Diberdayakan oleh Blogger.

Popular posts

Pengikut

Rabu, 09 Januari 2013

Dua Hati : Part Four

“Selamat siang Pak, boleh saya masuk?”. Suara Indah membuyarkan konsentrasiku.
“Iya, silahkan. Ada yang bisa saya Bantu”.
Benar-benar keterlaluan Indah, ia telah menganggap aku sebagai orang lain. Apakah ia sudah lupa dengan apa yang telah terjadi beberapa bulan yang lalu Apakah ia dengan sengaja melupakan semua hanya ingin melihatku bahagia dengan keluargaku. Atau kah malah ia marah melihat ku merasa bahagia dengan istriku saat ini.

Ah, itu semua membuatku semakin bingung melihat kelakuanya saat ini. Sering kali aku mencoba untuk mencari jawabannya dan sesering itu pula dia selalu menghindar. Pernah ketika sepulang kantor ku ajak dia untuk pulang bersamaku, tetapi ia menolaknya dan lebih memilih untuk pulang bersama teman-teman sekantornya. Dan pernah juga aku mencoba mendatangi rumahnya, tetapi hasilnya juga tetap nihil.

“Saya mau resign dari perusahaan ini, saya berharap bapak mau menandatangani surat pengunduran diri saya.”
“Saya berterima kasih, atas semua pengalaman-pengalaman berharga selama menjadi sekretaris bapak.” Kata-katanya semakin membuat dada ini semakin menjadi sesak.

“Tapi kenapa harus secepat ini.”
“Apakah ini sudah menjadi keputusan final kamu?.”
“Apakah sudah ada pengganti pekerjaan yang lain?.” Serentetan pertanyaan aku lontarkan kepadanya, seolah tak ingin melepaskanya.

Tetapi semakin, aku bertanya semakin keras pendirianya untuk segera resign.

“Maaf, pertanyaan ini sedikit pribadi. Apakah ini semua ada kaitanya dengan saya?.”
“Sama sekali bukan Pak, hanya saja, saya ingin kembali ke kota asal saya.”
“Disana keluarga telah menunggu, dan juga calon suami saya.”
“Orang Tua saya telah menjodohkan saya dengan lelaki yang dulu telah menjadi mantan pacar saya.”

Betapa sakit hati ini, ketika mendengar jawaban Indah yang akan segera menikah dengan lelaki lain. Rasanya ingin mata ini menitikan air mata, tapi ini tak boleh terjadi. Aku harus bersikap Profesional. Apakah seperti ini rasa yang selama ini Indah rasakan, betapa pahit rasanya jika orang yang kita sayangi lebih memilih orang lain. Sungguh bodohnya aku jika selama ini tak merasakn kepedihan hati Indah, hingga saat ini terasa terlambat sudah.

“Kini aku tahu, apa yang selama ini telah engakau rasakan.”
“Dan kini telah aku rasakan.” Ku genggam kedua tangannya dengan kedua mata yang mulai berkaca-kaca, tak kuasa untuk menahan lagi luka yang terasa di hati.

Dihadapanya telah aku rendahkan harga diriku memohon kepadanya untuk berfikir kembali dengan keputusannya. Tapi bagiku itu semua tak ada artinya jika harus dibandingkan betapa teriris hati ini mendengar ucapanya.

“Apakah ini juga menjadi keputusanmu, bukan orang tuamu.”
“Tak bisakah engaku, untuk sekali lagi memberi kesempatan kepadaku untuk menjalin kembali hubungan kita seperti saat itu.”

Ku lihat matanya mulai berkaca-kaca dan seketika itu air matanya pun berlinang dan mulai terisak-isak. Ku hampiri dia dan memeluknya.

Semakin erat pelukanku, semakin ia menangis tersedu-sedu.
Bagikan Artikel Ke FbBagikan

POSTING BERKAITAN



TEMPLATE DESIGN BYm-template | by:bagas96

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

Tips n Trick...

Blogroll

Link view...

About