwYnLiUQE66wqNNHVT4MS-j0ekcmkgHHSF4lFvgS7yuwBzq/s1600/g10.jpg" /></a></div>
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Namaku
rhezsa,umurku 18 tahun,aku sekolah di salah satu sma terkemuka di kotaku, <br />
<br />
aku mempunyai seorang kakak kelas yang menurutku sangat menarik, namanya k
sindhu, karena,meskipun menurut orang biasa saja, tapi menurutku dia mempunyai
aura yang membuatnya terlihat sangat tampan dan menarik perhatianku, meski dia
sedikit lebih pendek dariku, rambutnya yang bergelombang dipotong pendek,
membuatnya semakin menarik, ditambah lagi,dia memelihara sedikit janggut yang
membuatku gemas melihatnya, wajahnya tipe imut, kalau melihatnya memakai
pakaian pramuka lengkap rasanya aku ingin menggaulinya, <br />
<br />
suatu waktu setelah selesai latihan rutin, saat semua anak sudah pulang aku
masih menunggu angkot tapi tiba tiba,"rhe,belum dapet angkot ? Mau ku
anterin pa ?"tanyanya, "ga ngerepotin k ?" kataku, "ga
koq,dari pada kamu g pulang" katanya lagi, "ok,k thnkx
ya..."jawabku, <br />
<br />
lalu aku membonceng di belakangnya,dengan tanganku sedikit memeluk pinggangnya
dan dadaku sedikit merapat ke punggungnya, <br />
<br />
lalu setelah beberapa menit berlalu, tiba tiba hujan datang dengan lebatnya
sehingga membuat kami berdua basah kuyup, lalu,"kita ke rumahku saja dulu
ya rhe",katanya, "terserah k sindhu aja" jawabku, <br />
<br />
lalu sesampainya kami di rumah k sindhu kulihat kalau kami sudah basah kuyup,
karena basah kuyup itu pakaian k sindhu melekat ke tubuhnya, dia benar benar
terlihat sexy seperti itu... <br />
<br />
Lalu dia pergi ke kamarnya untuk ganti baju dan meninggalkanku di ruang tamu
dengan duagelas susu hangat satu untuknya dan satu gelas untukku,untuk menghangatkan
badan katanya, <br />
<br />
lalu k sindhu keluar dari kamarnya dengan bertelanjang dada dan membawa dua
buah kaos di tanganya, <br />
<br />
tubuhnya memang tak seputih daniel radcliffe tapi dia benar benar sexy meskipun
ada sedikit lemak di perutnya, <br />
<br />
lalu di berikanya satu kaos yang dipegangnya ke aku,lalu dia sendiri memakai
kaos satunya lagi,"koq sepi k ?" tanyaku, "bonyok lagi
pergi,paling pulangnya besok lusa "jawabnya, lalu saat dia memakai
kaosnya,ketika tanganya terangkat,kedua ketiaknya terbuka lebar dan menampakkan
indahnya kedua ketiaknya... Lalu dia kembali ke kamarnya,katanya ingin ganti
celana, dilanda nafsu yang begitu besar aku mengendap endap masuk ke kamarnya,
ketika masuk kulihat k sindhu mulai melepas celana pramukanya, maka
terpampanglah celana dalam putihnya itu, lalu entah setan dari mana yang
merasukiku, tiba tiba aku memeluknya dari belakang dan segera menyumpal
mulutnya dengan saputangan putih tanpa renda yang selalu ku bawa ke mana mana,
lalu kedua tanganya kuikat jadi satu di belakang dengan tali pramuka yang ku
bawa di tasku,lalu ku bawa dia ke kasurnya, mukanya jadi merah padam, aku rasa
dia benar benar marah padaku(jelas lah !) lalu aku mulai mencoba membuka
bajunya,karena susah akhirnya kusobek saja bajunya dengan gunting yang ku
temukan di meja belajar k sindhu, k sindhu meronta ronta berusaha supaya aku
tidak membuatnya telanjang, tapi hal itu tak berarti apa apa, saat sudah ku
sobek memanjang pada bagian dadanya,terpampanglah dadanya yang ternyata
ditumbuhi bulu bulu halus yang membuatku langsung mendekatkan hidungku untuk
mencium bau nikmatnya,lalu aku mulai menjilati,mengecup,menyedot,memilin,dan
menghisap hisap kedua putingnya dan k sindhu hanya menggeram geram dan
melakukan perlawanan tak berarti, sebetulnya aku ingin merasakan ketiaknya,tapi
susah,karena terhimpit oleh tanganya yang terikat, lalu,aku membenamkan mukaku
di dadanya yang berambut cukup lebat itu dan ku hirup aroma yang sangat
menggugah nafsu yang keluar dari dadanya yang rambutnya basah karena keringat
itu,kemudian ciumanku kunaikan ke lehernya itu, hawa kamar yang menjadi panas
atau karena alasan lain membuat kami berdua mandi keringat, lalu sambil aku
menjilati lehernya yang berkeringat itu,tanganku mulai mengelus elus rambutnya
itu, <br />
<br />
lalu ku buka sumpal di mulutnya dan sebelum dia sempat berkata apa apa,aku
sudah mencium bibirnya yang menawan itu,ku masukan lidahku ke rongga
mulutnya,ku hisap hisap hingga k sindhu kesulitan bernafas hingga tersengal
sengal,lalu ku tarik mulutku dan kembali ku sumpal mulutnya, lalu aku turun ke
bawah dan mulai membuka CDnya dengan gunting tadi, dan k sindhu kembali meronta
ronta berusaha untuk menghalangi perbuatanku, namun akhirnya CD nya terbuka
juga, lalu sambil tanganku meraba raba pahanya yang cukup berbulu itu dengan
gerakan memijit,mulutku mulai menjilati kontolnya yang berukuran sekitar 19 cm
itu dengan diameter 5cm, ku jilat dari ujung kontolnya hingga buah pelirnya,ku
kulum buah pelirnya bergantian,lalu kembali ku jilat kontolnya dan kadang ku
kulum sebentar,lalu aku turun lagi ke bawah dan mencapai anusnya,ku jilat jilat
anusnya itu,lalu ku tusuk tusukkan lidahku,kemudian kumasukan jariku ke
dalamnya lalu kembali ku jilat anusnya,dan ku tusuk tusukkan lidahku ke dalam
anusnya, sehingga dari tadi k sindhu terus menerus mengerang keenakkan,
"Arrghhh...."erangnya, lalu aku kembali ke kontolnya dan
mengulumnya,aku sengaja memperlambat permainan ini supaya k sindhu tidak segera
keluar, lalu akhirnya,"Crrooott!!!" keluarlah pejuh kental putih
itu,dan langsung ku telan semuanya, <br />
<br />
kulihat k sindhu sudah kelelahan,terlihat dari nafasnya yang tak
beraturan,keringatnya yang bercucuran dan juga dari raut wajahnya, lalu ku buka
sumpal mulutnya supaya dia dapat mengatur nafasnya, lalu ku buka ikatanya dan
langsung ku angkat tanganya,begitu tanganya terangkat aku dapat melihat kedua
ketiaknya yang sangat indah itu, langsung ku cium bau nikmatnya,dan ku jilat
jilat ketiak yang sangat indah itu bergantian, lalu ciumanku kembali naik ke
bibirnya,ku masukan lidahku ke dalamnya dan dia membalasnya ! Lidah kami
bergelut hebat di dalam, lalu aku terkejut saat tiba tiba ada tangan yang
memelukku erat, aku baru ingat kalau aku sudah melepaskan ikatan pada tanganya,
lalu kurasakan kalau dia mengelus elus punggungku yang berkeringat sehingga
membuat kaos pinjaman k sindhu menempel ketat di badanku, lalu dia membalikkan
tubuhku,sehingga aku di bawah dan dia menindih tubuhku,lalu kurasakan kalau dia
mulai mencoba membuka bajuku, lalu kami melakukan french kiss lagi sampai
sekitar 10 menit, setelah bajuku terbuka,dia mulai menciumi leherku yang basah
oleh karena keringat,lalu mulai turun lagi ke arah dadaku,dijilatnya puting
susuku,sasanya benar benar nikmat,kemudian di hisap hisapnya puting susuku yang
membuatku mengerang nikmat sambil menjambak jambak kecil rambutnya yang
membuatku bernafsu itu, lalu jilatanya turun ke arah ketiakku yang membuat
eranganku semakin keras,di jilat jilatnya ketiakku itu, lalu tiba tiba,ciumanya
turun ke arah kontollku yang masih terbungkus oleh celana dalam dan celana
pramuka, lalu di bukanya celanaku di mulai dari sabukku lalu ke kaitan celanaku
dan akhirnya sletingku juga dibukanya,lalu celana pramukaku ditariknya ke arah
bawah,dan di lepaskanya dari tubuhku,lalu didekatkanya mukanya ke arah kontolku
yang masih tertutup celana dalam, ternyata dia sudah menemukan gunting tadi,
lalu di guntingnya CD ku itu, maka terpampanglah kontolku yang sudah ngaceng
penuh itu, dan terlihat mengkilap karena air maniku, lalu dijilatnya kontolku
pada daerah V hingga ujung kontolku, membuatku bergetar nikmat, lalu dia
kembali menjilati kontolku yang membuatku mengerang nikmat, lalu jilatannya
turun ke arah biji pelirku, dikulum kulumnya biji pelirku bergantian, nikmat
sekali rasanya, membuatku melayang layang, lalu jilatanya kembali turun ke arah
anusku di jilatnya anusku lalu di tusuk tusukkanya lidahnya ke dalam anusku,
sepertinya dia cepat belajar,pikirku, <br />
<br />
lalu kupikir dia mulai kehabisan ide,maka aku mengambil inisiatif untuk k
sindhu dapat mengentotku, lalu ku posisikan pantatku di atas kontol k sindhu
yang sudah ngaceng penuh lagi, lalu secara perlahan ku turunkan pantatku,ku
gesek gesekkan anusku ke kontol k sindhu yang besar itu,dan rasanya sangat
nikmat bagi kami berdua,karena kami berdua mengerang keras, lalu aku mulai
menurunkan pantatku lagi,dan,"plop" kepala kontolnya berhasil masuk
terasa sedikit nyeri di anusku, lalu aku menunggu sebentar untuk anusku dapat
beradaptasi, lalu aku mulai menurunkan lagi pantatku secara sangat sangat
perlahan, dan,"bless" kontolnya masuk semua ke dalam anusku yang
masih perawan dan sangat ketat itu, dan k sindhu mengerang hebat,mukanya yang
sedang mengerang itu membuat rasa sakitku itu hilang, lalu saat aku mulai
menaik turunkan pantatku itu,tanganku sibuk memainkan kedua puting susunya dan
di membalasnya dengan memainkan kedua puting susuku itu, lalu tubuhku menunduk
dan kami melakukan french kiss dan badanya dengan badanku benar benar menempel
jadi satu, kemudian setelah beberapa menit,k sindhu bilang kalau dia akan
segera keluar dan dia mengocok kontolku itu dengan buasnya,hingga aku keluar
dulu dan pejuhku mengenai dadanya,lalu dia juga keluar di dalam tubuhku, lalu
aku ambruk ke dadanya karena kelelahan dan kamipun tertidur bertindihan,
rasanya benar benar nyaman, <br />
<br />
lalu saat aku terbangun,waktu sudah menunjukan pukul 1 pagi, dan perutku terasa
lapar, ku lihat kalau k sindhu masih tertidur di sebelahku,mungkin karena
kecapekan,tpi wajahnya yang sedang tidur itu benar benar cute dan membuatku
mencium keningnya dan tanganku mengelus elus tubuh sexynya itu,lalu kupakaikan
di selimut karena hawa yang kurasa cukup dingin dan aku mencari piama milik k
sindhu di lemari pakaianya dan memakainya,lalu aku pergi ke dapur dan membuat 2
mie instan,setelah jadi sebetulnya aku mau ngocok di atas mienya tapi aku takut
kalau nggak ilok,akhirnya 2 mie instan siap di nikmati, lalu aku kembali ke
kamar k sindhu,ku kecup dahinya,dia mulai agak bangun,lalu langsung ku kecup
bibirnya, akhirnya matanya terbuka juga dan aku berkata,"makan dulu yuk
k,biar bisa tarung lagi", "iy,rhe,kamu emank pinter,kuat di ranjang
lagi"pujinya, lalu kami menikmati mie instan buatanku, setelah cukup
istirahat kami kembali ke kamar dan bersiap siap melakukan ronde yang kedua dan
di awali dengan french kiss... </span>hari putrahttp://www.blogger.com/profile/07769461846416848133noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7864063312826976056.post-17539191534984305672013-01-09T20:50:00.001-08:002013-02-12T01:03:12.020-08:00 kuli-kuli bangunan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgz03U_sKTrkU5ULO8OwoVIKNscWLdLTJVQ56IRh5m_L29SCxipPquFJZvhEsE-CxJtTn3ecVC-LbUerF9vkWc7yBs5rE0T-lEqICAj6BQDTevFL-LGJoIojqGnUJA3AwR1Eyo7S5rTi967/s1600/g9.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgz03U_sKTrkU5ULO8OwoVIKNscWLdLTJVQ56IRh5m_L29SCxipPquFJZvhEsE-CxJtTn3ecVC-LbUerF9vkWc7yBs5rE0T-lEqICAj6BQDTevFL-LGJoIojqGnUJA3AwR1Eyo7S5rTi967/s1600/g9.jpg" /></a></div>
<span style="color: red; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Rumah oom gwe yang jaraknya nggak jauh dari rumah
gwe dijual dan oleh pembeli barunya dibangun baru untuk dibikin menjadi Ruko.
Pembeli itu menyewa pemborong yang membawa beberapa kuli untuk membangun rumah
itu. Setiap pulang atau pergi kerja gwe pasti ngelewatin rumah itu dan ada satu
orang kuli yang menarik perhatian gwe. <br />
<br />
Mukanya lumayan, seperti yang sering muncul di iklan L men yang di boat itu.
bodynya oke hasil dari kerja keras segh sepertinya. <br />
<br />
Hari itu gwe pulang kerja udah jam sebelas malam dan daerah rumah gwe udah
sepi. Pas gwe lewat di depan ruko yang udah setengah jadi itu gwe liat si kuli
lelaki itu sedang jongkok sambil ngerokok seorang diri di depan pintu dari seng
yang dibuat ala kadarnya. Hmm!! Naluri kesekongan gwe muncul dan bertekad malam
ini gwe harus mendapatkan kontolnya untuk gwe nikmatin. Lalu dengan pd gwe
menghampiri si kuli itu. <br />
<br />
“sendiri ajah mas,” sapa gwe membuka percakapan. <br />
<br />
“iya,” jawabnya sambil menatap gwe heran. Pasti dalam hatinya dia pikir siapa
gwe yang sksd ini. <br />
<br />
“ini dulu rumah oom saya mas. Saya sering main di rumah ini waktu kecil,” kata
gwe. <br />
<br />
“ohh! Banyak kenangan ya?” katanya lagi. <br />
<br />
“boleh saya masuk mas? Pingin liat sebelum benar benar jadi dan berubah bentuk
jadi ruko,” kata gwe bertanya. <br />
<br />
“boleh ajah segh,” jawabnya lagi sambil membuka pintu seng itu. <br />
<br />
Di dalam sepertinya sepi, bedeng tempat biasa mereka pada tidur tampak kosong.
hmm! <br />
<br />
“yang lain pada kemana mas?” tanya gwe lagi. <br />
<br />
“panggil ajah saya Dimas,” kata Dimas memberi tahu namanya. “Yang lain lagi
pada keluar. Biasa lah katanya pada nyari angina,” <br />
<br />
“saya Ganny,” jawab gwe. “kok mas dimas nggak ikut?” <br />
<br />
“males,” jawabnya singkat. <br />
<br />
Gwe sama Dimas lalu masuk ke dalam bangunan itu dan kita lalu naik sampai ke
lantai 3. <br />
<br />
“disini dulu kamar saya kalo saya lagi nginep,” kata gwe saat berada disudut
dalam bangunan itu yang hanya diterangi lampu pijar. Gwe terkejut karena tau
tau Dimas udah ada dibelakang gwe dan seperti sengaja menyundulkan bagian depan
selangkangannya ke pantat gwe. <br />
<br />
“ngapain mas?” tanya gwe. Jantung gwe berdegup kencang. Gwe ngerasa kalo gwe
akan mendapatkan apa yang gwe inginkan tanpa mengeluarkan usaha yang keras. <br />
<br />
“gwe suka liat kalo loe lewat pasti ngelongok ke arah sini dan gwe punya
perasaan kalo yang pengen loe liat bukan rumahnya, tapi yang lagi kerjain
rumahnya,” bisik Dimas di telinga gwe. <br />
<br />
Gwe lalu berbalik dan berhadapan dengan Dimas lalu tangan kanan gwe mulai
meraba raba selangkangan depan Dimas. “Jadi loe nggak keberatan dong kalo gwe
sepong?” kata gwe dengan pelan. <br />
<br />
“boleh ajah. Daripada gwe nyari perek musti bayar. Asal loe nggak minta gwe
isep balik, gwe pasrah ajah mau loe apain,” kata Dimas. <br />
<br />
Tanpa banyak bicara lagi, gwe langsung jongkok di depan Dimas dan membuka
resleting jeans belel yang dipakai Dimas. Begitu resleting terbuka, kontol
Dimas langsung mencuat keluar. Ia tak memakai celana dalam. Gwe menurunkan
jeansnya Dimas dan lalu gwe mulai mengocok lembut kontol Dimas yang masih
lunglai. <br />
<br />
Pelan tapi pasti, kontol itu mulai bangkit. Sementara batang kontolnya tetep
gwe kocok dengan pelan, mulut gwe sibuk mengemut dan menjilati kepala kontol
Dimas yang berwarna pink merekah. <br />
<br />
“hmmm yeaahhhhh hmmmmm iseeeppppp oohhhhhhh,” Dimas meracau nikmat dengan
kontolnya di mulut gwe. <br />
<br />
Mulut gwe sekarang mengisap kontol Dimas seperti vaccum cleaner. Dimas terus
meracau dan mendesah nikmat kontolnya keluar masuk mulut gwe. <br />
<br />
Gwe nggak hanya mengisap kontol jantan itu, gwe jilat sekujur batang nikmat
itu. gwe gigit gigit lembut. Kedua bijinya juga nggak luput dari sapuan lidah
gwe. Sambil bergantian mengemut kedua bijinya kontolnya gwe kocok kocok dengan
tangan gwe. <br />
<br />
“mas!! Ngentotin gwe mau dong?” tanya gwe sambil mengocok dan menjilat kontol
Dimas itu. <br />
<br />
“hayoo ajah,” kata Dimas. “yuk pindah ke bedeng,” <br />
<br />
kit a lalu turun dan langsung menuju bedeng. Begitu masuk ke dalam, gwe
menyuruh Dimas untuk telanjang dan gwe juga melakukan hal yang sama. Sebelum
Dimas mengentot gwe, sekali lagi gwe mengemut kontol jantan itu. gwe mengambil
kondom dari kantong celana gwe dan memasangkannya ke kontol Dimas. <br />
<br />
Gwe lalu mengambil posisi nungging di atas kasur dan Dimas di belakang gwe
mulai memasukan kontonya ke lobang pantat gwe. <br />
<br />
“ooohhhh rapet bangett! Enakkk” desah Dimas saat kepala kontolnya menembus
lobang pantat gwe. <br />
<br />
“sodok yang dalem mass,” kata gwe sambil mengernyit nahan sakit akibat sodokan
kontol super Dimas. <br />
<br />
Pelan tapi pasti kontol Dimas mulai masuk semuanya ke dalam lobang pantat gwe.
Dan lalu kontol itu mulai leluasa keluar masuk lobang pantat gwe. Sakit awalnya
kemudian beralih menjadi nikmat setelah lobang pantat gwe terbiasa menerima sodokan
kontol Dimas. <br />
<br />
Desahan nikmat keluar dari mulut kami berdua. Posisi berganti, sekarang gwe
diatas menduduki kontol Dimas yang terlentang dibawah gwe. <br />
<br />
“Gannyy! Gwe mau keluaaarr!! Ooohhhhhhhhhhhhhh NGEEENNTTTTOOOTTTT
AHHHHHHHHHHH,” Dimas memuncratkan pejunya didalam lobang pantat gwe. Kondom
yang membungkus kontolnya serasa menggelembung di dalam lobang gwe karena penuh
sama pejuhnya Dimas. <br />
<br />
Setelah keluar dan kontolnya melemas, gwe tetap duduk sambil membelai perut
sixpacknya dan dada bidang Dimas. <br />
<br />
“suka mas?” tanya gwe? <br />
<br />
“boleh juga negh kalo gwe lage sange ngentotin loe. Daripada nyari perek musti
bayar,” kata Dimas <br />
<br />
“kalo lagi pengen telpon gwe ajah mas, gwe pasti siap deh,” kata gwe <br />
<br />
pintu bedeng terbuka dan lima orang kuli teman Dimas terkejut ngeliat kita
bedua. <br />
<br />
“buseddd ngapain loe dim?” tanya salah seorang kuli <br />
<br />
“nih abis ngentot sama homo chubby ini,” kata Dimas. <br />
<br />
“nggak nyangka loe doyan cowok juga,” kata kuli yang satu lagi. “lo homo juga
dim?” <br />
<br />
“nggak! Enak ajah! Tapi daripada bayar perek, lobang ini homo lebih mantep coy!
Isepannya apa lagi,” kata Dimas. <br />
<br />
“bener lu?” <br />
<br />
“coba ajah kalo loe mau,” kata Dimas. <br />
<br />
“heh! Loe mau nggak sepongin kontol gwe?” tanya salah seorang kuli <br />
<br />
gwe mendesah. It’s gonna be a long nite!!! Dan gwe mulai menyepong kontol kuli
itu . . . .</span>hari putrahttp://www.blogger.com/profile/07769461846416848133noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7864063312826976056.post-81124491320325886072013-01-09T20:46:00.000-08:002013-02-12T01:03:12.042-08:00Perfect Line <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRkr7SjAiPIEMAIa_XbQQN7g8OC43DSFIMw462BuzH7XKBKoZzpbZNolK6VjC65TKcsLlTh_N2Q-IJn7Zit1Pg4lDdD08Xw2yAlPq9daQiPDB0q9HDd-fjCZ_dSIVqRquzOypkfxAnJbcv/s1600/g8.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRkr7SjAiPIEMAIa_XbQQN7g8OC43DSFIMw462BuzH7XKBKoZzpbZNolK6VjC65TKcsLlTh_N2Q-IJn7Zit1Pg4lDdD08Xw2yAlPq9daQiPDB0q9HDd-fjCZ_dSIVqRquzOypkfxAnJbcv/s1600/g8.jpg" /></a></div>
Hidup sebagian besar orang, bisa diumpamakan dengan sebuah garis
lurus. Mereka selalu mempunyai kenangan yang lurus, utuh, tanpa
terputus. Saat bahagia yang menghampiri, atau kesedihan yang datang
tanpa ketukan. Mereka selalu mengingatnya kejadian-kejadian itu.<br />
<br />
Mereka perlu bersyukur, karena hidupku adalah sebuah garis yang tak
sempurna. Garis yang terputus-putus. Aku sendiri tak pernah tahu...
ketika aku bahagia, ketika aku sedih, bahkan ketika aku kaget, yang
kuingat hanyalah sebuah bayangan hitam kelam. Benar-benar ingatan yang
tak pernah utuh, bagaikan ember bocor yang diisi oleh Air.<br />
<br />
Kata Pria berjaz putih dengan gelar dr, aku terjangkit
penyakit Narcolepsy. Ketika emosi datang menghampiriku, tubuhku tak
bisa menerimanya... Aku kehilangan moment yang sangat penting dalam
hidupku karena ketika aku sedang bahagia, maupun sedih... Aku terlelap
dalam mimpiku. Butuh waktu lebih dari 20 jam untuk bisa bangun
kembali dalam dunia nyata, dan pada akhirnya... Kenangan yang ingin
kubuat sempurna, menjadi putus. Hanya ada awal dan akhir, tak ada
pertengahan.<br />
<br />
Ayahku pernah mengatakan sesuatu, ketidak tahuan adalah suatu bentuk
lindungan tuhan. Supaya hati tak perlu bekerja ekstra keras. Tapi, aku
tak percaya kata ayahku. Karena aku mengerti rasanya dipermainkan
oleh hidup, saat aku tak tahu apa-apa. Dan aku tak pernah bisa
berbuat apapun untuk melawannya.<br />
<br />
Aku hanyalah seorang lelaki, yang tak pernah ditakdirkan untuk memiliki garis yang utuh.<br />
<br />
Awalnya aku berpikir begitu, tapi kini semuanya berbeda. Ketika aku
bertemu dengannya. Dia selalu melewati ruangan kelasku, bersama dengan
teman-temannya. Dia, adalah seorang lelaki yang umurnya lebih tua
satu tahun dariku. Tubuhnya tinggi, wajahnya pun tampan, pantas saja
jika semua orang mau berteman dengannya.<br />
<br />
Aku selalu iri dengannya. Aku selalu takjub melihatnya. Dan mataku
tak pernah teralihkan lagi dari sosoknya. Dari ruangan kelas yang tak
besar ini, aku selalu melihatnya dari jendela... yang tengah asik
mengobrol bersama teman-temannya. Dan tanpa sadar, tangan inipun...
melukiskan sosoknya yang tampan diatas kertas buku tulisku.<br />
<br />
Disaat aku ingin meliriknya lagi, dia sudah tak ada didepan kelasku.
Kemana dia? Setelah aku menolehkan kepalaku ke depan kelas... Dia
sudah memasuki kelasku. Sebisa mungkin aku ingin menenangkan diriku.
Ku masukkan buku tulisku ke dalam tas, sebelum dia melewati mejaku.<br />
<br />
Sial... kenapa jantungku tak mau berhenti berdetak? Aku gak mau terlelap sekarang... Aku.....Aku...<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
_______________________________</div>
"Kau sudah sadar?" tanya seorang perempuan yang tengah duduk disampingku. Ah, ternyata dia...<br />
<br />
"Aku sudah dirumah ya? Berapa jam aku tertidur?" tanyaku sambil
menatap langit-langit kamarku. Perempuan itu menghembuskan nafas
kecilnya.<br />
<br />
"Hanya 11 jam, gak sampai 20 jam kok," ujar gadis itu sambil
memberiku segelas air putih. "Lagian kamu kenapa bisa tertidur di
sekolah sih? Gak biasanya...." sambung gadis itu dengan menatapku
curiga.<br />
<br />
Aku hanya bisa terdiam sambil meneguk air mineral yang diberikan oleh
sahabatku. Aku memang ceroboh, gak seharusnya aku tertidur ketika
aku berada di sekolah.<br />
<br />
"Eh ya, barusan aku membeli sesuatu... ini untukmu," ucap gadis itu
sambil tersenyum dan memberiku sebuah kotak yang dibungkus dengan
rapih. "Handycame untukmu, biar kamu tak melewatkan moment penting
lagi."<br />
<br />
Aku tersenyum lebar meraih benda tersebut. Akhirnya, kutemukan tempat
lain untuk menyimpan memoriku. Akupun tak sabar untuk menanti hari
esok.<br />
<br />
Keesokan harinya, tepatnya pada hari minggu pagi. Aku berjalan-jalan
disebuah taman hanya untuk sekedar refreshing, sambil
mencoba Handycameku ini. Tapi ketika aku sedang berjalan dengan
santainya, datanglah sebuah motor yang menyelip dari sebelahku, dan
membuatku kaget. Tanpa sadar, aku terjatuh dan terlelap dijalanan.<br />
..............<br />
..............<br />
..............<br />
"Hei! Hei, kamu! Bangun! Woi, masih hidup kan!?"<br />
<br />
uurgh... S-siapa? Aku pernah mendengar suara ini... tapi dimana ya?
Dengan perlahan, kubuka kedua kelopak mataku. Dan terlihalah seorang
lelaki tampan yang sering kupuja... Nggak, aku gak boleh kaget. Aku
tak mau tertidur lagi. Ah ya... Handycameku.... dimana?<br />
<br />
"Akhirnya bangun juga, bener-bener bikin takut aja deh! Oh ya, ini
Handycame kamu kan?" tanya lelaki itu sambil memberikan sebuah
Handycame padaku. Tanpa bicara, aku mengambil Handycameku dari
tangannya.<br />
<br />
"Berapa lama aku tertidur?" tanyaku tanpa menatapnya.<br />
<br />
"Hah!? Jadi kamu tidur!? Dipinggiran jalan gitu!?" sentaknya dengan
suara yang keras. Lho? Kenapa aku gak tertidur? Biasanya aku tertidur
mendengar suara yang keras,tapi ini....<br />
<br />
"Uhm, kamu tidurnya cuman tiga puluh menit kok... Lama banget kamu
tidur dijalanan." ujar lelaki disebelahku dengan nada penasaran.
Lagi-lagi aku hanya bisa terdiam, dan bingung. Kenapa bisa secepat itu
aku bangun? Biasanya butuh waktu dua puluh jam aku kembali kedunia
nyata. Sebenarnya... Aku ini kenapa?<br />
<br />
Semenjak hari itu, Aku dan Reza, lelaki tampan itu, sering melewatkan
waktu bersama untuk mengunjungi tempat-tempat yang indah. Ternyata
aku dan Reza semakin dekat karena hobby kita yang sama, yaitu art and
traveling. Semenjak berteman dengan Reza, aku juga jarang sekali
terlelap, sekalipun terlelap mungkin aku akan kembali bangun dengan
cepat. Reza juga telah mengetahui penyakitku, dan dia rela membawakan
Handycameku untuk merekamku. Sahabatku yang bernama Detania, dia
juga bersyukur dengan keberadaan Reza yang semakin membuatku menjadi
lebih membaik.<br />
<br />
Aku kira semuanya akan baik-baik saja. Aku kira aku bakal sembuh dari penyakit ini... tapi....<br />
Ketika aku menyadari perasaanku ke Reza, Aku tak bisa tinggal diam
saja. Mumpung aku masih bisa bernafas di dunia ini... Aku ingin
mengungkapkan semua perasaanku pada Reza.<br />
<br />
Dihari kelulusan tiba, aku berbicara empat mata dibelakang sekolah,
tepatnya di taman sekolah... Tempat dimana kami selalu bisa bersantai
bersama pada waktu istirahat. Aku menaruh Handycameku diatas meja
taman, dan kututupi dengan jaketku agar tak terlalu kelihatan. Aku
yakin, aku pasti tertidur ketika aku mengatakan perasaanku ini.
Makanya, aku mempersiapkan Handycameku.<br />
<br />
"Ezhar... Ada yang ingin kau bicarakan denganku?" tegur seorang
lelaki yang sangat aku kagumi. Sosoknya semakin terlihat tampan dengan
stelan jaz hitamnya... Benar-benar sesosok lelaki idaman.<br />
"Reza...." tegurku dengan suara yang nyaris tak terdengar karena
hembusan angin yang kencang. Kulangkahkan kakiku agar mempertipis
jarakku dengan Reza. Kuraih tangan kanannya yang selalu melindungiku
itu. Dan kugenggam tangannya dengan kedua tanganku.<br />
<br />
"Terima kasih, atas semua yang telah kau lakukan untukku...." ujarku
dengan nada yang sedikit bergetar. Walaupun jantungku sudah berdetak
dengan cepat, kuberanikan diri untuk menatap kedua bola mata onyx
miliknya. "Maaf... Aku mencintaimu."<br />
<br />
Setelah itu, aku tak mengingat apapun lagi. Pandanganku menjadi
gelap. Suara yang terakhir kali kudengar, adalah suara miliknya yang
tengah teriak memanggil namaku.<br />
<br />
Ah... Apakah aku sudah terlelap? Kalau ya... Mungkin ini adalah
ending yang paling membahagiakan untukku. Akhirnya, aku bisa mempunyai
garis lurus yang sempurna... tanpa ada yang terputus. Haha...
hahaha, akhirnya aku berhasil menjadi seperti yang lainnya. Hah...
aku lelah. Aku ingin beristirahat... Selamat malam.<br />
<div style="text-align: center;">
<b>________________________</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>8 Tahun Kemudian.......</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>________________________</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>~Author's POV~</b></div>
<br />
Diruangan yang sederhana namun nyaman ini, terdapat dua orang lelaki
dan seorang wanita yang tengah diancam kesunyian. Lelaki pertama
bertubuh tegap, dia sedang duduk sambil menggenggam tangan lelaki
kedua yang tengah terbaring lemah disampingnya. Sedangkan
Wanitanya... Dia hanya berdiri mematung disebelah lelaki pertama.<br />
<br />
"Sudahlah, Rez. Kau harus merelakan kepergiannya," ujar Wanita itu
sambil menepuk bahu Pria disebelahnya. Sang Pria yang bernama Reza itu
hanya tersenyum tipis.<br />
<br />
"Dia belum pergi, Detania. Dia tak boleh pergi begitu saja..." balas
Reza dengan suara beratnya. "Lagipula, dia belum mendengar perasaanku.
Curang sekali kan?"<br />
<br />
Wanita karir yang bernama Detania itu kembali tersenyum. Dia tahu
kalau kedua sahabatnya itu memiliki perasaan yang sama. Detania juga
selalu berusaha untuk membangunkan sahabatnya yang tengah tertidur
lelap selama delapan tahun lamanya. Pihak rumah sakit bilang, kalau
Ezhar terlalu memaksakkan dirinya untuk terus melawan penyakitnya. Dan
pada akhirnya, ketika dia sudah melewati batasnya... Ezhar merasa
lelah dan kemungkinan besar dia tak akan pernah bangun lagi dari tidur
lelapnya. Meskipun begitu, Detania dan Reza selalu setia menantikan
Ezhar untuk kembali membuka kedua matanya.<br />
<br />
Takdir Ezhar hanya ada dua jalan. Pertama, Ezhar tak akan pernah
bangun kembali. Kedua, Ezhar bangun... akan tetapi ia terancam terkena
Amnesia.<br />
<br />
"Walaupun dia Amnesia... Kita masih punya ini kan?" ujar Reza sambil
memegang sebuah Handycame ditangannya. "Benda ini adalah tempat dimana
dia bisa melengkapi garis kenangannya, tanpa ada yang terputus. Dia
pasti akan mengingatnya, dia pasti akan bangun dari tidurnya... Ya
kan?" sambung Reza sambil tetap mengelus kedua tangan milik Ezhar.<br />
<br />
Wanita itu tersenyum menatap kedua sahabat masa SMA nya. Sebenarnya,
mereka telah membuat sebuah garis yang sempurna nan indah. Namun
Wanita itu yakin, ketika sang pangeran tidur telah berhasil melawan
kutukannya... Dia, dan seseorang yang dicintainya, akan membuat garis
baru yang tak kalah sempurnanya dengan garis yang dulu pernah
dibuatnya, bahkan lebih indah dari sebelumnya.<br />
<br />
Detania melangkahkan kakinya menuju Ezhar, sahabatnya. Dia menundukkan badannya dan berbisik kecil ditelinga sahabatnya itu.<br />
<br />
"Bangunlah, sang pangeran tengah menunggumu."hari putrahttp://www.blogger.com/profile/07769461846416848133noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7864063312826976056.post-34508320549250761962013-01-09T20:43:00.001-08:002013-02-12T01:03:12.026-08:00Pak Dosenku Bagian 3<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyxV8790UtL62ctjTsNSYdgm3UDMVLq29xozF9K056tkCHJsyIVu08kiyYc4UvySz2r55_7btQ6WaLQYgnpRodvlQtphScwYZo_zQ2HLFBpuz_DXixbhpfj1zlqBHsm7vK39WjH8gmTQXD/s1600/g7.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyxV8790UtL62ctjTsNSYdgm3UDMVLq29xozF9K056tkCHJsyIVu08kiyYc4UvySz2r55_7btQ6WaLQYgnpRodvlQtphScwYZo_zQ2HLFBpuz_DXixbhpfj1zlqBHsm7vK39WjH8gmTQXD/s1600/g7.jpg" /></a></div>
Hari demi saya lalui di kampus dengan biasa, tidak ada yang berubah...
Saya tetap mahasiswa biasa... tidak menonjol dan tidak terbelakang...
hubungan saya dengan pak dosenpun nyaris biasa saja di kampus, walaupun
kami berdua makin lengket dalam hubungan sejenis...<br />
Setelah hubungan kami berdua terbuka dan saling mengetahui satu sama
lainnya, kini pak dosenpun secara terbuka mengungkapkan keinginanya
tanpa malu2...<br />
Hari demi hari kami lalui, hampir 2 bulan sudah dan kami sering kali
melakukan hubungan percintaan sejenis, kami hampir 1 minggu sekali
melakukannya, kami selalu melakukannya ditempat praktek pak dosen, saya
sudah tdk pernah lagi menginap di rumah pak dosen, karena istri dan
anaknya ada dirumah, pak dosen dan sayapun tdk berani mengambil risiko
untuk bercinta dirmh beliau karena kalau ketahuan istrinya pasti akan
timbul masalah besar, jadi kami memutuskan utk melakukan di tempat
prakteknya saya, walaupun percintaan kami ditempat praktek kurang begitu
leluasa dan kurang bebas, tapi apalah daya, sebab cuma itulah satu2nya
tempat dimana kami bisa bercumbu...<br />
Ternyata bercinta di tempat praktek kurang enak juga menurut pak dosen,
akhirnya pak dosen mempunyai inisiatif cemerlang dengan menyuruh saya
pindah dari tempat kost lama, karena di tempat kost lama saya hanya sewa
satu kamar dan di tempat kost saya sangat banyak mahasiswa FK lain yang
satu kost dengan saya, akhirnya pak dosen menyewakan satu buah rumah
kecil buat saya type 36 dengan 2 kamar tidur, satu ruang tamu, satu
kamar mandi dan satu dapur, saya disuruh pindah ke kontrakan rmh sendiri
dengan tujuan pak dosen dapat dengan leluasa mengunjungi saya dan kami
dapat dengan leluasa bercinta dan melakukan hubungan seks...<br />
Pak dosen menyewakan rumah buat saya jauh dari kost2an anak2 kampus pada
umumnya, sebab kalau masih dilingkungan kampus bakal diketahui oleh
mahasiwa lain kalau pak dosen sering berkunjung dirumah saya...<br />
Setelah semuanya beres, saya pindahan kost ke kontrakan yang disewakan pak dosen utk saya...<br />
Setelah selesai berberes2... rumahpun sudah siap utk saya tempati...<br />
Pak dosen mulai mengunjungi saya setiap hari... Tetapi tetap saja beliau
tidak bisa menginap dirumah saya karena istri dan anaknya ada dirmh,
dan sulit utk mencari alasan mengapa tdk pulang ke rumah..<br />
Akhirnya pak dosenpun ke rumah saya setiap sore hari sebelum ke tempat prektek dan kadang2 malam hari setelah selesai prektek..<br />
Sore itu pukul 14.00 saya sudah selesai mata kuliah hari ini, saya
pulang kerumah... dan pak dosenpun sudah tdk ada jadwal kuliah lagi...
terdengar suara mobil pak dosen parkir didepan rmh, sayapun langsung
bergegas membuka pintu, seperti layaknya seorang istri simpanan, sayapun
langsung memberikan minum air mineral dingin buat sang suami
simpanan... hehehehehe<br />
Tanpa buang waktu dan basa-basi, setelah menegak air mineral yang saya
suguhkan, pak dosenpun langsung mengajak saya masuk kamar dan langsung
melumat bibir saya, sayapun membalas lumatan bibirnya... kami perciuman
bibir selama hampir 5 menit kemudian bibir pak dosen mulai menyapu leher
dan telinga saya, digerayanginya tubuh saya dan dilepasnya kancing baju
saya satu demi satu dan akhirnya kami berdua cuma memakai celana dalam
saja, pak dosen memeluk saya dari belakang, tangan kirinya memegang
penis saya sambil dielus2, tangan kananya memegang dan memelitir2 puting
susu saya, bibirnya melumat leher saya, saya merintih2 menahan geli
nikmat... terasa penisnya dia gesek2kan ke pantat saya... akhirnya dia
balikkan badan saya dan kami berhadapan dan kemudian saling melumat
bibir kami, pak dosen menjilati seluruh tubuh saya dari atas hingga
bawah dan dia menciumi penis saya yang masih terbungkus celana dalam,
dibukanya celana dalam saya dan keluarnya batang penis saya yang sudah
menegang dari tadi, tampak cairan prekulum diujung penis saya, pak
dosenpun langsung menjilatinya, kembali pak dosen mengulum penis saya
entah untuk yang keberapa kalinya, dihisapnya penis saya, diurutnya
penis saya dengan pijatan2 bibirnya, saya pun mengelinjang2 kenimatan,
kemudian diapun membuka celaan dalamnya dan saya pun dengan segera
mengulum penis pak dosen, kami melakukannya secara gantian saling
mengulum penis, akhirnya pak dosen merebahkan tubuh saya diatas tempat
tidur, dia jilatin penis dan selangkangan saya, dan terakhir, lidahnya
menjilati lubang pantat saya, lubang pantat saya dikelilingi bulu2 halus
dan sedikit agak lebat, dia mencoba memasukkan ujung lidahnya kedalam
lubang pantat saya, saya mengejan seperti hendah buang air besar supaya
ujung lidah pak dosen bisa masuk sedikit kedalam lubanag pantat saya,
akhirnya setelah ujung lidahnya masuk, sayapun menjepit ujung lidah pak
dosen dengan pantat saya, selama 10 menit dijitatinya pantat saya,
sayapun mengerang2 menahan geli2 nikmat, akhirnya kami bertukar posisi,
pak dosen meminta saya menjilati lubang pantatnya, sayapun mulai
menciumi pantat pak dosen dan menjilati lubang pantatnya juga, pak dosen
mengerang2 dan meminta saya memasukkan penis saya ke dalam lubang
pantatnya, permainan ini belum pernah kami lakukan sebelumnya, kami
selama ini hanya sebatas oral dan saling telan sperma, saya kaget ketika
pak dosen semakin melenguh dan meminta saya memasukkan penis saya ke
lubang pantatnya, akhirnya karena sudah kesetanana dan kami sudah saling
kenal lama, sayapun tdk ragu2 utk memasukkan penis say ke dalam lubang
pantat pak dosen, saya pun membuka selangkangan pak dosen lebar2,
tampaklah disitu lubang pantat pak dosen yang berdenyut2 dikelilingi
rambut dan lubang pantat pak dosen berwarna kemerahan, dengan
melumasinya dengan ludah saya ke lubang pantatnya dahulu, kemudian saya
memasukkan penis saya, oookkkhhhhhhh ternyata lubang pantat pak dosen
sangat sempit, sepertinya lubang pantat ini belum pernah dimasukin
penis, dan betul saja, setelah melihat saya kesulitan memasukan penis
saya ke lubang pantatnya, pak dosenpun berkomentar, sulita ya rif
masukkya? tanya pak dosen, sayapun menjawab iya pak, sebab lubang pantat
bapak sempit sekali pak... ya iyalah rif, lubang pantat saya kan masih
perawan, dan kamulah orang yang akan merengut keperawanann lubang pantat
saya, ya sudah kamu tambahkan pelumasnya, kamu lumuri lubang saya
dengan air ludah kamau lagi nanti saya akan hisap dan lumuri juga penis
kamu dengan ludah saya, setelah itu saya mencobanya lagi, sedikit demi
sedikit penis saya dapat masuk, sekaranag gland penis saya sudah masuk
ke dalam lubang pantat pak dosean, pak dosen ternyata mengeluh sakit,
dan meminta saya memasukkan penis secara perlahan2 dan bertahap. Rif,
masukkan penis kamu pelan2 dan jangan langung semuanya, suapaya pantat
saya melakukan akomodasi dahulu, pelan pelan kamu masukkan dan bertahap,
sambil kamu goyang maju mundur sedikit sedikit, saya pun menuruti dan
melakukan trik anal seks seperti yang dikatakan pak dosen, ternyata
setelah 20 menit saya mencobanya perlahan2 akhirnya bluzzzzzz......
masuklah seluruh penis saya ke dalam lubang pantatnya hingga bulu jemput
saya bergesekan dengan bulu2 disekitar lubang pantat pak dosen, pak
dosen memenjamkan mata, tampak air matanya menetes, pak dosen bilang
sakit rif, sakit sekali... Entah mengapa pada saat itu saya tidak
menghiraukan pak dosen yang sedang kesakitan karena lubang pantatnya
saya tusuk... Saya pun mulai mengoyang dan memajumundurkan penis saya ke
dalam lubang pantat pak dosen... Pak dosen terus memejamkan mata dan
bilang sakit, saya makin kesurupan karena merasakan kenikmatan lubang
pantat pak dosen,. Sayapun makin meningkatkan irama maju mundur penis
saya sesekali saya tarik hingga hanya gand penis saja yang didalam
lubang pantat dan kembali saya masukkan dalam-dalam, selama kurang lebih
10 menit saya memompa lubang pantat pak dosen, terasa oleh saya sudah
tdk sempit lagi, pantat pak dosen terasa pas, tidak sempit dan tidak
longgar. saya terus memompanya, dan kini suara tangisan pak dosean pun
berupah menjadi suara desahan, pak dosen terus mendesah ketika saya
memonpa maju mundur penis saya kedalam lubang pantatnya, kini pak dosen
sudah tidak merasakan sakit lagi, pak dosean bilang nikmat sekali
disodomi, nikmat sekali rif, terus rif terus rif masukkan penis kamu
dalam dalam rif... saya pun terus memompa penis saya,,sekekali pak dosen
mengkerutkan pantatnya dan sangat terasa penis saya bagaikan digigit
dan dijepit oleh lubang pantat pak dosen, kami saling mendesah menahan
nikmat yang tiada tara, akhirnya pak dosenpun memita posisis lain, dia
tetap di tempat tidur dengan tidur tengkurap, pantatnya tepat diujung
ranjang, kakinya di lantai, saya berdiri tegak dibelakangnya dan dengan
gesit saya membuka belahan pantat pak dosen dan memasukkan penis saya
kembali, kali ini saya menganal pak dosen dari belakang, dia menjerit2
menaha nikmat, saya pun terus memonpanya hinga dalam2 majumundur. <br />
Setelah itu saya diminta untuk tidur diatas tempat tidur, kemudian pak
dosen duduk diatas penis saya, dimasukkan nya penis saya ke dalam lubang
pantatnya sambil duduk, kemudian pak dosen mengoyang pantatnya dan naik
turun - naik turun, sayapun kejang-kejang menahan nikmat, kemudian pak
dosen duduk diatas penis saya sambil membelakangi saya.... Terus pak
terus pak terus pak rintihan itu keluare dari bibir saya ketika pak
dosen menaik-turunkan pantatnya, penis saya makin berdenyut dan makin
tegang, saya berusaha bangkit dari tidur dan dalam posisi duduk saya
peluk pak dosen dari belakaag dengan masih menancap penis saya didalam
lubang pantat pak dosen, saya memeluk dari belaknag dan menusukkan penis
saya dalam2... kemudian pak dosen saya suruh tengkurap. Saya
menindihnya dari belakang dan menggoyang2 pantat dan memajumundurkan
penis ke dalam pantatnya... Sambil terus meraung raung saya terus
memompa pantat pak dosen , pak dosenpun semikin kuat teriakannya dan dia
menjepit penis saya dengan pantatnya kuat2 dan ternyata sperma nya
sudah mau keluar, penis saya terasa dijepit kuat olehnya, kakinya
menegang... akhirnya dia pun mengeluarkan spermanya.... Akkkhhhhhhhh
akkkhhhhhhhhh teriakan dari pak dosen ketika spermanya muncrat diatas
tempat tidur saya, sayapun tetap berusaha memompa pantatnya yang semakin
menjepit penis saya, sayapun terasa hendak keluar... Akhirnya saya
terus majumundurkan penis saya dan terasa sudah di ujung penis sperma
saya, dan saya pun menusukkan penis saya dalam2 ke dalam lubang pantat
pak dosen akhirnya sprema sayapun keluar
Aaakkkkhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh........ pak saya mau keluar
pak,,........... ahhhhhhhhh crooootttttttt crrroootttttttt
cccrrooooootttt.. Sperma saya pun keluar,saya pun orgasme, sperma saya
keluar didalam lubang pantat pak dosen, rasanya bagaikan baru memerawani
pantat... nikmat sekali.... setelah itu kami pun selesai bercinta siang
ini... Kurang lebih 3 jam kami habiskan waktu utk bercinta siang ini...
setelah itu kami berdua mandi berdua, tampaklah bubang pantat pak dosen
mengangga, lubang pantatnmya mengangga mengeluarkan sedikit darah, oh
ternya saya telah membuat lubang pantat pak dosen lecet... keluarlah
dari lubang pantat itu sperma saya yang tadi saya semprotkan... Perih
rif... keluh pak dosen, tapi tdk apa2 kok, sebab saya puas sekali, enak
sekali td rasanya rif... Walaupun pada awalnya sakit tetapi setelah itu
nikmat sekali.... Biar saja sedikit berdarah, anggap saja ini darah
keperawanan pantat saya yang telah kamu renggut, Kami telah merenggut
keperawanan pantat saya rif kata pak dosen, dan kamu harus bertanggung
jawab, jika nanti pantat saya ketagihan, maka kamu hgarus menusuknya
lagi, kamu harus masukkan penis kamu lagi ke pantat saya kalau saya
ketagihan rif.. Iya pak, jawab saya, pantat bapak sangat nikmat, tanpa
bapak minta saya akan selalu memberikannya pak, sebab bukan cuma pantat
bapak yang ketagihan, penis saya juga bakal ketagihan juga terhadap
lubang pantat bapak. terima kasih pak, Bapak telah memberikannya kepada
saya,, sayapun merasakan kenikamatan pantat bapak tiada tara pak,
sayapun menyukai pantat bapak, mulai sekarang saya ingin setiap kali
kita bercinta kita lakukan anal seks ya pak... saya akan berikan pantat
saya untuk kamu setiap saat rif, kata pak dosen..<br />
Akhirnya setelah selasi mandi kamipun memakai baju masing masing dan pak dosen pun pulang kerumahnya...<br />
<br />
Tamat hari putrahttp://www.blogger.com/profile/07769461846416848133noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7864063312826976056.post-42489095663285217412013-01-09T20:42:00.000-08:002013-02-12T01:03:12.032-08:00Pak Dosenku Bagian 2<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_KGgKNrEsZA3ncmiJgbwMOznnhnBVktKWO1s1Yz_mCxKp-QMM1BhMgbmOvbPycmZE1rnW0fsfKknc1v_1gEDAYgNzs5VXo_o_qfADprKnAoxt-JEtuxtBkF50kQLRdoN1vSbPd53nLLxj/s1600/g6.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_KGgKNrEsZA3ncmiJgbwMOznnhnBVktKWO1s1Yz_mCxKp-QMM1BhMgbmOvbPycmZE1rnW0fsfKknc1v_1gEDAYgNzs5VXo_o_qfADprKnAoxt-JEtuxtBkF50kQLRdoN1vSbPd53nLLxj/s1600/g6.jpg" /></a></div>
Hari ini, saya tidak konsentrasi kuliah, pikiran saya selalu terbayang kejadian semalam bersama pak dosen..<br />
Jam 3 sore, jadwal kuliah saya sudah selesai, saya langsung pulang dan tidur...<br />
Saat terbangun sudah menunjukkan pikul 19.00, saya langsung teringat
janji saya dengan pak dosen untuk datang ke rumahnya kembali pukul
20.30.<br />
Sayapun langsung bersiap2 dan bergegas mandi, entah mengapa, begitu
antusias dan semangat saya utk pergi ke rumah pak dosen lagi malam ini,
saya mandi lama sekali, mungkin 30 menit-an, saya gosok seluruh badan
saya terutama daerah2 kemaluan dan selangkangan dan juga daerah tempat
buang hajat saya...<br />
Tepat pukul 20.30 saya sudah sampai dirmh pak dosen, saya menunggu
didepan rmh, dan tdk lama kemudian datanglah pak dosen. kami lansung
masuk dan seperti malam sebelumnya, saya lgsg mengerjaan tugas
mengoreksi hasil quiz mahasiswa, dan pak dosenpun langsung masuk ke
dalam kamar dan sepertinya mandi, setelah itu beliau keluar dari kamar
hanya mengenakan celana pendek tanpa baju, kemudian beliau duduk
disamping saya sambil menonton tv, saya sangat terkesima dengan keluk
tubuh pak dosen, bulu dadanya sedikit agak lebat, puting susunya merah
dan menyembul, saya langsung mengalihkan pandangan ke tv spy pak dosen
tdk mengetahui kalau saya mengamati lekuk tubuhnya, pak dosen langsung
berbaring dan bilang kalau beliau hendak tidur duluan karena capek, dia
juga berpesan kalau saya sudah ngantuk supaya lgsg tidur saja, saya
mengiyakannya....<br />
Mata pak dosen langsung terpejam, saya menjadi kurang konsentrasi karena
asyik melihat tubuh setengah bugil pak dosen disamping saya dan
terlihat didaerah selangkangannya sedikit menyembul...<br />
Lagi-lagi saya asyik menikmati pemandangan tubuh pak dosen, tergambar
didaerah selangkangannya, sebuah penis yang sedikit menegang, pak dosen
sepertinya tdk memakai celana dalam, sebab, sangat jelas kontur penisnya
membayang dibalik celana pendeknya dan tumbuh bulu halus sepanjang
mulai dari umbilikus sampai ke pubisnya...<br />
Sayapun berniat utk ikut tidur, setelah saya melepas celana panjang saya
dan kini saya hanya memakai celana pendek tanpa celana dalam dan tanpa
baju ataupun singet.<br />
Saya langsung merebahkan badan dan berpura2 tidur, tetapi sesungguhnya
saya tidak bisa tidur, entah mengapa saya sangat penasaran dengan
permainan pak dosen kemarin malam dan rasanya ingin merasakannya kembali
malam ini, bahkan saya ingin merasakannya dari awal hingga akhir secara
sadar (tdk tidur)...<br />
Mata saya terpejam, tetapi pikiran saya melayang2.. Terdengar disamping
saya pak dosen menggerakkan badannya, tetapi dia tdk melakukan apa2
terhadap saya.... Hampir 1 jam saya berbaring, tetap tidak bisa
tidur.... dan juga tdk diapa2kan oleh pak dosen.<br />
Tiba2, dari arah samping, pak dosen meletakkan tangannya diatas dada
saya, kemudian dia mengeserkan badannya medekati badan saya, saya tetap
terdiam dan pura2 tidur, saya mengatur nafas saya secara teratur dan
perlahan2 supaya tidak terdengar suara sengal2nya nafas saya atapun
suara jantung saya yang semakin meningkat..<br />
Pak dokter kembali lebih mendekatkan badannya ke arah saya, dengan
berpura2 mengeliat, pak dosen memeluk erat tubuh saya, kemaluan pak
dosen tepat menempel pada pinggang saya, terasa sangat mengganjal, dia
menekan2kan penisnya yg sangat tegang ke paha saya sambil memeluk saya,
saya tetap diam, mungkin oleh karena saya diam, pak dosen mengira saya
benar2 sudah tidur... dia kemudian makin erat memeluk saya..Kakinya
dinaikkan tepat di penis saya kemudia dia naik-turunkan hingga penis
saya menegang kuat...<br />
Merasakan penis saya menegang, tangan pak dosen langsung memegang penis
saya, dimasukkannya tangannya kedalam celana saya, kemudian diurut2nya
penis saya dibelai2nya bulu jemput saya, cairan prekulum saya pun
keluar, kemudian pak dosen memeluk dan meraba2 seluruh tubuh saya, di
peluknya saya, diciumnya telingga saya, kemudian pak dosen mencium
kening, mata, pipi, hidung, dan bibir saya, kemudian dilumatnya bibir
saya secara lembut, dimasukkannya lidahnya kedalam mulut saya,
dihisapnya lidah saya, dijilatinnya gigi dan gusi saya, pak dosen
memainkan lidahnya dan lidah pak dosen menari2 didalam mulut saya, saya
sangan menikmatinya, saya ingin sekali membalas ciuman bibir pak dosen
tetapi saya menahan nafsu itu karena takut ketahuan oleh pak dosen kalau
saya belum tidur...<br />
Pak dosen terus menciumi saya mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki,
puting susu saya dihisapnya, ketiak saya pun tak luput dari lumatannya,
saya sangat terangsang, saya merasakan kenikmatan yang luar biasa
ketika bibir pak dosen mulai menyusuri paha dan selangkangan saya,
celana saya dilepasnya dan seketika itu pula keluarlah batang kejantanan
saya yang sangat menegang, keras dan berdenyut2... langsung saja pak
dosen melumatnya dalam dalam, selama lebih dari 1 jam pak dosen mengauli
tubuh saya tiba 2 dia berhenti sejenak, pak dosen membuka celananya dan
langsung menindih badan saya, batang penis kami beradu, pak dosen
menggesek2kan penisnya diatas penis saya, terasa oleh saya batang
kemaluan pak dosen besar, tegang dan berdenyut, sesekali dia mengesekkan
bulu jembutnya dengan bulu jembut saya, sambil terus melumat bibir saya
dia terus mengesekkan penisnya.... tiba2 dia hisap erat2 bibir saya
sambil melenguh kecil, dan terasa cairan hangat tumpah diatas penis
saya, membasahi bulu jembut saya, cairan itu hangat dan terasa kental
serta banyak, ternyata pak dosen sudah mencapai klimaksnya, dia mengatur
nafas sambil sesekali mencium leher saya, cairan sperma pak dosenpun
tumbah membasahi kasur... kemudian dia buru2 membersihkannya dan melihat
penis saya yang masih menegang, beliau langsung menyantapnya dengan
lahap, sayapun gelinjangan mendapat hisapan2 maut dari pak dosen, tubuh
saya menegang, kaku, kaki saya kaku juga, saya tidak kuasa menahan
nikmat ini, akhirnya sayapun mengeluarkan sperma saya bertubi2 kedalam
mulut pak dosen dan kembali dia telah habis sperma saya seperti malam
kemarin... saya merasa puas sekali, saya lemas, dan pak dosenpun lemas,
akhirnya kami berdua tertidur setelah pak dosen memasangkan kembali
celana saya.<br />
Keesokan harinya kami bangun agak pagi, jadi tidak terlalu terburu2 utk
berangkat kekampus, setelah mandi dan bersiap2, kamipun berangkat
kekampus dan bahkan kami sempat sarapan di salah satu warung nasi uduk
pagi di jalan menuju kampus, sepanjang jalan, pak dosen kali ini mulai
banyak bercerita, cerita mengenai keluarga, masa2 kuliah dan mengenai
kampus... tetapi tdk sedikitpun beliau bahas mengenai kejadian tadi
malam, yach, mungkin pak dosen tdk tahu kalau 2 malam ini saya
mengetahui apa yang beliau lakukan terhadap saya...<br />
Setelah tiba dikampus, kembali pak dosen berpesan agar saya datang
kerumahnya nanti malam, dan seperti malam2 sebelumnya, setiap malam saya
tidur dirumah pak dosen dan setiap malam pula kami melakukan hubungan
seks sejenis tetapi tetap saja, saya selalu berpura2 tidur dan pak
dosenpun tetap menganggap saya tidur dan tdk mengetahuinya....<br />
Hingga pada suatu saat, selesailah sudah masa berlibur istri dan anak
pak dosen, sudah sepuluh hari saya bermalam di rmh pak dosen, dan sudah
sepuluh kali pula pak dosen meminum sperma saya...<br />
Hari ini jumat, saya sudah secara otomatis pergi ke rmh pak dosen setiap
malam, begitu juga malam ini, tetapi ternyata, dirmh pak dosen pun
sudah ada anak, istri dan pembantunya, tetapi pak dosen tidak kehabisan
akal, beliau bilang ke istrinya kalau beliau sengaja mengundang saya
kerumah untuk membantu membuatkan slide powerpoint utk kuliah...
Akhirnya, istrinyapun menyambut saya dengan baik dan ramah, sayapun
binggung, sejak kapan pak dosen mempercayai saya utk membuat slide bahan
kuliah...<br />
Akhirnya saya mengutak-atik komputer pak dosen dan mulai mengetik
membuat slide bahan kuliah, hingga pukul 23.00 saya lelah dan ngatuk
kemudian pak dosen pun meminta saya untuk tetap menginap dirumahnya
seperti malam2 sebelumnya, saya sedikit keberatan, tapi pak, bukankah
malam ini keluarga bapak sudah dirumah. apakah nanti tdk menggangu?
tanya saya, pak dosenpun menjawab tidak apa2. kamukan tidur didepan tv,
tidak memakai tempat tidur mereka... sayapun mengiyakan ajakan pak dosen
menginap dirmahnya kembali...<br />
Saya langsung tidur didepan tv, dan saya befikir bahwa pak dosen pasti
akan tidur di kamar bersama istrinya, ternyata tebakan saya salah, pak
dosen ikut tidur di ruang depan tv bersama saya, dan kembali lagi pak
dosen mengauli saya setelah menilai dan berfikir saya sudah tidur...<br />
Kali ini pak dosen mengauli saya sedikit lebih santai dan pelan2... mungkin beliau takut ketahuan oleh istrinya...<br />
Pada saat pak dosen sedang asyik menghisap penis saya tiba2 terdengar
suara pintu kamar pak dosen dibuka, saya langsung panik dan berfikir
kalau istri pak dosen bangun dan bakal menangkap basah suaminya yang
sedang menghisap penis laki2, laki2 itu mahasiswanya.. dan tampak juga
pak dosen kaget, secara otomatis saya melepaskan penis saya dari mulut
pak dosen dengan menjauhkan kepala pak dosen dari selangkangan saya dan
saya langsung menutup seluruh tubuh saya dengan selimut begitu pula pak
dosen, Pada saat2 seperti ini saya masih sempat berucap
ALHAMDULILLAH.... akhirnya hubungan seks ini tidak diketahui oleh istri
pak dosen, sayapun lega, ternyata istri pak dosen terbangun malam2 utk
membuatkan susu dot buat anaknya saja, kemuadian masuk kembali ke kamar
tanpa curiga sedikitpun kalau suaminya telah selingkut dengan seorang
laki2...<br />
Kejadian malam ini memang luput dari kecurigaan istri pak dosen, tetapi
berefek terhadap hubungan saya dengan pak dosen, secara otomatis pak
dosen langsung mengetahui kalau saya sadar dengan apa yang terjadi
selama ini, buktinya saya secara otomatis menghentikan hisapan bibir pak
dosen terhadap penis saya dan menutup tubuh dengan selimut secara
tiba2 ketika istrinya terbangun...<br />
Pagi harinya, saya pulang duluan ke rumah tanpa diantar ataupun ditemani
oleh pak dosen, karena hari ini tdk ada jadwal kuliah... Tetapi sebelum
pergi, pak dosen menyuruh saya utk datang ke prakteknya nanti sore,<br />
Setelah sore tiba, saya pun pergi ke tempat praktek pak dosen, dan benar
saja, secara khusus pak dosen pesan kepada perawat di tempat prakteknya
agar hari ini dibatasi jumlah pasiennya, beliau hanya ingin memeriksa
pasien kurang dari 10 saja, karena beliau bilang acara acara...<br />
Setelah bertemu dengan pak dosen ditempat praktek, saya menunggu cuma
beberapa menit kemudian saya disuruh masuk, pak dosen langsung menutup
dan mengunci pintu ruangan prakteknya, tinggallah kami berdua didalam
ruangan praktek pak dosen, saya binggung dan cemas, dalam hati saya,
saya berfikir pasti pak dosen akan menanyakan mengenai kejadian td
malam...<br />
Setelah diam sejenak, akhirnya pak dosen memulai pembicaraan, dan benar
saja, pak dosen langsung menanyakan kejadian td malam, dia bertanya
kepada saya, apakah saya mengetahui apa yang terjadi selama saya
menginap dirumahnya setiap malam...<br />
Saya terdiam, saya binggung harus menjawab apa? akhirnya pak dosen
semakin mendesak meminta jawaban saya, akhirnya saya mengakui kalau saya
mengetahuinya, kembali pak dosen bertanya, sejak kapan? sayapun
menjawab sejak malam petama, kemudian beliau kembali bertanya, kenapa
kamu pura2 tidur, saya menjawab saya takut kalau pak dosen tahu kalau
saya tdk tdr nanti saya bakal malu dan binggung harus bersikap seperti
apa di kampus, pak dosen pun kembali menyerang saya dengan pertanyaan yg
lebih menjurus, Arif? Bagaimana? apakah kamu menikmatinya? apakah kamu
menyukainya? apakah kamu mau melakukannya kembali dengan saya? secara
resmi/secara sadar/dan mungkin lebih dari apa yang sudah kita lalui....
Sumpah, saya binggung harus menjawab apa... Akhirnya sayapun menyawab
iya utk semua pertanyaan yang diajukan pak dosen...<br />
Secara tiba2 pak dosen lang bilang terima kasih dan menghampiri saya,
dia langsung memeluk saya erat2, mencium saya, mengecup mencium menjilat
dan membuka seluruh pakaian saya, dalam seketika kami berdua sudah
bugil dan penis kami berdua sudah tegang, kami berdua berpelukan dengan
sambil mengadu pegang kami, akal sehat kami sudah hilang, kami berdua
tidak perduli saat ini sedang berada ditempat praktek pak dosen, tetapi
saya masih ingat bahwa pintu sudah terkunci makanya sayapun tidak
terlalu takut dan risau untuk melakukan hubungan sex di tempat
prakteknya. Akhirnya pak dosen menggiring saya ke tempat tidur yang
biasa dia pergunakan utk memeriksa pasien sayapun menurut saja, pak
dosen mulai mengauli saya, melumat seluruh tubuh saya, sayapun secara
leluasa membelai rambut dan kepala pak dosean, saya secara leluasa
mendesah-deah, dan bergelinjang2...<br />
Akhirnya pak dosen pun meminta saya melakukan hal yang sama seperti yang
sudah dia lakukan terhadap saya, saya diam saya, tetapi pak dosean
secara sabar terus merayu saya, akhirnya sayapun luluh, utk pertama
kalinya saya menghisap penis, pada awalnya , saya merasa mual dan eneg,
saya merasakan aroma laki2, aroma khas laki2 yang keluar dari
selangkangannya, saya tetap berusaha utk melakukan service yang baik
buat pak dosen saya ini, akhirnya saya mulai menyesuaikan dan menikmati
penis dan selangkangan pak dosen, dan kemudian kami saling bergantian
menghisap dan melumat, hinggga akhirnya.... Tibalah ke titik puncak
kenikmatan kami berdua, pak dosen mengejang2, tubuhnya kaku, kakinya
mengejang... saya terus menghisap penisnya yang besar sebesar penis
saya, sambil meraba2 perineumnya yang penuh bulu, saya terus
menghisapnya, akhirnya pak dosen memejamkan mata dan menusukkan penisnya
kemulut saya secara dalam2... dan keluarlah sperma hangat, kental serta
banyak dari penis pak dosen ke dalam mulut saya, rasanya ada pahitnya,
ada masihnya dan ada sepetnya, tetapi enak... sayapun menelan sperma itu
dengan lahap tanpa sisa dan setelah itu pak dosen secara gantian
mengisap penisa saya hingga sayapun memuntahkan sperma saya ke
mulutnya... ccrrrroooottttt aaahhhhhhhhh ccrrrroooot
crrorototttttt..... sperma saya pun tumpah ruah dimulut pak dosen...
saya sangat puas... kemudian kami berdiu berpelukan dan merapikan tempat
prakteknya dan memakai pakaian kembali... saya pulang ke kostan dengan
puas dan lega.... saya benar2 puas dan merasakan kenimatan tiada tara,
ini lebih nikmat dari malam2 sebelumnya dimana saya hanya pasif,
sekarang saya baru merasakan kenikmatan sperma... ternyata sperma itu
nikmat dan penis laki2 itu sangat nikmat utk dihisap dan yang orang yang
dihisappun sama merasakan nikmat juga......<br />
Bersambung....
hari putrahttp://www.blogger.com/profile/07769461846416848133noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7864063312826976056.post-13904161720270783392013-01-09T20:41:00.001-08:002013-02-12T01:03:12.018-08:00Pak Dosenku Bagian 1Nama saya Arief. Saya adalah seorang mahasiswa di salah satu perguruan
tinggi swasta di kota X, saya kuliah di fakultas kedokteran, tepatnya
semester 4. Saya adalah pemuda desa yang mempunyai cita2 tinggi ingin
menjadi dokter yang kelak nantinya akan mengabdi di kampung halamanku
yang jauh dari standar hidup sehat...<br />
Keluarga saya cukup tergolong mapan di desa saya dilahirkan dan
dibesarkan, dan bahkan orang tua saya menjadi panutan masyarakat dan
menjadi induk semang bagi banyak keluarga / masyarakat di desa saya..<br />
Saya masuk kuliah kedokteran juga atas dukungan seluruh masyarakat di
desa saya selain memang keinginan dan cita2 saya sejak smp.<br />
Saya seorang laki-laki yang biasa saja, tidak terlalu tampan dan tidak
terlalu jelek, saya orangnya pendiam dan tidak banyak bergaul, maklumlah
didesa saya sangat jarang pemuda atau remaja seumur saya yang bisa
melanjutkan pendidikan sampai perguruan tinggi, bahkan sangat sedikit
dari mereka yang mengenyam pendidikan sampai bangku sma. Oleh karena
itu, di desa saya cenderung tidak banyak teman, karena saya setiap
pulang sekolah selalu dirumah mengerjakan PR atau belajar, sedangkan
pemuda seusia saya di sana sudah bekerja membanting tulang, jadi saya
cenderung tidak bergaul sama mereka...<br />
Saat ini saya sedang kuliah di FK tepatnya semester 4.<br />
Di kampus, saya orangnya biasa saja, tidak terlalu menonjol dalam
akademik, maupun penampilan dan gaya, tetapi tidak juga terbelakang. IP
saya cukup, penampilan dan gaya saya juga cukup.<br />
Pada suatu hari, ketika selesai jam kuliah pertama, tiba-tiba saat saya
keluar dari ruangan kelas, tiba2 bapak dosen memanggil saya, setelah itu
saya berbalik menghampiri sang bapak dosen. Sebut saja sang dosen itu
bernama dr.B, beliau adalah dosen salah satu mata kuliah yang dianggap
killer oleh mahasiswa. sebab setiap kali pertemuan selalu didahului oleh
Quiz (ujian), dan setiap semesternya hanya 30% mahasiswa yang lulus
mata kuliah tersebut. Ketika saya sampai didepan sang dosen, saya
bertanya, maaf pak, bapak memanggil saya, iya kata sang dosen, saya ada
perlu sama kamu, tapi tidak disini, bagaimana kalau kamu nanti sore
datang ke praktek saya, sambung pak dosen. Kemudian sang dosen
memberikan alamat tempat beliau praktek sore, disitu ditulis nama jalan
dan jam praktek mulai pukul 17.00 sampai dengan pukul 20.00 wib..<br />
dr.B adalah seorang dokter, beliau selain menjadi dosen kami, dia juga
praktek di salah satu apotek terkenal di kota ini, umurnya sekitar 40
tahun, setahu saya beliau sudah berkeluarga dan sudah memiliki seorang
anak yang berusia 2 tahun, maklumlah menurut cerita teman2, sang dosen
ini boleh dikatakan terlambat diberi keturunan dalam perkawinannya,
kurang lebih setelah menikah 7 tahun baru mendapat keturunan.<br />
bergegas saya mengambil ketas yang di berikan oleh bapak dosen yang
berisi alamat tempat prakteknya dan memasukkan ke dalam saku saya,
kemudian saya berkata, baiklah pak, nanti sore saya jam 5 ke tempat
praktek bapak.<br />
Setelah keluar dari ruangan kelas, saya baru terfikir, ada apakah dengan
saya, kenapa dosen saya menyuruh saya datang ke prakteknya, bukankah
praktek tempat beliau itu pasti ramai pasien dan dokter pasti sibuk
melayani pasien.. Banyak sekali tebakan2 yang ada dalam pikiran saya,
apakah karena nilai quiz saya minggu lalu sangat jelek sehingga saya
akan dimarahin, atau terlalu tinggi sehingga bapak dosen mengira saya
menyontek... saya pun terus kepikiran sampai2 saya tidak konsentrasi
dengan mata kuliah lain pada hari itu...<br />
<br />
Sore harinya, tepat pikul 17.00 saya sudah berada didalam apotek tempat
dokter b praktek, terlihat banyak pasien sudah mengantri dan menurut
perawat yang bertugas, bapak dokter 30 menit lagi baru sampai ke tempat
praktek, karena masih ada urusan lain, tepat pukul 17.30 datanglah sang
dokter, beliau hanya senyam dan menyapa ala kadarnya... sudah lama
rief,,, kamu tunggu dulu ya saya periksa semua pasien saya... iya pak
jawab saya..<br />
Kemudian sang dosen masuk ke ruang prakteknya dan satu demi satu
pasien2nya masuk silih berganti, sedangkan saya duduk termenung menunggu
sang dosen memanggil dan menyuruh saya masuk...<br />
hingga pukul 20.00 pasien tinggal tersisa satu, stelah itu habislah
pasien2 dosen saya itu dan benar saja, saya baru di panggil masuk..<br />
Bapak dosen tidak banyak bicara pada saat itu, beliau bilang, hari sudah
malam dan sudah waktunya dia pulang ke rumah, dan sang dosen tersebut
mengajak saya kerumahnya dan akan bicara mengenai kenapa saya disuruh
menemuinya sore ini nanti saja di mobil sambil menuju ke rumah kata sang
dosen...<br />
Ternyata dalam perjalan pulang menuju rumahnya, sang dosen banyak sekali
tempat2 yang disinggahi, rumah makan, supermarket dan lain2nya...
ternyata sang dosen menginginkan bantuan saya untuk mengkoreksi hasil
quiz mahasiswa yang sudah satu bulan ini belum sempat beliau koreksi,
ahhhh lega rasanya, ternyata ini toh... dalam batin saya, baiklah...
terima kasih saya senang sekali... dalam batin saya... (saya bisa lihat
nilai2 teman sekelas saya semua...) dan tentunya jadi tahu siapa yang
paling pintar supaya nanti kalau ujian dia akan saya tempel saja supaya
saya dapat kecipratana jawabannya.. <br />
Sang dosen juga bercerita bahwa saat ini beliau sedang sendirian dirumah
karena istri dan anaknya sedang berlibur ke rumah orangtuanya (mertua
pak dosen) sejak 4 hari yang lalu dan menurut nya istri dan anaknya akan
berada dirumah mertuanya selama 2 minggu... wah.. pantesan bapak dosen
banyak sekali beli makanan2 ringan dan nasi bungkus..<br />
Setelah sampai di rumahnya, kami langsung makan malam dan setelah itu
sang dosen memberikan setumpuk ketas ujian kepada saya untuk saya
koreksi, saya pun segera melakukan tugas saya. Saya melakukan pekerjaaan
saya di ruang tenggah sambil nonton tv. selama kurang lebih satu jam,
saya mengkoreksi hasil ujian quiz teman2 kuliah saya, dan selama 1 jam
pula saya tidak meliat bapak dosen ada dimana, oh mungkin beliau capek
dan istirahat di kamar.. pikir saya, ternyata benar setelah 2 jam
kemudin keluarlah sang dosen dari kamarnya dengan menggunakan pakaian
tidur, berupa celana pendek dan kaos oblong warna putih.. dan terlihat
segar seperti baru mandi...tampak disitu badan tegap, bersih, sedikit
agak kekar dengan kaki dan tangan penuh dengan bulu...<br />
Maaf ya rief... saya td ketiduran... kamu jadi dianggurin sendiri...
kata pak dosen, ga apa2 pak, jawab saya, bagaimana sudah selesai?
tanyanya kembali, belum pak, setenggah juga belum' jawab saya, sang
dosen hanya tersenyum dan berkata ya sudah, jangan dipaksakan selesai
malam ini, nanti kamu kecapekan, sekarang sudah malam, istirahat saja,
bisa disambung besok2.. tapi kamu harus janji kamu akan selesaikan,
besok2 juga tdk apa2.. sekarang istirahat saja dulu... iya pak, jawab
saya, setelah itu saya membereskan tumpukan ketas ujian dan menyimpannya
diatas meja belajar pak dosen, setelah itu saya pamit untuk pulang,
tetapi pak dosen melarang saya pulang dan menyuruh saya menginap saja
dengan alasan sudah malam dan kebetulan beliau dirumah hanya sendiri
jadi kalaupun saya menginap dirumahnya tidak apa2 karena memang rumah
sedang kosong dan pak dosen juga lebih senang kalo ada teman supaya
tidak terlalu sepi..<br />
Tanpa curiga dan berfikir macam2, saya menyetujui permintaan dan usul
pak dosen dan sayapun menginap di rumah pak dosen, kemudian saya izin
utk ke kamar mandi untuk cuci muka dan buang air kecil, kemudian saya
bergegas mengambil tempat tidur di depan tv, dan pak dosen pun tiduran
disamping saya sambil menonton tv, saya memang sangat lelah, capek
sekali dan ngantuk, kemudina saya izin ke pak dosen utk tidur duluan dan
tidak ikut menonton tv, dan pak dosen pun mempersilahkan saya tidur...
beliau bilang belum ngantuk karena tadi sudah tidur 2 jam... karena saya
terbiasa tidur dengan celana pendek, sayapun izin utk membuka celana
panjang saya dan mengenakai celana pendek dan singlet, yang memang
selalu saya pakai mengantikan celana dalam. Akhirnya saya tidur
disamping pak dokter dengan menggunakan singlet dan celana pendek tanpa
celana dalam, saya pun langsung tertidur..<br />
Tiba2 ketika saat itu mungkin kurang lebih pukul 3 dini hari, saya
tersentak kaget karena saya merasa ada sesuatu yang mengelitik2 kemaluan
saya dan sesekali saya merasana geli dan hangat serta basah, saya
merasakan kenikmatan yang luar biasa, seperti mimpi basah... saya
merasakan kemaluan saya tegang setegang2nya dan bagaikan diurut2 serta
di mandikan oleh cairan hangat...<br />
Saya tidak berani membuka mata, yang saya rasakan saat itu adalah saya
sudah tidak mengenakan celana lagi alias telanjang bulat.. saat itu saya
mendengar suara nafas tersengal-sengal dari arah samping saya tepatnya
di kemaluan saya... tampaknya sang dosen mengetahui kalau saya kaget dan
terbangun, seketika itu juga sang dosen berhenti beraksi dan mengatur
nafas... saya langsung pura2 tidur kembali karena takut diketahui oleh
pak dosen kalau saya terbangun, stelah 5 menit saya diam dan pura2
tidur... sang dosen pun mulai melancarkan aksinya kembali.. saya
merasakan mulut pak dosen menghisap2 kemaluan saya, lidahnya menyapu
paha saya, gland penis saya di jilatinya, selangkangan dan bulu kemaluan
saya dicium dan dijilatinya dan sesekali dikecup dengan bibirnya,
sangat nikmat rasanya ketika reut saya bergesekan dengan kumis pak dosen
yang tipis itu.. Saya merasakan kenikmatan yang luar biasa, terlebih
lagi ketika pak dosen memasukkan kemaluan saya sedalam2nya kedalam
mulutnya, saya merasakan kenikmatan yang luar biasa hingga kemaluan saya
makin menegang dan makin berdenyut.. berlahan2 saya membuka mata
dengan hati2 supaya sang dosen tidak mengetahuinya, ketika saya membuka
mata, tampaklah olehku wajah pak dosen yang sedang kesurupan mengoral
kemaluan saya serta menjilatin perut, umbilicus (udel), paha,
selangkangan saya, sera mengigit bulu jemput saya, dan terlihat pak
dosen pun sudah tenjang bulat, terlihat badannya yang bersih serta
berotot dan di dadanya banyak ditumbuhi oleh bulu, saya tidak dapat
melihat bentuk dan ukuran kemaluan sang dosen, tetapi terlihat
kemaluannya dia gesek2kan ke bantal guling. Sambil terus menghisap
kemaluan saya, pak dosen terus mengoyang2kan pantanya diatas guliang dan
dia melenguh serta menjerit kecil sambil menjepit kemaluan saya dengan
bibirnya, sesaat dia terdiam, rupanya sang dosen sedang orgasme, dia
menyemprotkan spermanya diatas guling. Tampak sekali dia puas banget dan
merakan nikmat orgasmenya... Sesaat setelah itu dia melanjutkan aksinya
kembali menghisap kemaluan saya, saya pun tidak kuat lagi, akhirnya
saya memejamkan mata kuat2, menahan suara nafsu saya, sambil
mengkencang-kencangkan pantat saya, sambil menahan seluruh gejolak dan
kenikamatan, saya akhirnya tdk kuat lagi, secara spontan seluruh tubuh
saya menegang dan keluarlah sperma saya didalam mulut pak dosen, rasanya
sperma yang saya keluarkan sangatlah banyak, saya kira mungkin ada 10
cc, sebab saya mengejang sampai 3 kali dan terasa 3 kali pula saya
menyemburkan sperma dari kemaluan saya dan terdengar suara seperti mau
tersedak dari sang dosen karena mulutnya kebanjiran sperma saya... Saya
pun puas sekali rasanaya, maklum saja, baru sekali ini saya merasakan
hal ini, saya belum pernah merasakan kenikmatan dioral atau bahkan
berhubungan badan dengan cewek, selama ini saya melampiaskan nafsu saya
dengan onani saat mandi, atau dikamar sebelum tidur, itu juga tidaklah
terlalu sering (maklum, saya buka tipe yang maniak seks).. saya
melakukan onani mungkin 3 kali sebulan... itu juga kalo kebetulan di
kost2an teman2 kost habis memutar film bokep, biasanya saya langsung
melampiaskannya dengan onani, tetapi kenikmatan onani yang selama ini
saya rasakan tidak ada separuhnya jika dibandingkan kenikmatan dihisap
oleh pak dosen. Saya lemas, kemaluan saya juga mulai melemas, tetapi
mulut pak dosen tetap mengisap kemaluan saya hingga saya merasakan
sakit, ngilu dan geli... Akhirnya terdengar oleh saya suara pak dosen
menelan sperma saya, sperti orang yang sedang meneguk air... setelah itu
pak dosen berhenti menghisap kemaluan saya, dan memasang celana saya
kembali, saya tetap berpura2 tidur, kemudian pak dosen memakai pakainnya
juga.. Setelah itu terasa olehku pak dosen mengecup kening saya dan
bilang terimakasih... Dan beliaupun langsung tertidur pulas disamping
saya secara seketika, mungkin beliau capek.... dan saya juga tidak tahu
berapa lama saya diservice oleh beliau, karena kan saya tertidur sejak
pukul 23.30 saat itu.. Mungkin saja pak dosen mulai mengerayangi tubuh
saya seketika stelah saya tidur, makanya beliau begitu kelelahan..<br />
Keesokan paginya, kami terbangun kesiangan... hari sudah pukul 7.30
sedangkan saya harus masuk kuliah pukul 8.00, begitu juga denga bapak
dosen, dia juga harus mengisi kuliah pukul 8.00..<br />
Kami berdua terbangun dengan terkaget ketika meliat jam di dinding sudah
di angka 7 jarum pendeknya dan jarum panjangnya di angka 3, pak dosen
langsung menyuruh saya mandi di kamar mandi belakang setelah memberikan
handuk kepada saya, dan beliau mandi didalam kamar pribadinya, selang
beberapa menit kami berdua sudah siap dan berangkat ke kampus bersama
dengan mobil soluna biru milik pak dosen. Selama di perjalanan ke
kampus, kami tidak banyak bicara hanya sesekali terlihat pak dosen
melirik saya, tanpa sepatah katapun, begitu pula saya, saya bersikap
tenang seolah tidak mengetahui apa2 tentang kejadian tadi malam, padahal
dalam hati hati masih berkecambuk mengenai peristiwa tadi malam,
rasanya bagaikan mimpi, sulit utk dipercaya bahwa seorang dosen yang
paling ditakuti oleh mahasiswa, tadi malam meminum sperma saya,
menghisap kemaluan saya, menjilati paha, udel dan selangkangan saya
serta mengigit bulu jembut saya dengan lahapnya...<br />
Masih berkecambuk dalam benak saya, mengapa pak dosen melakukan ini
semua, apakah karena beliau kesepian karena istrinya sedang keluar kota?
masa baru ditinggal 4 hari saja sudah kesetanan sprti ini? bahkan saya
sempat terfikir apakah jangan2 pak dosen ini suka sama laki2..? tapi
saya tidak berani berburuk sangka, biar bagaimanapun beliau adalah dosen
saya, guru saya, dan yang lebih lagi adalah beliau ini seorang dokter,
suatu profesi yang sangat agung dimata masyarakat bahkan dimata saya,
dimata keluarga saya, dan penduduk di kampung halaman saya...<br />
Ada satu yang lebih mengganjal dihati saya adalah mengapa saya menikmati
permainan pak dosen tadi malam? Saya begitu menikmatinya, saya begitu
puas dan merasa seperti melayang2 diudara... (balon kali..) Padahal
sebelumya saya tidak pernah punya rasa suka terhadap laki-laki (saya
tidak gay), walaupun saya belum punya pacar (cewek) tetapi ada salah
satu mahasiswi semester 2 (adik tingkat) yang saya taksir.. Meskipun
kami masih saling malu2, tapi saya tahu kalau saya suka sama cewek itu,
dan dari gelagatnya, cewek itupun suka sama saya... cuma kami belum
jadian saya, masih tahap penjajakan...<br />
Sesampainya di kampus, kami langsung bergerak menuju kelas masing2...<br />
sebelum berpisah, pak dosen bilang kalau nanti malam saya harus ke
rumahnya kembali untuk menyelesaikan tugas mengkoreksi hasil ujian quiz
kembali, dan pak dosen berpesan agara saya tidak usah ke tempat praktek
tetapi langsung saja ke rumahnya pukul 20.30, karena pukul segitu pak
dosen sudah ada dirumah (sudah selesai praktek). Tanpa berfikir apa2,
sayapun mengiyakan permintaaan pak dosen...<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyc6s8S9ikxtrqKlNjqlYs4ks5YfkKXv613cdTiCt_HGo0kjubmniTYu92JoVninujEvLsooacxoxsDqWjt5yoxh7GaPXytEP5_LAh8i472uGx9HS7sHIwjU45JvCcRpUUiH9lsBPWm9ki/s1600/g4.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyc6s8S9ikxtrqKlNjqlYs4ks5YfkKXv613cdTiCt_HGo0kjubmniTYu92JoVninujEvLsooacxoxsDqWjt5yoxh7GaPXytEP5_LAh8i472uGx9HS7sHIwjU45JvCcRpUUiH9lsBPWm9ki/s1600/g4.jpg" /></a></div>
Bersambung............
hari putrahttp://www.blogger.com/profile/07769461846416848133noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7864063312826976056.post-22630544918685151392013-01-09T20:16:00.002-08:002013-02-12T01:03:12.025-08:00Dua Hati : Part Four<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-yh-oGhJTXDpJ3OfY6Bhc5thHNPAofGbodMqqBMybY_A7qDJSB3tpnyes-pw89HTUp7u4thLNvOkEKpepvO9z-g3K3kRBMxLor8h3jiXT3UWVNXKDJB7BlIRFtc-Ofgmyu5rVhsj11BlY/s1600/g5.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-yh-oGhJTXDpJ3OfY6Bhc5thHNPAofGbodMqqBMybY_A7qDJSB3tpnyes-pw89HTUp7u4thLNvOkEKpepvO9z-g3K3kRBMxLor8h3jiXT3UWVNXKDJB7BlIRFtc-Ofgmyu5rVhsj11BlY/s1600/g5.jpg" /></a></div>
“Selamat siang Pak, boleh saya masuk?”. Suara Indah membuyarkan konsentrasiku.<br />
“Iya, silahkan. Ada yang bisa saya Bantu”.<br />
Benar-benar
keterlaluan Indah, ia telah menganggap aku sebagai orang lain. Apakah
ia sudah lupa dengan apa yang telah terjadi beberapa bulan yang lalu
Apakah ia dengan sengaja melupakan semua hanya ingin melihatku bahagia
dengan keluargaku. Atau kah malah ia marah melihat ku merasa bahagia
dengan istriku saat ini.<br />
<br />
Ah, itu semua membuatku semakin bingung
melihat kelakuanya saat ini. Sering kali aku mencoba untuk mencari
jawabannya dan sesering itu pula dia selalu menghindar. Pernah ketika
sepulang kantor ku ajak dia untuk pulang bersamaku, tetapi ia menolaknya
dan lebih memilih untuk pulang bersama teman-teman sekantornya. Dan
pernah juga aku mencoba mendatangi rumahnya, tetapi hasilnya juga tetap
nihil.<br />
<br />
“Saya mau resign dari perusahaan ini, saya berharap bapak mau menandatangani surat pengunduran diri saya.”<br />
“Saya
berterima kasih, atas semua pengalaman-pengalaman berharga selama
menjadi sekretaris bapak.” Kata-katanya semakin membuat dada ini semakin
menjadi sesak.<br />
<br />
“Tapi kenapa harus secepat ini.”<br />
“Apakah ini sudah menjadi keputusan final kamu?.”<br />
“Apakah
sudah ada pengganti pekerjaan yang lain?.” Serentetan pertanyaan aku
lontarkan kepadanya, seolah tak ingin melepaskanya.<br />
<br />
Tetapi semakin, aku bertanya semakin keras pendirianya untuk segera resign.<br />
<br />
“Maaf, pertanyaan ini sedikit pribadi. Apakah ini semua ada kaitanya dengan saya?.”<br />
“Sama sekali bukan Pak, hanya saja, saya ingin kembali ke kota asal saya.”<br />
“Disana keluarga telah menunggu, dan juga calon suami saya.”<br />
“Orang Tua saya telah menjodohkan saya dengan lelaki yang dulu telah menjadi mantan pacar saya.”<br />
<br />
Betapa
sakit hati ini, ketika mendengar jawaban Indah yang akan segera menikah
dengan lelaki lain. Rasanya ingin mata ini menitikan air mata, tapi ini
tak boleh terjadi. Aku harus bersikap Profesional. Apakah seperti ini
rasa yang selama ini Indah rasakan, betapa pahit rasanya jika orang
yang kita sayangi lebih memilih orang lain. Sungguh bodohnya aku jika
selama ini tak merasakn kepedihan hati Indah, hingga saat ini terasa
terlambat sudah.<br />
<br />
“Kini aku tahu, apa yang selama ini telah engakau rasakan.”<br />
“Dan
kini telah aku rasakan.” Ku genggam kedua tangannya dengan kedua mata
yang mulai berkaca-kaca, tak kuasa untuk menahan lagi luka yang terasa
di hati.<br />
<br />
Dihadapanya telah aku rendahkan harga diriku memohon
kepadanya untuk berfikir kembali dengan keputusannya. Tapi bagiku itu
semua tak ada artinya jika harus dibandingkan betapa teriris hati ini
mendengar ucapanya.<br />
<br />
“Apakah ini juga menjadi keputusanmu, bukan orang tuamu.”<br />
“Tak bisakah engaku, untuk sekali lagi memberi kesempatan kepadaku untuk menjalin kembali hubungan kita seperti saat itu.”<br />
<br />
Ku
lihat matanya mulai berkaca-kaca dan seketika itu air matanya pun
berlinang dan mulai terisak-isak. Ku hampiri dia dan memeluknya.<br />
<br />
Semakin erat pelukanku, semakin ia menangis tersedu-sedu. </div>
hari putrahttp://www.blogger.com/profile/07769461846416848133noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7864063312826976056.post-57053530992961850122013-01-09T20:15:00.001-08:002013-02-12T01:03:12.038-08:00Dua hati : Part Three<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sudah hampir satu bulan berlalu setelah kejadian di Singapura itu, tapi
Indah tak menunjukkan tanda-tanda kehamilan kepadaku. Ia cenderung diam,
hanya berbicara seperlunya saja. Jelas ini membuat aku bingung, ia
begitu berubah semenjak kembalinya dari Singapura.<br />
<br />
Padahal,
setelah peristiwa malam hari di kamar hotel di Singapura itu, ia menjadi
manja dan penuh perhatian terhadapku. Apalagi kalau boleh di ingat ,
saat kami berdua berada di Pulau Bintan. Ia merelakan seluruh yang ia
milki kepadaku.<br />
<br />
Ketika ku ingat kenangan indah kami berdua di
Pulau itu. Di sebuah pantai berpasir putih yang indah, kami melepaskan
lelah dan berjemur di atas pasir di terik matahari dengan telanjang
bulat. Ia begitu mesra, mengusap setiap pelu yang menetes di tubuhku
dengan lidahnya. Setiap detik tak pernah lepas dari jilatan dan ciuman
serta sentuhan-sentuhan lembut nan erotis. Lembutnya pasir pantai
sebagai alas bagi kami berdua untuk terus berguling-guling di atasnya,
saling berpagutan hingga ombak menyadarkan kami.<br />
<br />
Senyuman dan
gelak tawa mengiringi, ketika tangan ku menyentuh daerah sensitive nya.
Mulanya ia tertawa kecil ketika kusentuh dan kuraba payudaranya yang
penuh dengan pasir, semakin lama tawa itu berubah senyuman hingga
berubah menjadi desahan. Desahanya semakin menjadi ketika lidahku mulai
bermain dengan putingnya. Desahannya bercampur tawa ketika ku
gigit-gigit kecil putingnya, antara rasa nikmat bercampur geli.<br />
<br />
Kini
lidah dan mulutku berubah sasaran, tepat diantara lipatan payudara
bagian bawah. Semakin lama semakin turun hingga perutnya. Sungguh
aktivitas sex yang tak pernah aku lakukan bersama istriku sebelumnya.<br />
<br />
Ombak
besar tiba-tiba datang dan membasahi tubuhkami, hingga gelak tawa tak
dapat di bendung lagi. Tiba-tiba ia berlari menuju tengah, ku lihat
belahan pantatnya bergetas seiring gerakan kakinya. Senyum tipis pun
keluar dari kedua bibirku. Akhirnya akupun bangkit dan langsung
menyusulnya.<br />
<br />
Ditengah hempasan gelombang, ia berenang sembari
menyaksikan ikan-ikan kecil yang berenang seolah sedang mengikutinya. Ku
susul ia dari belakang, segera ku hampiri dia dan bersama-sama
bersnorkling ria.<br />
<br />
Puas berenang kami pun menepi,bermain air di
tepi pantai dan saling berkejaran. Hap, ku tangakap tubuhnya, kami pun
tersungkur di atas pasir dan kembali berguling-guling. Kembali kami
saling berpagutan dan tanganku tak tinggal diam, meraba paha dan
berlanjut di mulut vaginanya. Ia menghentikan ciumanya dan mendesah
keenakan saat telunjuk ku mencoba masuk lubang diantara rimbunya bulu
kemaluanya.<br />
<br />
Ku mainkan telunjukku hingga keluar masuk vaginanya,
semakin lama semaki cepat kemudian melambat lagi begitu seterusnya.
Matanya terpejam dan mulutnya mengerang keenakan hingga sesekali ia
menjerit. Kembali mulutku mencium mulutnya karena melihat mulutnya yang
terus mngerang, sontak membuat dia terdiam tapi nafasnya terus memburu
seiring gerakan tanganku yang semakin tak terkendali, kadang sangat
cepat kadang sangat lambat.<br />
<br />
Kurasakan cairan hangat keluar dari
Vaginanya, seketika itupun dia melepas ciumanku dan mengerang hebat.
Kulihat wajahnya begitu cerah terlihat kepuasan dari cara dia tersenyum
kepadaku.<br />
<br />
Kemudian ia merebahkan tubuhnya diatas pasir dan
membuka lebar kakinya. Tanpa pikir panjang, ku benamkan kepalaku
diantara kedua pahanya, kulihat bekas cairan orgasme masih menempel
dimulut Vaginanya. Kubersihkan sisa cairan itu dengan lidahku, ketika
ujung lidahku menyentuh kulit vaginanya sontak pahanya menjepit kepalaku
dan kedua tanganya menjambak rambutku, tak kupedulikan ia hingga
jilatan ini semakin dalam merasakan kehangatanya di lubang kewanitaanya.
Semakin keras ia menjambak rambutku, kemudian kedua tanganya memegang
kedua tanganku agar aku menghentikannya.<br />
<br />
Kini hanya erangan
bercampur jeritan kala lidah ini mempermainkan lubang vaginanya. Puas
dengan jilatan di bibir vaginanya kini jilatan ku berlanjut keatas,
mulai dari bulu halus diatas bibir vaginnya hingga perus ratanya
kemudian berlanjut pada payudara sebelah kirinya hingga lidah ini
bertemu dengan putting kecil merah muda.<br />
<br />
Gigitan-gigitan kecil
menambah aksi liarku hingga ia kembali mendesah. Kurasakan tangan
kanannya mencengkeram erat batang Kontolku seolah mengisyaratkan ku
untuk segerra memuaskannya, kulepaskan gigitanku, kemudian ku basahi
batang Kontolku dengan ludah dan kukocok pelan agar mencapai ereksi
sempurna.<br />
<br />
Paha kirinya kuangkat, ke atas untuk membuka lebar
jalanku, tangan ini mengarahkan kontolku untuk masuk kedalam lubang
Vaginanya. <br />
Dan seketika itu batang besar Kontolku telah bersarang
di dalam Vaginanya. Ia menggigit bibir atasnya dan meutup kudua matanya,
terlihat ia sedikit merasa kesakitan, belaian lembut tangna ini di
rambutnya memberikan kepercayaanpenuh bahwa aku takka akan menyakitinya.
Ia kembali membuka matanya dan tersenyum kecut terhadapku, seakan
mengisyaratkan dia ingin lebih walau sedikit merasa sakit.<br />
<br />
Aku
memulai aksiku dengan mnggoyangkan pinggluku seirama gerakan keluar
masuk batang Kontolku. Desahan dan jeritan yang tertahan mengiringi
gerakan pinggul ini.<br />
<br />
Kembali ku usap lembut rambut halusnya,
kemudian ku kecup mesra pipinya lalu leher jenjangnya dan berakhir pada
mulutnya yang terus berucap tak jelas dan mendesah keenakan. Kedua
tangannya merangkul pinngangku dan kuku-kukunya seakan menancap di
kulitku.<br />
<br />
Ku hentikan aksiku kubiarkan ia untuk kembali mengatur
pernafasannya. Kedua tangannya meraih pipiku dan kembali kukecup mesra
bibirnya, Lama kami bercumbu mesra hingga tak tersadar oleh deburan
ombak yang semakin meninggi dan mengagetkan kami.<br />
<br />
Sontak kmi pun
bangkit dan bergegas pergi, mencari pakaian yang tak sadar dimana kami
melepsnya. Berjarak cukup jauh dari tempat kami sekarang,, Sepotong
celana pantai dan sepasang bikini tergeletak di tepi pantai.<br />
<br />
Segera kami pun kembali ke hotel.<br />
<br />
*****<br />
<br />
Tinggal sejam lagi, kami harus meninggalkan pulau ini dan kembali ke Singapura untuk segera bertolak, kembali ke kota kami.<br />
<br />
Dengan
waktu sesingkat itu, kembali kami melanjutkan permaianan kami yang
tertunda. Belum sempat aku untuk membersihkan badan, tetapi Indah
merayuku untuk segera menuntaskan permainan kami. Ku raih kedua pipinya
dank u lumat habis bibrnya, tanganku bergerak turun hingga kedua
Payudaranya berada pada genggamanku, bersamaan dengan itu kedua tanganya
melepaskan bikini nya. Dan seketika itu ia kembali telanjang di
hadapanku.<br />
<br />
Ia berjalan menuju ranjang dan terlentang dengan
membuka lebar kedua pahanya. Segera ku tanggalkan celana ini yang telah
penuh sesak oleh batang besar Kontolku yang telah ereksi , Ku ludahi
batangku dan Bles!!! Seluruh batang Kontolku telah masuk kedalam lubang
Vaginanya.<br />
<br />
“Mas….Sakit, pelan-pelan!”.<br />
<br />
Gerakanku semakin
cepat, dan ia pun tak henti-hentinya berteriak, hingga seluruh kamar
hotel tersa gaduh. Untung kami berada di kamar VIP hingga ke privacy-an
kami terjaga.<br />
<br />
“Ah…Ah…..Oh…!!!”.<br />
“Pelan-pelan!!.”<br />
“Yeah….yeah…!!!.”<br />
“ourghhhhh…..Aaahhh…!!.”<br />
“Terus mas, enak……aaahhhh…!!!”<br />
<br />
Semakin
lama semakin tak karuan. Hingga peluh membasahi tubuhku, hentakan demi
hentakan hingga semakin cepat dan keringat terus membanjiri tubuhku dan
tubuh Indah.<br />
<br />
“Arghhhh….!!”.<br />
“Yeah…..ough..ough…!!.”<br />
“Emmhhhh…..Arghh…I love tou Beibe!!!!.”<br />
“Arghhhhh….yeah….Oughhh!!.”<br />
”Ah…ah….Aku mau keluar, sayang”<br />
“Oughh……,”<br />
<br />
Lenguhan
panjang dariku mengakhiri semua dan lelah di tubuh ini memaksaku untuk
berbaring disampingnya, kulihat wajah ayunya dengan senyum yang manis
di bibirnya membuat aku berfikir unutk tak ingin jauh darinya. Dan
akupun tertidur disampingnya.<br />
<br />
Terdengar suara sayup-sayup bel
kamar, hotel dan baru tersadar bahwa kami harus segera meninggalkan
pulau indah ini, segera kami bergegas untuk membersihkan diri dari pasir
dan keringat.<br />
<br />
*******<br />
<br />
Mengingat saat-saat indah bersama
Indah, membuat ku kembali merasakan kerinduan yang sangat. Tapi saat
ini Indah telah banyak berubah. Apakah itu karena ia cemburu melihat
rumah tanggaku yang sampai dengan detik ini masih terasa begitu
membahagiakan.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg61eDCcd_juEM7ZQGo8y-JVvg8n8sLwpSpY9_qgNMnmXP9L6t2uuZaoCiMxaO6fjOPjpu6Ca4Mk_qgPkJFeOqjCLUuqTamoiVBnQKiAnDMqRqR9hypokWoThBFyy1KX3Qvo1HvE9qko8qR/s1600/g3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg61eDCcd_juEM7ZQGo8y-JVvg8n8sLwpSpY9_qgNMnmXP9L6t2uuZaoCiMxaO6fjOPjpu6Ca4Mk_qgPkJFeOqjCLUuqTamoiVBnQKiAnDMqRqR9hypokWoThBFyy1KX3Qvo1HvE9qko8qR/s1600/g3.jpg" /></a></div>
Walau telah mengalami saat-saat indah bersama
Sekretaris kesayanganku, tapi tak pernah hati ini mencoba berpaling
dari Istriku. Karena bagiku Istriku adalah segalanya bagiku. Aku
mencintai Istriku dan aku juga menyayangi sekretarisku. Andai kalian
berdua bisa aku milki maka lengakaplah sudah kebahagiaanku.</div>
hari putrahttp://www.blogger.com/profile/07769461846416848133noreply@blogger.com0